Berapa lama jarak imunisasi bcg dan dpt

Buat para Moms apalagi ibu baru. Apa sudah mengajak dan melengkapi imunisasi si Kecil? Perlu diingat ya Moms, jadwal imunisasi dasar bayi yang teratur dan lengkap itu penting, lho.  

Mengapa imunisasi penting

Imunisasi adalah cara sederhana dan efektif untuk melindungi anak-anak dari penyakit serius. Ini tidak hanya membantu melindungi individu, tetapi juga melindungi komunitas yang lebih luas dengan meminimalkan penyebaran penyakit.

Vaksin bekerja dengan memicu sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit tertentu. Jika seseorang yang divaksinasi melakukan kontak dengan penyakit-penyakit ini, sistem kekebalan tubuh mereka dapat merespons lebih efektif.

Sayangnya, menurut data WHO pada 2018 ada sekitar 20 juta anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, bahkan ada yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali.

Di Indonesia sendiri, menurut data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan pada 2014-2016 ada sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau status imunisasinya belum lengkap.

Untuk itu, penting bagi Moms mengetahui daftar imunisasi lengkap dan kapan anak harus mendapatkannya. Masalah keamanan, tidak perlu takut karena vaksin telah teruji dan ditinjau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Jadwal imunisasi bayi

Imunisasi dasar harus diberikan sesuai dengan dengan jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi bayi sendiri terbagi dalam dua jenis, yaitu jadwal imunisasi dasar lengkap dan jadwal imunisasi lanjutan.

Ada imunisasi yang cukup dilakukan hanya satu kali, ada juga yang dilakukan berulang. Jadwal imunisasi dibuat berdasarkan rekomendasi dari WHO dan organisasi profesi lainnya yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis.

Jadwal imunisasi dasar lengkap

Agar Moms tidak terlewat, berikut ini daftar dan jadwal jenis-jenis imunisasi dasar lengkap pada bayi berdasarkan anjuran Kementerian Kesehatan:

  • 0-7 hari: Hepatitis B
  • 1 bulan: BCG, Polio 1
  • 2 bulan: DPT- HB1, Polio 2
  • 3 bulan: DPT-HB2, Polio 3
  • 4 bulan: DPT-HB3, Polio 4
  • 9 bulan: Campak.

1. Hepatitis B

Imunisasi dasar pertama yang wajib diberikan pada buah hati adalah hepatitis B. Ini diberikan 12 jam setelah bayi lahir, dan didahului dengan pemberian vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. 

Lalu, dianjurkan 4 minggu setelah imunisasi pertama. Sedangkan jarak imunisasi ke-3 dari yang ke-2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. 

Jika si kecil belum mendapatkan imunisasi hepatitis B ketika bayi, ia bisa mendapatkan imunisasi hepatitis kapan pun, tanpa perlu mengecek kadar anti hepatitis B.

2. BCG

Selanjutnya adalah imunisasi BCG. Ini merupakan imunisasi yang penting mengingat tingginya angka TBC di Indonesia. Waktu terbaik memberikan imunisasi ini adalah saat anak berusia 2-3 bulan karena pada bayi kurang dari 2 bulan sistem imun mereka belum matang. 

3. Polio

Vaksin polio (OPV) diberikan saat usia bayi 1,2, 4, 6, 18 bulan atau bisa juga 2, 3, 4 bulan sesuai dengan anjuran pemerintah. Sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan, dan 6-8 tahun. 

4. DPT

Imunisasi DPT juga amat penting dalam rangka mengeliminasi tetanus. Imunisasi diberikan 3 kali. Vaksin DPT pertama diberikan paling cepat saat bayi berusia 6 minggu.

Dapat diberikan juga DPTw atau DPTa, bisa juga dikombinasikan dengan vaksin lainnya. Apabila anak diberikan vaksin DPTa maka interval mengikuti vaksin tersebut yaitu 2, 4, dan 6 bulan.

5. Campak

Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan, dan dosis ulangan (second opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6. 

Jika Moms belum memberikan imunisasi campak saat bayi berusia 9-12 bulan bisa diberikan kapan saja saat waktu imunisasi. Atau bila anak berusia lebih dari 1 tahun bisa diberikan vaksin MMR.

Jadwal suntik imunisasi lanjutan

Selain 5 jenis vaksin untuk bayi di atas, anak Moms juga harus mendapat imunisasi lanjutan sampai usia 18 tahun lho.

IDAI atau Ikatan Dokter Anak Indonesia punya rekomendasi jenis-jenis imunisasi dasar apa yang harus didapatkan anak sampai usianya 18 tahun.

Jenis-jenis imunisasi untuk anak di antaranya adalah vaksin TT, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus, HPV.

1. Vaksin pneumokokus (PCV)

IDAI menyarankan Moms memberikan jenis imunisasi ini pada anak untuk mencegah penyakit meningitis dan pneumonia. Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan.

Pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.

