Yang menunjukkan bukti bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam memiliki sifat cerdas adalah

Maulana Iban Salda, 140303005 (2018) Makna Ummi dan Penisbahannya kepada Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an. ["eprint_fieldopt_thesis_type_skripsi" not defined] thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Official URL: http://library.ar-raniry.ac.id

Nabi Muhammad adalah seorang rasul yang diutus untuk memberikan petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar dengan menyembah Allah dan meyakini Nabi Muhammad adalah seorang utusan Allah yang terakhir, sehingga dari zaman Nabi Muhammad hingga zaman kontemporer sekarang diajurkan kepada ummatnya untuk mengikuti beberapa sifat-sifat mulia dan suri tauladannya. Akan tetapi salah satu sifat Nabi yang menimbulkan kontroversi di kalangan era ulama kotemporer sekarang yaitu sifat keummian atau tidak bisa membaca dan menulis beliau, karena sifat ini dianggap tidak logis. Nabi Muhammad adalah pilihan Allah Swt yang memiliki sifat wajib diantaranya adalah faṭanah (pintar, jenius, atau cerdas) dan mustahil bagi rasul memiliki sifat baladah (bodoh). Menurut logika tidak bisa membaca dan menulis adalah sebagian dari kebodohan. Hal demikian dianggap patut untuk diteliti lebih lanjut mengenai kontroversial tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci, seperti (1) Bagaimana yang dimaksud dengan ummi yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw. (2) Bagaimana yang dimaksud penggunaan kata ummi yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk mendapatkan jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut, maka digunakan metode penelitian perpustakaan (library research) dengan menggunakan metode maudhu’i yaitu mengkaji satu topik hingga tuntas. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mengkaji tafsir serta bahan lainnya yang berhubungan dengan topik pembahasan baik yang bersifat primer maupun skunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, terdapat pemahaman yang berbeda-beda tentang makna ummi. Diantaranya, ada yang mengatakan bahwa sebagai bantahan Alquran bukan buatan dari Muhammad melainkan dari Allah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Nabi Muhammad diutus dari kalangan orang-orang yang ummi maka Nabi Muhammad juga harus memiliki sifat ummi sama seperti mereka agar memudahkan Rasul mengajak kafir Quraish untuk beriman kepada Allah. Seiring berjalannya waktu keummian Nabi sudah hilang ketika keseluruhan ayat telah diturunkan melalui malaikat jibril.

Yang menunjukkan bukti bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam memiliki sifat cerdas adalah
View Item

Banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai utusan Tuhan, bahkan hingga kini. Namun tentu saja sebuah klaim tak begitu saja bisa dipercaya, apalagi klaim tentang hal yang begitu penting seperti kerasulan. Lalu apakah bukti bahwa pengakuan seorang lelaki bernama Muhammad bin Abdillah dari suku Quraisy bahwa dirinya seorang rasul (utusan Allah) adalah benar?

Jawaban pertanyaan ini panjang sebab untuk membuktikan sesuatu perlu dilakukan dengan penyajian data yang tidak sedikit. Namun intinya dapat disarikan dalam beberapa poin berikut ini, yaitu:

1. Karena sosok Muhammad memenuhi standar minimal kelayakan sebagai seorang utusan. Standar itu adalah: shiddiq (perkataannya tak pernah bohong), amanah (tindakannya tak pernah berkhianat atau korup), tabligh (segala pesan Tuhan disampaikan tanpa ada yang disimpan dengan alasan apa pun), dan fathanah (cerdas).

2. Selain standar minimal di atas, beliau adalah pribadi yang menghimpun karakter-karakter mulia lain, seperti berbudi halus, penyayang, penyabar, bijak, dan akhlak mulia lain. Ia adalah role model keluhuran akhlak bagi kaumnya hingga kaumnya menjulukinya sebagai al-Amin. Tak ada rekam jejak buruk dari pribadi beliau.

3. Bukan hanya sifatnya baik, beliau mampu membuktikan klaimnya sebagai rasul. Cara membuktikannya adalah dengan banyaknya mukjizat yang beliau tunjukkan. Mukjizat ini adalah sesuatu yang tak dapat diduplikasi oleh orang lain sehingga secara rasional disimpulkan bahwa pelakunya pasti dibantu oleh Tuhan semesta alam Yang Mahakuasa

Mukjizat beliau dibagi menjadi dua:

A. Mukjizat fisikal. Mukjizat jenis ini berupa hal-hal yang "melanggar" hukum alam atau fisika. Misalnya: dari tangannya mengalir air bersih yang cukup dibuat minum dan berwudhu sekitar 2000 orang, mampu melihat apa yang terjadi di belakangnya, mengembalikan mata dan lengan sahabatnya yang hampir putus, berbicara dengan binatang, membuat benda-benda mati menjadi hidup dan bicara, membelah bulan yang disaksikan banyak orang, dan banyak lainnya. Meskipun luar biasa, jenis mukjizat ini sebenarnya lemah dan efektif hanya bagi orang awam.

B. Mukjizat rasional. Jenis mukjizat ini adalah mukjizat yang utama dan dapat menaklukkan orang awam mau pun orang pintar. Mukjizat ini adalah Al-Qur’an. Ia mempesona bagi orang awam, dan sekaligus membuat orang pintar yang mempelajarinya menyerah.

