Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Akad Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Akad London atau Traktat London. Akad ini ditujukan bagi mengatasi konflik yang muncul berturut-turut yang belakang sekali suatu peristiwa pemberlakuan Akad Britania-Belanda 1814. Show Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Akad ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan bagi tukar menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berdasarkan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dipilihkan secara lokal. antara lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam akad ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan yang dibangun bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dinyatakan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari jumlah yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kesudahan tahun 1825. Akad disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb. Page 2Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Akad Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Akad London atau Traktat London. Akad ini ditujukan bagi mengatasi konflik yang muncul berturut-turut yang belakang sekali suatu peristiwa pemberlakuan Akad Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Akad ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan bagi tukar menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berdasarkan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dipilihkan secara lokal. antara lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam akad ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan yang dibangun bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dinyatakan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari jumlah yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kesudahan tahun 1825. Akad disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb. Page 3Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Akad Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Akad London atau Traktat London. Akad ini ditujukan bagi mengatasi konflik yang muncul berturut-turut yang belakang sekali suatu peristiwa pemberlakuan Akad Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Akad ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan bagi tukar menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berdasarkan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dipilihkan secara lokal. antara lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam akad ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan yang dibangun bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dinyatakan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari jumlah yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kesudahan tahun 1825. Akad disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb. Page 4Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Akad Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Akad London atau Traktat London. Akad ini ditujukan bagi mengatasi konflik yang muncul berturut-turut yang belakang sekali suatu peristiwa pemberlakuan Akad Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Akad ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan bagi tukar menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berdasarkan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dipilihkan secara lokal. antara lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam akad ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan yang dibangun bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dinyatakan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari jumlah yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kesudahan tahun 1825. Akad disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb. Page 5Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Akad Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Akad London atau Traktat London. Akad ini ditujukan bagi mengatasi konflik yang muncul berturut-turut yang belakang sekali suatu peristiwa pemberlakuan Akad Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Akad ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan bagi tukar menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berdasarkan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dipilihkan secara lokal. antara lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam akad ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan yang dibangun bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dinyatakan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari jumlah yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kesudahan tahun 1825. Akad disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dsb. Page 6Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 7Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 8Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 9Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 10Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 11Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 12Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 13Perjanjian Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) merupakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya sela Kesultanan Gowa yang diganti oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diganti oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan perjanjian perdamaian, pokok sebenarnya merupakan deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sebanyak benda/barang di pelabuhan Makassar (yang diduduki Gowan). Pokok perjanjian
Pustaka
Lihat juga
Sumber : informasi.web.id, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. Page 14Perjalanan Bujangga Manik merupakan salah satu naskah kuna berbahasa Sunda yang berisi kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa dan Bali. Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpankan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik semuanya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing mengandung sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata. Tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang semakin suka menjalani hidup sebagai seorang resi, walaupun sebenarnya dia seorang kesatria dari keraton Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi Kota Bogor). Sebagai seorang resi, dia menerapkan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah sempat singgah di Bali kepada beberapa lama. Pada beres Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha hingga kesudahan hayatnya.[1] Dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik bersumber dari zaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang bersumber dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka, dan Demak membawa pada lebih kurang bahwa naskah ini ditulis kesudahan tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.[2] Naskah ini sangat mempunyai nilai karena menggambarkan geografi dan topografi Pulau Jawa pada saat naskah dibentuk. Semakin dari 450 nama lokasi, gunung, dan sungai diistilahkan di dalamnya. Sebagian luhur dari nama-nama lokasi tersebut sedang digunakan atau dikenal hingga sekarang[3]. Ringkasan NaskahNaskah ini ditulis dengan genre santri lelana ("orang pintar yang berkelana"), suatu genre yang cukup umum digunakan pada naskah-naskah dari masa berikutnya, seperti misalnya Serat Centhini. Disebutkan bahwa Bujangga Manik akan meninggalkan ibunya kepada pergi ke arah timur. Dia sangat teliti dalam menceritakan keberangkatannya. Dari muslihat budinya kita kenal bahwa dia mengenakan ikat kepala (saceundung kaen). Perjalanan pertamanya dilukiskannya secara terperinci. Waktu mendaki wilayah Puncak Bujangga Manik menghabiskan waktu seperti seorang pelancong zaman modern: dia duduk, mengipasi badannya dan menikmati pemandangan, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik tertinggi dari daerah Pakuan (ibukota Kerajaan Sunda). Dari Puncak dia melanjutkan perjalanan hingga menyeberangi Ci Pamali (sekarang dikata Kali Brebes) kepada masuk ke wilayah Jawa. Di wilayah Jawa dia mengembara ke berbagai desa yang termasuk kerajaan Majapahit dan juga kerajaan Demak. Sesampai di Pamalang, Bujangga Manik merindukan ibunya dan memutuskan kepada pulang. Namun pada kesempatan ini, dia semakin suka kepada lewat laut dan menaiki kapal yang datang dari Malaka. Kesultanan Malaka mulai pertengahan ratus tahun ke-15 hingga ditaklukkan oleh Portugis menguasai perdagangan pada perairan ini. Keberangkatan kapal dari pelabuhan dilukiskan seperti upacara pesta bedil ditembakkan, peralatan musik dipertontonkan, beberapa lagu dinyanyikan dengan keras oleh awak kapal; cerminan terperinci mengenai bahan yang digunakan kepada menciptakan kapal diceritakan: berbagai jenis bambu dan rotan, tiang dari kayu laka, juru mudi yang bersumber dari India juga disebutkan; Bujangga Manik benar-benar terpesona karena awak kapal bersumber dari berbagai lokasi atau bangsa. Perjalanan dari Pamalang (sekarang Pemalang) ke Kalapa, pelabuhan Kerajaan Sunda, ditempuh dalam setengah bulan. yang memberi bekas bahwa kapal yang ditumpangi tersebut beristirahat di berbagai lokasi di selang Pamalang dan Kalapa. Dari perjalanan tersebut, Bujangga Manik menciptakan nama alias lainnya adalah Ameng Layaran. Dari Kalapa, Bujangga Manik melalui Pabeyaan dan meneruskan perjalanan ke istana kerajaan di Pakuan, di bidang selatan kota Bogor