2. Jenis imunisasi dengan vaksin rotavirus

Vaksin rotavirus ada 2 jenisnya, monovalen dan pentavalen.  Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu.

Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3, 4-10 minggu; dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).

Rotavirus adalah virus yang dapat mengganggu sistem pencernaan. Jadi dengan memberikan jenis imunisasi ini pada anak atau bayi, Moms membantu tubuh merena tercegah dari penyakit diare akibat infeksi rotavirus.

3. Vaksin varisela

Jenis-jenis imunisasi berikutnya yang harus diberikan pada anak adalah vaksin varisela. Vaksin atau imunisasi jenis  varisela ini dapat diberikan pada anak setelah berumur di atas 12 bulan.

Idealnya anak mendapat imunisasi vaksin varisela sebelum mereka masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

Jenis imunisasi vaksin varisela ini berguna untuk mencegah anak terserang penyakit varicella zoster atau cacar air. 

4. Vaksin influenza

Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. IDAI menyarankan untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. 

Untuk anak 6 – < 36 bulan, dosis 0,25 mL. Imunisasi jenis ini dapat mencegah anak terserang berbagai jenis penyakit flu.

5.  Vaksin human papilloma virus (HPV)

Jenis imunisasi dasar untuk anak menurut IDAI yang terakhir adalah vaksin HPV atau human papilloma virus. Jenis imunisasi ini diberikan saat anak sudah menginjak usia 10 tahun.

Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan interval 0,2,6 bulan.

Imunisasi jenis ini dapat mencegah anak terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh virus human papilloma virus, salah satunya adalah kutil.

Bagaimana jika terlambat dari jadwal imunisasi bayi

Karena berbagai kondisi, mungkin Moms bisa melewatkan jadwal imunisasi, apakah jika terlewat ada dampak buruk bagi kesehatan anak?

Selama anak belum mendapatkan imunisasi tersebut, imun anak dalam melawan penyakit menjadi lemah. Jadi akan lebih rentan terkena penyakit.

Kalau terlambat memberikan imunisasi, yang harus dilakukan adalah memberikan imunisasi lanjutan, tidak perlu memberikan dari awal. Hubungi petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai imunisasi lanjutan yang perlu dilakukan untuk Si Kecil.

Bagaimana jika tidak mau melakukan suntik imunisasi anak?

Seperti yang tertulis di situs IDAI, banyak penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa bayi dan balita yang tidak melakukan suntik imunisasi lengkap, tidak mempunyai kekebalan tubuh. Anak-anak tersebut mudah tertular penyakit dan dapat menderita sakit berat.

Anak-anak yang sakit itu juga dapat menularkan penyakit ke anak-anak lain, menyebar luas hingga akhirnya menjadi wabah. Jika wabah terjadi dapat menyebabkan cacat dan juga kematian anak. 

Kondisi tersebut pernah terjadi di Indonesia. Pada 2003 beredar isu bahwa vaksin yang digunakan berbahaya, dengan sumber dari berita 1950 dan 1960-an, sumber dari buku luar negeri. Padahal teknologi saat itu sangat berbeda dengan sekarang.

Setelah ditelusuri ternyata isu vaksin berbahaya tersebut hanyalah pendapat pribadi yang tidak disertai metodologi dan penelitian, dan sebagian sumber asli tidak dapat ditemukan. Akibatnya memengaruhi jumlah orang tua yang mengikutsertakan suntik imunisasi anak mereka. 

Efek jika tidak melakukan suntik imunisasi anak

Seperti dijelaskan sebelumnya, isu tentang vaksin berbahaya membuat banyak anak Indonesia tidak diimunisasi polio. Padahal isu tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Akibatnya pada 2005 dan 2006 terjadi wabah polio di beberapa provinsi.

Begitu juga dengan munculnya wabah difteri di Indonesia pada 2007 hingga 2013, yang terjadi akibat anak-anak banyak yang tidak diimunisasi DPT. Saat itu, dikutip dari situs IDAI, ada 2.869 anak dirawat di rumah sakit dan 131 anak meninggal dunia akibat difteri.

Selain itu, akibat pemberitaan yang salah tentang imunisasi juga menyebabkan banyak anak yang tidak melakukan suntik vaksin campak. Akibatnya, pada 2010 hingga 2014 terjadi 1.008 kali wabah campak dan menyerang 83.391 bayi dan anak Indonesia. 

Karena itu penting melakukan suntik imunisasi anak, demi mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Sampai saat ini semua profesi di lembaga penelitian resmi nasional dan internasional menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.

Nah, untuk itu sangat penting bagi Moms untuk memerhatikan jadwal agar bisa memberikan imunisasi tepat waktu. Dengan begitu anak dapat perlindungan dari berbagai macam penyakit.

Agar Moms tidak terlewat dalam memberikan jadwal imunisasi bayi. Berikut adalah jadwal imunisasi yang dapat diunduh.

Jaga kesehatan Moms dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!