Tata bahasanya indah, strukturnya tertata dengan sempurna, kontennya luar biasa mencerahkan, mendobrak semua kejumudan, kabar ghaibnya valid, bahkan hingga kini terus muncul hal-hal baru yang mengejutkan dari Al-Qur’an seolah ia sumber mata air segar yang tak pernah kering. Pembahasan tentang mukjizat yang satu ini sangat kompleks hingga menjadi ilmu tersendiri, yakni Ulumul Qur’an.

Hebatnya, Al-Qur’an yang sedemikian luar biasa itu muncul dari seorang pria yang tak bisa membaca dan menulis, tak punya guru, tak punya relasi akademis dengan siapa pun, tak punya koneksi internasional yang barangkali membimbingnya mengarang itu. Semua kritik dan kecurigaan patah dengan sendirinya di depan realitas ini.

Mau dibilang hasil bisikan setan, isinya baik dan malah mengutuk setan. Mau dibilang karangan atau saduran dari sumber lain, Muhammad tak bisa baca tulis. Mau dibilang gila, Muhammad cerdas. Mau dibilang karya sastra (syair), orangnya bukan penyair dan tak sesuai dengan gaya syair, tetapi tetap indah. Mau dibilang sihir, tak ada tanda-tanda penyihir dalam diri Muhammad, tapi isinya mampu merasuk dalam kalbu pendengarnya dan memberinya kesadaran baru. Tak ada lagi kemungkinan kecuali menerima bahwa Al-Qur’an adalah wahyu ilahi dan penerimanya adalah seorang utusan Tuhan.

Wallahu a’lam.

Ustadz Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti Bidang Aqidah di Aswaja NU Center Jawa Timur.

Nabi Muhammad cerdas dalam berdakwah.

Pixabay

Kecerdasan Nabi Muhammad dalam Berdakwah

Rep: Andrian Saputra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad mempunyai kecerdasan (Al Fathanah) dalam menyampaikan dakwah, atau disebut juga logika kenabian (manthiq an nubuwwah). Ini wajib dimiliki seorang utusan Allah. 

Baca Juga

Menurut cendikiawan Muslim asal Turki, Muhammad Fethullah Gulen, aspek kecerdasan dalam dakwah Rasulullah yang dimaksud bukanlah kecerdasan yang jumud, tapi berupa kecerdasan yang menjangkau seluruh aspek lahir dan batin bahkan seluruh aspek dunia dan akhirat. Menurutnya Rasulullah mampu berdialog dengan menyentuh aspek emosional, rasionalitas dan intuisi sekaligus. 

“Rasulullah sangat piawai menggunakan akal dan selalu menyeru umat untuk menggunakan akal. Beliau sangat memperhatiakan penggunaan logika dan kaidah nalar serta menggunakannya untuk berdialog dengan nurani manusia. Siapa pun yang mendengar suara Rasulullah di kedalaman hatinya pasti akan mampu mencapai hakekat dalam waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan yang dilakukan siapa pun,” jelas Fethullah Gulen dalam bukunya berjudul Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia. 

Kecerdasan Rasulullah tidak bisa ditandingi bahkan oleh para filsuf ternama sekali pun. Bahkan ketajaman pandangan Rasulullah selalu lebih unggul dibanding musuh-musuhnya hingga mereka pun harus takluk dengan kecerdasan Rasulullah. Rasulullah pernah mengacungkan jari kearah berhala sesembahan kaum musyrik seraya berseru “ Apa yang kalian harapkan dari bongkahan batu, kayu dan debu itu?”

Inilah salah satu contoh kecerdasan Rasulullah dalam berdakwah. Fethulleh Gulen menjelaskan setelah memancing rasionalitas lawan bicaranya, Rasulullah lalu menyentuh hati orang yang bersangkutan dengan cara yang tidak biasa atau terkadang dengan mukjizat. Setelah itu, barulah Rasulullah akan melangkah lebih jauh dengan mengungkapkan ketenangan dalam iman agar orang tersebut dapat merasakan nikmatnya keimanan sampai akhirnya ia berubah menjadi pribadi baru yang menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama. 

Begitupun ketika Rasulullah meluruskan keyakinan Umar bin Khaththab sebelum masuk Islam. Rasulullah pernah berkata kepada Umar bahwa beliau tidak pernah dapat memahami bagaimana mungkin orang secerdas Umar dapat hidup jauh dari hidayah dan terus berharap pada batu dan patung. 

Menurut Fethullah Gulen dengan sabda Rasulullah itu terlihat jelas bagaimana Rasul mengawali kata-katanya dengan pujian kepada Umar. Tapi kemudian Rasulullah melontarkan ucapan yang mengusik logika. Fethullah mengatakan lewat sabda itu, seakan-akan Rasulullah menggamit Umar dengan tangan lalu menyuntikan kata-kata lembut ke dalam hati Umar yang akan menerbitkan perasaan nyaman dan percaya. Setelah itu Rasulullah berhasil membuat Umar yang pada masa jahiliyah dikenal sebagai pribadi yang keras, akhrirnya luluh memeluk Islam dan menjadi salah satu di antara sahabat terdekat Rasulullah. 

“Rasulullah hidup di sebuah era ketika moral umat manusia begitu busuk sehingga merasuk ke dalam diri dan menjadi tabiat mereka. Akan tetapi ternyata Rasulullah bukan hanya berhasil mengenyahkan moral bejat bangsa Arab kala itu, melainkan juga mengubahnya menjadi pekerti yang sangat baik,” terang Fethullah Gulen. 

  • nabi muhammad
  • dakwah nabi muhammad
  • dakwah rasulullah
  • dakwah
  • rasulullah

Yang menunjukkan bukti bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam memiliki sifat cerdas adalah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...