sekarang bujangga Manik memasuki Pakancilan, terus masuk ke paviliun yang dihias cantik dan duduk di sana. Dia melihat ibunya sedang menenun. Ibunya terkejut dan bahagia melihat anaknya pulang kembali. Dia segera meninggalkan pekerjaannya dan memasuki rumah dengan melalui beberapa lapis tirai, dan naik ke lokasi tidurnya. Ibu Bujangga Manik menyediakan sambutan buat anaknya, menghidangkan sebaki bahan kepada mengunyah sirih, menyisirkan rambutnya, dan mengenakan baju mahal. Dia akhir turun dari kamar tidurnya, keluar dari rumah, pergi ke paviliun dan menyambut anaknya. Bujangga Manik menerima perlengkapan mengunyah sirih yang ditawarkan ibunya. Pada bidang berikutnya, disebutkan mengenai putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana. Jompong Larang, pesuruh putri Ajung Larang meninggalkan istananya, menyeberangi Ci (Sungai) Pakancilan dan datang ke istana Bujangga Manik. Di istana tersebut dia bertemu seorang asing yang sedang mengunyah sirih yang ternyata adalah Bujangga Manik. Jompong Larang terpesona dengan ketampanan Bujangga Manik. Sekembalinya ke istana majikannya, Jompong Larang menemui putri Ajung Larang yang kebetulan sedang sibuk menenun. Putri, yang mengenakan gaun serta di sampingnya aci kotak impor dari Cina, melihat Jompong Larang yang tergesa-gesa, menaiki tangga dan akhir duduk di sampingnya. Putri menanyakan pesan apa yang dibawanya. Jompong Larang mengatakan bahwa dia melihat pria yang sangat tampan, sepadan bagi putri Ajung Larang. Dia menceritakan bahwa Ameng Layaran semakin tampan daripada Banyak Catra atau Silih Wangi, atau sepupu sang putri, atau siapapun itu. Semakin dari itu, pria itu pintar menciptakan sajak dalam daun lontar serta mampu berbahasa Jawa. Putri Ajung Larang langsung dihinggapi rasa cinta. Dia akhir membubarkan pekerjaan menenunnya dan memasuki rumah. Di sana dia sibuk menyediakan hadiah bagi pria muda tersebut, yang terdiri dari berbagai perlengkapan mengunyah sirih, menggunakan bahan-bahan yang indah, dengan sangat hati-hati. Putri juga menambahkan koleksi wangi-wangian yang sangat mahal: "seluruh wewangian tersebut bersumber dari luar negeri", juga baju dan sebuah keris yang indah. Ibu Bujangga Manik mendesak anaknya kepada menerima hadiah dari putri Ajung Larang akhir menggambarkan kecantikan putri yang luar biasa serta pujian-pujian lainnya. Ibunya juga mengatakan bahwa putri berkeinginan kepada meyerahkan dirinya kepada Bujangga Manik serta mengucapkan kata-kata yang tidak pernah disampaikan putri Ajung Larang, "Diri sendiri akan menyerahkan diri diri sendiri. Diri sendiri akan menyambar seperti elang, menerkam seperti harimau, menginginkan diterima sebagai kekasih. Ameng Layaran terkejut mendengar ucapan-ucapan ibunya yang antusias dan mengatakannya sebagai kata-kata terlarang (carèk larangan) dan bertekad kepada menolak hadiah tersebut dengan kata-kata yang panjang juga. Dia menginginkan ibunya bersama Jompong Larang kepada mengembalikan hadiah tersebut kepada putri serta menghibur putri. Dia semakin suka kepada hidup sendiri dan menjaga petuah yang dia terima selama perjalanannya ke Tanah Jawa, di pesantren di lereng Gunung Merbabu (yang dia sebut dalam naskah ini sebagai Gunung Damalung dan Pamrihan). Kepada itulah Bujangga Manik terpaksa harus meninggalkan ibunya. Bujangga Manik mengambil tasnya yang mengandung buku luhur (apus ageung) dan siksaguru, juga tongkat rotan serta pecut. Dia akhir mengatakan bahwa dia akan pergi lagi ke timur, ke ujung timur pulau Jawa kepada mencari lokasi nanti dia dikuburkan, kepada mencari "laut kepada hanyut, suatu lokasi kepada kematiannya, suatu lokasi kepada merebahkan tubuhnya". Dengan kata-kata yang dramatis ini dia meninggalkan istana dan memulai pengembaraan panjangnya. Dia meneruskan perjalanannya ke timur, menuliskan banyak sekali nama lokasi yang sebagian sedang digunakan hingga sekarang.[4] Rujukan
Catatan kaki
Sumber : p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya. Page 15Perjalanan Bujangga Manik merupakan salah satu naskah kuna berbahasa Sunda yang berisi kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa dan Bali. Naskah ini ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpankan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik semuanya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing mengandung sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata. Tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang semakin suka menjalani hidup sebagai seorang resi, walaupun sebenarnya dia seorang kesatria dari keraton Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi Kota Bogor). Sebagai seorang resi, dia menerapkan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah sempat singgah di Bali kepada beberapa lama. Pada beres Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha hingga kesudahan hayatnya.