Pada era sekarang ini dapatkah anda memberi contoh bukti nyata dari semangat Sumpah pemuda jelaskan

Pada era sekarang ini dapatkah anda memberi contoh bukti nyata dari semangat Sumpah pemuda jelaskan

Pada era sekarang ini dapatkah anda memberi contoh bukti nyata dari semangat Sumpah pemuda jelaskan

Oleh : Rindu Fathericson Pandiangan

Mengingat sejarah kembali, bahwa pada tanggal 28 oktober 1928, para pemuda pernah bersumpah kepada bangsa Indonesia akan bersatu dalam tumpah darah, bangsa, dan bahasa. Walau waktu terus berlari dan zaman niscaya berganti namun janji akan selalu menuntut bukti bahwa pemuda akan selalu menghaturkan bakti memastikan sumpah pemuda tetap relevan hingga saat ini.(literasi politik 2019).

Sumpah Pemuda adalah goresan besar dalam sejarah bangsa ini. Hal itu tentu menjadi bukti bahwa pemuda kala itu memiliki peranan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Ibu Pertiwi. Tekad persatuan diatas keberagaman menjadi keyakinan dan semangat perjuangan. Bukan tanpa alasan kongres pemuda dilakukan pada tanggal 27 samapai 28 Oktober 1928. Pandangan kritis pemuda dalam melihat situasi sosial mendorong semangat untuk turut berkotribusi dalam memperbaiki situasi. Miris ketika mengetahui tanah di negara sendiri harus dihargai dengan kerja paksa dan tumpah darah. Tidak hanya itu kejamnya ekspoiltasi manusia menyisahkan kisah pilu bagi para pendahulu. Perjuangan tersebut tidaklah sia-sia, kini bangsa ini telah memperoleh apa yang menjadi haknya.

Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman kolonialisme hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda terdepan perubah kondisi bangsa. Peran pemuda bagi bangsa dan negara tidak lagi hanya sekadar duduk belajar di depan meja sambil mendengarkan orang tua berbicara, pemuda sekarang dituntut  mempunyai berbagai peran dalam melaksanakan perubahan untuk memberikan manfaat nyata bagi bangsa Indonesia, peran pemuda bisa di pandang sebagai generasi penerus yang harus dan wajib melanjutkan serta menyampaikan nilai-nilai kebaikan, sebagai generasi pengganti keburukan, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan penerapan inovasi kebaikan dan pemikiran yang lebih berorientasi, sehingga tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia dapat terwujud.

Tepat 92 tahun perayaan Sumpah Pemuda akan diperingati. Euforia ditanggal 28 Oktober selalu disambut dengan meriah oleh masyarakat. Segala perhelatan dilakukan untuk mengingatkan momen bersejarah ini. Mengingat kembali era gemilang perjuangan bangsa yang dimotori oleh insan muda pada saat itu. Namun sebuah kenyatanya hal ini hanyalah suatu peringatan yang semu namun tidak beresensi, semua yang dilakukan merupakan bentuk formalitas belaka. Ragam seruan menjadi hal yang omong kosong tanpa adanya tidakan kongkrit. Sehingga kenikmatan duniawi menjadi prioritas kehidupan pemuda saat ini. Nampaknya perjuangan para pemuda kala itu Bung Soegondo Jojopoespito dan pemuda lainnya menjadi sia-sia.

Para ilmuwan dan filsuf di negara lain telah melakukan beragam studi kasus yang mengatakan bahwa Indonesia akan berakhir ditahun 2030. Data dari UNICEF pada tahun 2016 menunjukkan bahwa kekerasan pada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50% Sedangkan dilansir dari kementrian kesehatan RI tahun 2017, terdapat 3,8% pelajar dan mahasiswa yang menyatakan pernah menyalahgunakan narkotika dan obat berbahaya. Data yang dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya pada tahun 2017 juga menjadi wujud representatif remaja Indonesia yang saat ini sangat mengkhawatirkan. Angka tersebut hanya mewakili kasus-kasus yang tercatat dan tentu masih banyak lagi kasus kenakalan remaja yang belum terungkap.