[1] Dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik bersumber dari zaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang bersumber dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka, dan Demak membawa pada lebih kurang bahwa naskah ini ditulis kesudahan tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.[2] Naskah ini sangat mempunyai nilai karena menggambarkan geografi dan topografi Pulau Jawa pada saat naskah dibentuk. Semakin dari 450 nama lokasi, gunung, dan sungai diistilahkan di dalamnya. Sebagian luhur dari nama-nama lokasi tersebut sedang digunakan atau dikenal hingga sekarang[3]. Ringkasan NaskahNaskah ini ditulis dengan genre santri lelana ("orang pintar yang berkelana"), suatu genre yang cukup umum digunakan pada naskah-naskah dari masa berikutnya, seperti misalnya Serat Centhini. Disebutkan bahwa Bujangga Manik akan meninggalkan ibunya kepada pergi ke arah timur. Dia sangat teliti dalam menceritakan keberangkatannya. Dari muslihat budinya kita kenal bahwa dia mengenakan ikat kepala (saceundung kaen). Perjalanan pertamanya dilukiskannya secara terperinci. Waktu mendaki wilayah Puncak Bujangga Manik menghabiskan waktu seperti seorang pelancong zaman modern: dia duduk, mengipasi badannya dan menikmati pemandangan, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik tertinggi dari daerah Pakuan (ibukota Kerajaan Sunda). Dari Puncak dia melanjutkan perjalanan hingga menyeberangi Ci Pamali (sekarang dikata Kali Brebes) kepada masuk ke wilayah Jawa. Di wilayah Jawa dia mengembara ke berbagai desa yang termasuk kerajaan Majapahit dan juga kerajaan Demak. Sesampai di Pamalang, Bujangga Manik merindukan ibunya dan memutuskan kepada pulang. Namun pada kesempatan ini, dia semakin suka kepada lewat laut dan menaiki kapal yang datang dari Malaka. Kesultanan Malaka mulai pertengahan ratus tahun ke-15 hingga ditaklukkan oleh Portugis menguasai perdagangan pada perairan ini. Keberangkatan kapal dari pelabuhan dilukiskan seperti upacara pesta bedil ditembakkan, peralatan musik dipertontonkan, beberapa lagu dinyanyikan dengan keras oleh awak kapal; cerminan terperinci mengenai bahan yang digunakan kepada menciptakan kapal diceritakan: berbagai jenis bambu dan rotan, tiang dari kayu laka, juru mudi yang bersumber dari India juga disebutkan; Bujangga Manik benar-benar terpesona karena awak kapal bersumber dari berbagai lokasi atau bangsa. Perjalanan dari Pamalang (sekarang Pemalang) ke Kalapa, pelabuhan Kerajaan Sunda, ditempuh dalam setengah bulan. yang memberi bekas bahwa kapal yang ditumpangi tersebut beristirahat di berbagai lokasi di selang Pamalang dan Kalapa. Dari perjalanan tersebut, Bujangga Manik menciptakan nama alias lainnya adalah Ameng Layaran. Dari Kalapa, Bujangga Manik melalui Pabeyaan dan meneruskan perjalanan ke istana kerajaan di Pakuan, di bidang selatan kota Bogor sekarang bujangga Manik memasuki Pakancilan, terus masuk ke paviliun yang dihias cantik dan duduk di sana. Dia melihat ibunya sedang menenun. Ibunya terkejut dan bahagia melihat anaknya pulang kembali. Dia segera meninggalkan pekerjaannya dan memasuki rumah dengan melalui beberapa lapis tirai, dan naik ke lokasi tidurnya. Ibu Bujangga Manik menyediakan sambutan buat anaknya, menghidangkan sebaki bahan kepada mengunyah sirih, menyisirkan rambutnya, dan mengenakan baju mahal. Dia akhir turun dari kamar tidurnya, keluar dari rumah, pergi ke paviliun dan menyambut anaknya. Bujangga Manik menerima perlengkapan mengunyah sirih yang ditawarkan ibunya. Pada bidang berikutnya, disebutkan mengenai putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana. Jompong Larang, pesuruh putri Ajung Larang meninggalkan istananya, menyeberangi Ci (Sungai) Pakancilan dan datang ke istana Bujangga Manik. Di istana tersebut dia bertemu seorang asing yang sedang mengunyah sirih yang ternyata adalah Bujangga Manik. Jompong Larang terpesona dengan ketampanan Bujangga Manik. Sekembalinya ke istana majikannya, Jompong Larang menemui putri Ajung Larang yang kebetulan sedang sibuk menenun. Putri, yang mengenakan gaun serta di sampingnya aci kotak impor dari Cina, melihat Jompong Larang yang tergesa-gesa, menaiki tangga dan akhir duduk di sampingnya. Putri menanyakan pesan apa yang dibawanya. Jompong Larang mengatakan bahwa dia melihat pria yang sangat tampan, sepadan bagi putri Ajung Larang. Dia menceritakan bahwa Ameng Layaran semakin tampan daripada Banyak Catra atau Silih Wangi, atau sepupu sang putri, atau siapapun itu. Semakin dari itu, pria itu pintar menciptakan sajak dalam daun lontar serta mampu berbahasa Jawa. Putri Ajung Larang langsung dihinggapi rasa cinta. Dia akhir membubarkan pekerjaan menenunnya dan memasuki rumah. Di sana dia sibuk menyediakan hadiah bagi pria muda tersebut, yang terdiri dari berbagai perlengkapan mengunyah sirih, menggunakan bahan-bahan yang indah, dengan sangat hati-hati. Putri juga menambahkan koleksi wangi-wangian yang sangat mahal: "seluruh wewangian tersebut bersumber dari luar negeri", juga baju dan sebuah keris yang indah. Ibu Bujangga Manik mendesak anaknya kepada menerima hadiah dari putri Ajung Larang akhir menggambarkan kecantikan putri yang luar biasa serta pujian-pujian lainnya. Ibunya juga mengatakan bahwa putri berkeinginan kepada meyerahkan dirinya kepada Bujangga Manik serta mengucapkan kata-kata yang tidak pernah disampaikan putri Ajung Larang, "Diri sendiri akan menyerahkan diri diri sendiri. Diri sendiri akan menyambar seperti elang, menerkam seperti harimau, menginginkan diterima sebagai kekasih. Ameng Layaran terkejut mendengar ucapan-ucapan ibunya yang antusias dan mengatakannya sebagai kata-kata terlarang (carèk larangan) dan bertekad kepada menolak hadiah tersebut dengan kata-kata yang panjang juga. Dia menginginkan ibunya bersama Jompong Larang kepada mengembalikan hadiah tersebut kepada putri serta menghibur putri. Dia semakin suka kepada hidup sendiri dan menjaga petuah yang dia terima selama perjalanannya ke Tanah Jawa, di pesantren di lereng Gunung Merbabu (yang dia sebut dalam naskah ini sebagai Gunung Damalung dan Pamrihan). Kepada itulah Bujangga Manik terpaksa harus meninggalkan ibunya. Bujangga Manik mengambil tasnya yang mengandung buku luhur (apus ageung) dan siksaguru, juga tongkat rotan serta pecut. Dia akhir mengatakan bahwa dia akan pergi lagi ke timur, ke ujung timur pulau Jawa kepada mencari lokasi nanti dia dikuburkan, kepada mencari "laut kepada hanyut, suatu lokasi kepada kematiannya, suatu lokasi kepada merebahkan tubuhnya". Dengan kata-kata yang dramatis ini dia meninggalkan istana dan memulai pengembaraan panjangnya. Dia meneruskan perjalanannya ke timur, menuliskan banyak sekali nama lokasi yang sebagian sedang digunakan hingga sekarang.[4] Rujukan
Catatan kaki
Sumber : p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya. Page 16Akad Bungaya (sering juga dinamakan Bongaya atau Bongaja) adalah akad perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya selang Kesultanan Gowa yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Hindia Belanda yang diwakili oleh Admiral Cornelis Speelman.[1] Walaupun dinamakan akad perdamaian, pokok sebenarnya adalah deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sejumlah benda/barang di pelabuhan Makassar (yang dikuasai Gowan). Pokok akad
Referensi
Lihat pula
Sumber : id.wikipedia.org, diskusi.biz, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya. Page 17Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. Page 18Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. Page 19Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. Page 20Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. Page 21Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diganti oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diganti oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. Page 22Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diganti oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diganti oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. Page 23Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Selang Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda mentandatangani Kontrak Britania-Belanda 1824, yang juga dikenal dengan Kontrak London atau Traktat London. Kontrak ini ditujukan untuk mengatasi konflik yang muncul beruntun dampak pemberlakuan Kontrak Britania-Belanda 1814. Belanda diganti oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Britania diganti oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Kontrak ini menjelaskan, bahwa kedua negara diijinkan untuk ganti menukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka) dan Indonesia, berlandaskan kepada negara yang paling dimohon, dengan pertimbangan masing-masing negara harus mematuhi peraturan yang dikuatkan secara lokal. selang lain :
Pertimbangan-pertimbangan dalam kontrak ini, mengikutsertakan :
Semua serah terima dari kepemilikan dan kontruksi bangunan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Termasuk penyerahan Jawa kembali kepada Belanda, seperti yang dijelaskan pada Convention on Java tanggal 24 Juni 1817. Hal ini diluar dari banyak yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 pounds sterling sebelum kemudian tahun 1825. Kontrak disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda. Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya. |