Gaya hidup anak muda masa kini yang cenderung hedonis terutama dikota-kota besar sudah menjadi rahasia umum, mereka memiliki cara tersendiri untuk meluapkan ekspresi mereka, dunia hidup mereka tidak bisa lepas dari hiburan dan teknologi terutama Internet. Hal tersebut tentu menghilangkan istilah Pemuda adalah agent of change. Terkait dengan Sumpah Pemuda, ungkapan ini benar adanya. Dalam sejarahnya, perjuangan Bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme, yang lebih mengutamakan fanatisme kedaerahan selama tiga abad, memasuki sejarah baru dengan bangkitnya sejumlah pemuda mendirikan organisasi-organisasi kepemudaan nasional.

Masa-masa yang harusnya banyak dilakukan untuk mengenyam pendidikan harus berakhir di balik jeruji besi dan pusat rehabilitasi. Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Generasi Muda Indonesia?. Bila dilihat dari sudut padang pemerintah, negara memiliki kontribusi yang besar dalam regulasi dan kebijakan yang disusun. Pendidikan yang merata menjadi kunci utama dalam pemberdayaan generasi muda Indonesia. Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat 1 mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Dengan adanya pendidikan tentu penanaman nilai-nilai moral akan tertatanam, pandangan akan terbuka, dan waktu akan lebih banyak dihabiskan untuk mengenyam pendidikan. Pemuda Indonesia akan mampu berpikir secara kritis dan berpendirian secara teguh pada prinsip yang sejatinya benar. Berjuang bukan lagi dengan dengan otot (kekerasan) namun menggunakan nalar dan opini. Namun, kemiskinan masih menjadi sebuah kedok alasan banyak keluarga untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka. Disatu sisi anggaran pendidikan yang dialokasikan dari APBN masih belum memberikan dampak yang cukup optimal dalam upaya pemberian Bantuan Operasional Kepada Pihak Sekolah. Seharusnya dilakukan sosialisasi dan pengawasan anggaran secara kontinyu yang dilakukan pemerintah guna menyelematkan generasi bangsa lewat pendidikan dari belenggu kehancuran.

Namun pada dasarnya masyarakat juga harus berkontribusi dalam menjaga generasi muda saat ini termasuk keluarga. Karena keluarga memiliki peranan penting dalam menanmkan nilai-nilai moral kepada anak sejak dini. Bila hal itu tidak terwujud maka kenakalan remaja akan menjadi problematika yang tak kunjung usai. Lapisan atmosfer masyarakat merupakan faktor yang paling kondusif untuk mempengaruhi situasi sosial yang nyaman dan kepatuhan bagi remaja. Ini bukan merupakan tugas sekelompok orang ataupun pemerintah, melainkan tugas yang harus dipikul bersama. Kita tidak boleh menutup mata dalam melihat persoalan seperti ini. Sehingga keberadaan dari setiap lapisan masyarakat juga sangat berpengaruh.

Sangat menyedihkan jika para pemuda malah ikut mempertajam perpecahan, malah aktif menyebarkan ujaran kebencian. Gampang hanyut oleh informasi sembarangan dan larut dalam propaganda politik murahan. Indonesia adalah keberagaman yang seharusnya menguatkan, harusnya dirawat dengan segala kemampuan yang dapat dikerahkan. Jangan mau menjadi pemuda yang dijadikan serdadu bagi generasi tua, sebab masa depan justru milik kita para pemuda. Untuk itu mampukan diri kita untuk membentuk barisan selagi bisa dan janganlah silau dengan para berhala yang sedang sibuk berebut kuasa. Jadilah pemuda yang mampu menenangkan rakyat yang gelisah. Jadilah penentu ketika semua jalan terlihat buntu.

Salam Pemuda!!! Mari Bangkit Bersama

Daftar Referensi

Hasanuddin Ali (2018). Generasi Milenial Indonsia : tantangan dan peluang pemuda         Indonesia. Diambil dari:

https://alvara-strategic.com/generasi-millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/

Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Tahun 2018. Kekerasan Remaja Indonesia Mencapai 50 persen. Yogyakarta. Diambil dari:

https://fk.ugm.ac.id/kekerasan-remaja-indonesia-mencapai-50-persen

Gede Bagus Wisnu Bayu Temaja. Sistem Penerimaan Orang Bali. Jurnal Humanika.         2017; vol24 (2): 60-73. Diambil dari :

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Novian Pambudi, 2018. Peran Pemuda dalam Menjaga Marwah Kemerdekaan.      Diambil dari:

http://fe.unnes.ac.id/

Author : Administrator | Minggu, 28 Oktober 2018 14:37 WIB

Pada era sekarang ini dapatkah anda memberi contoh bukti nyata dari semangat Sumpah pemuda jelaskan

                                                                                               Luciana Anggraeni, M.H                                                                                                                                                                                  Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam                                                                           Fakultas Agama Islam, UMM

Pemuda merupakan generasi penerus yang akan bertanggung jawab atas kemajuan Bangsa. Pemuda sebagai penggerak revolusi harus mempunyai semangat juang tinggi untuk bertindak demi kemajuan Bangsa. Genap 90 tahun yang lalu, tepat pada tanggal 28 Oktober Sumpah pemuda diikrarkan sebagai bentuk perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda sekaligus roh perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. “Berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia” perkataan Bung Karno yang tak asing ditelinga telah mengobarkan semangat para pemuda untuk berjuang merebut kemerdekaan.

Di era milenial, musuh kita bukan lagi penjajah dari kolonial Belanda, perjuangan kita bukan lagi merebut kemerdekaan Indoensia. Musuh kita saat ini berasal dari internal Bangsa Indonesia yang kini jelmaannya tak terlihat secara nyata. Seiring berkembangnya teknologi yang begitu pesat, semakin besar pula tantangan bagi pemuda untuk merawat semangat sumpah pemuda. Pemuda zaman dulu sibuk dengan gencatan senjata, namun pemuda zaman sekarang sibuk dengan social medianya. Pemuda yang dulu berteriak merebut kemerdekaan, namun pemuda sekarang banyak yang sibuk berteriak mencari kesenangan. Pemuda yang dulu bersenjata bambu runcing melawan penjajah, namun pemuda sekarang banyak yang sibuk bersenjata gadget meraih eksistensi diri.

Generasi milenial yang sangat erat dengan kemajuan teknologi hakikatnya mempunyai potensi besar menjadi penggerak revolusi Bangsa, namun kemudahan teknologi yang membuat generasi milenial cenderung dimanja sehingga semangatnya tergerus akibat kemudahan-kemudahan yang ada. Semangat sumpah pemuda yang pernah menyatukan para pemuda di setiap daerahnya dapat dijadikan tauladan untuk pemuda milenial untuk terus menggali potensi di daerahnya sehingga dapat memberi kontribusi bagi kemajuna daerah masing-masing yang kemudian akan memberi pengaruh besar bagi Indonesia.

Interaksi sosial yang nyata berubah menjadi interaksi di dunia maya dikhawatirkan akan mendorong generasi milenial menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial masyarakat sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi generasi milenial dari pandangan sosial budaya. Dari segi politik, generasi milenial mempunyai pengaruh besar dalam menentukan pemimpin Bangsa beberapa tahun ke depan. Generasi milenial yang selalu up to date mudah untuk mendapat akses informasi sehingga dapat membangun wawasan politik yang berkembang. Di sisi lain, informasi yang disampaikan di media perlu dicari kebenaran referensinya sehingga tidak mudah terpengaruh berita hoaks yang justru memprovokatori antara pihak stu dengan pihak yang lain. Maka generasi milenial perlu mengimbangi dengan literasi-literasi yang ada untuk dapat membangun perspektif dalam cara berfikirnya mengolah informasi di social media.

Dalam bidang ekonomi, generasi milenial memunculkan potensi dirinya sebagai interpreneur. Generasi milenial juga mulai sadar akan kelemahan diri yang harus diperbaiki dan potensi diri yang harus dikembangkan karena mereka sadar bahwa diluar sana banyak pemuda yang mempunyai potensi yang tidak kalah hebat dari dirinya sehingga terbangun jiwa kompetitif dalam berfikir dan bertindak. Didukung dengan teknologi digital yang mereka manfaatkan untuk menggali informasi sekaligus memperluas partnership dalam membangun sebuah bidang usaha.

Dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan baru bagi generasi milenial, mereka harus tetap menjaga semangat Sumpah Pemuda sebagai roh perjuangan yang pernah diikrarkan oleh pemuda-pemudi Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, Bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Shared: