Apa yang dimaksud dengan teknik sadur berikan contohnya

Oleh: Kristina Dwi Lestari

Terkadang kita sulit untuk memahami ide sebuah tulisan yang panjang dan tidak jarang juga kita kemudian membuat ringkasan dari sebuah tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide dari si penulis. Hal serupa juga dilakukan manakala kita ingin menyalin tulisan dalam bahasa lain atau karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur bisa menjadi sebuah alternatif. [block:views=similarterms-block_1]

Meringkas, menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan. Ketiganya masih berpatokan pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal mentranskrip, ada sedikit perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan bentuk lisan ke bentuk tulisan. Lebih jauh lagi tentang ketiga hal ini, diuraikan dalam tiga butir berikut ini.

Meringkas

Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat dan memerhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas. Hal ini berkaitan dengan upaya kita untuk menangkap gagasan atau ide dari pengarang. Langkah meringkas bisa kita pakai untuk mengetahui maksud dan tujuan pengarang juga dalam rangka menyajikan sebuah tulisan ke dalam bentuk yang ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide asli pengarang.

Dalam hal ini, yang harus kita perhatikan dalam membuat sebuah ringkasan adalah mempertahankan urutan asli dari ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan kita mencampuradukkan pengertian tersebut ketika kita akan membuat sebuah ikhtisar. Patokan akan kedua hal tersebut ada perbedaannya. Dalam membuat ikhtisar, kita tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proposional (Keraf 1984: 262).

Berikut akan kita bahas tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan sebagai penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu (Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat.

Lalu apa tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam daya kreasi dan konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan yang baik, cara pemecahan suatu masalah, dan lain sebagainya.

Beberapa bentuk ringkasan di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun desertasi), sebuah proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak (Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak atau ringkasan berdasarkan penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan sebagai memberikan uraian yang sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang dibahas. Ringkasan dalam sebuah karya ilmiah hendaknya meliputi dasar masalah, asumsi dasar, hipotesa, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan, dan saran-saran.

Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya fiksi atau nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya yang kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara utuh (Djuharie dan Suherli 2001: 12).

Sementara bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah bentuk ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari permasalahan yang diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13).

Menyadur

Mencoba menyalin sebuah tulisan menjadi ringkas dapat dilakukan juga dengan cara menyadur. Bentuk saduran banyak kita lihat dalam karya fiksi. Penyaduran ini biasanya terlihat pada karya-karya yang berasal dari bahasa asing.

Menyadur adalah menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besar cerita, biasanya dari bahasa lain. Menyadur juga diartikan sebagai mengolah (hasil penelitian, laporan, dsb.) atau mengikhtisarkan (KBBI 2002: 976). Dengan demikian, menyadur mengandung konsep menerjemahkan secara bebas dengan meringkas, menyederhanakan, atau mengembangkan tulisan tanpa mengubah pokok pikiran asal. Hal penting yang harus kita ketahui ialah bahwa dalam menyadur sebuah tulisan, ternyata kita diperkenankan untuk memperbaiki bentuk maupun bahasa karangan orang lain, misalnya dalam kasus karangan terjemahan.

Dalam sebuah proses penyaduran karya orang lain, kita masih tetap berpegang untuk tidak mengubah pokok pikiran asal dari penulis aslinya. Sebagai contoh, ketika kita akan membuat saduran sebuah cerita, konsistensi yang perlu kita perhatikan adalah tetap berpegang pada alur cerita, ide cerita, maupun plot yang ada di dalam cerita tersebut. Jangan justru menambahi ide ke dalam cerita tersebut. Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan dalam menyadur adalah dengan meminta izin, mencantumkan sumber tulisan berikut nama penulisnya.

Mentranskrip

Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu pada penyalinan sebuah bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi menurut definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang (2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu bahwa terjadi sebuah penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam bentuk tertulis.

Ada beberapa macam transkripsi mengacu pada Kamus Linguistik Harimurti Kridalakasana (2002: 219). Meskipun sangat kental dengan istilah-istilah linguistik, mengingat pentranskripsian memang dekat dengan kajian ilmu fonetik, pengenalan macam-macam transkripsi berikut ini tentulah menambah wawasan kita.

  1. Transkripsi berurutan, yaitu transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan dari kata-kata lepas.
  2. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi yang menggunakan satu lambang untuk menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya.
  3. Transkripsi fonetis, yaitu transkripsi yang berusaha menggambarkan semua bunyi secara teliti.
  4. Transkripsi kasar, yaitu transkripsi fonetis yang mempergunakan lambang terbatas berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai sistem aksara yang mudah dibaca.
  5. Transkripsi impresionistis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang sebanyak-banyaknya yang dibuat tanpa pengetahuan mengenai sistem bahasa tertentu; transkripsi semacam ini biasa dibuat pada pengenalan pertama suatu bahasa.
  6. Transkripsi ortografis, yaitu transkripsi yang sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan suatu bahasa.
  7. Transkripsi saksama, yaitu transkripsi fonetis yang secara cermat menggambarkan kontinum wicara.
  8. Transkripsi sistematis, yaitu transkripsi fonetis dengan lambang terbatas yang dibuat setelah si penyelidik mengenal bahasanya dan setelah segmen-segmen ujaran diketahui.

Secara garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan. Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau keterangan pers. Proses tersebut, sebagaimna disebutkan Shaddily dan Echols, sama halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk keperluan tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk tulisan atau ketik.

Sebuah cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, di dalamnya mencakup cara menyajikan sebuah tulisan, pembicaran ke dalam bentuk tertulis yang tersaji secara ringkas. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah tulisan hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi akan sebuah urut-urutan sesuai dengan ide atau gagasan pengarang. Begitu halnya saat kita menyadur, hal tersebut juga berlaku -- tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi kita. Terutama untuk mempertajam pemahaman kita tentang karya asli. Tambahan lagi, kita akan menjadi lebih mencermati apa yang kita baca maupun dengar, tegas Keraf (1984:262).

Daftar Referensi: Djuharie, O dan Setiawan, Suherli. 2001. "Panduan Membuat Karya Tulis". Bandung: Yrama Widya.

Ditranskripsikan, dalam http://ind.proz.com/kudoz/1644238#3789276

Echols, M.John dan Shadily, Hassan. 1989. "Kamus Indonesia-Inggris". Jakarta: Gramedia. Harianto, GP. 2000. Teknik Penulisan Literatur. Bandung: Penerbit Agiamedia. Kridalaksana, Harimurti. 2001. "Kamus Lingusitik". Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 1984. "Komposisi". Flores: Penerbit Nusa Indah Badudu, JS. 2005. "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Jakarta: Kompas Widyamartaya, Al dan Sudiati, Veronica. 1997. "Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah". Jakarta: Grasindo.

Poon, PM. "Kaedah Pengejaan Istilah Pinjaman", dalam http://ms.wikipedia.org/wiki/Pengguna:PM_Poon/Kaedah_pengejaan_istilah_pinjaman


Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Jakarta: Balai Pustaka.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah meningkatkan kemampuan menulis guru di Indonesia. Tetapi dalam hal penulisan guru di indonesia sangat kurang, hal ini dapat kita ketahui Paling tidak ada tiga indikator yang melatar belakanginya. Pertama, rendahnya penyertaan guru dalam setiap lomba penulisan yang diadakan oleh Kemendikbud untuk tingkat Nasional dan Dinas Pendidikan untuk tingkat propinsi dan kota/kabupaten, termasuk juga lomba-lomba menulis yang diadakan oleh organisasi profesi guru. Kedua adalah kebiasaan guru yang jarang menulis hal ini dapat kita lihat jarangnya publikasi ilmiah penelitian yang dilakukan oleh guru, dan ketiga adalah budaya masyarakat kita yang lebih suka melihat tayangan televisi dari pada membaca, sehingga guru kering akan gagasan dan ide yang dapat meraka tuliskan.

Setiap tahun Pusat Perbukuan Kemendikbud mengadakan lomba penulisan buku pengayaan untuk guru dan tenaga kependidikan. Jumlah pesertanya setiap tahun tidak menunjukan peningkatan yang signifikan. Menurut Panitia Lomba Penulisan Buku Pengayaan Tahun 2010, jumlah pesertanya tidak sampai 500 orang. Suatu angka yang buruk bila dibandingkan dengan jumlah guru di Indonesia yang saat ini mencapai 2,6 juta orang. Padahal hadiah yang disiapkan untuk sekitar lima puluh pemenang bagi semua kategori dan tingkatan mendekati angka Rp 3 milyar, (Sumber Najian lengkong Agupena 2011). Dalam upaya belajar menulis guru dapat menerapkan beberapa tehknik yang dapat membantu guru dalam menjadi seorang penulis. Salah satu cara yang paling mungkin dan mudah yang dapat guru lakukan dalam memulai belajar menjadi penulis adalah dengan tehnik penyaduran.

A.Pengertian Saduran

Dalam rangka peningkatan kemampuan guru dalam menulis yang sederhana dan yang paling mungkin dilakukan oleh guru adalah saduran, karena guru dapat menuliskannya dengan menggunakan bahasnya sendiri, sehingga akan lebih mudah dilakukan khususnya bagi penulis pemula atau guru yang ingin belajar menjadi penulis. Saduran adalah merubah dan menyalin ulang naskah yang ada dengan bahasa sendiri dengan esensi yang sama. Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  saduran adalah:

1.Hasil menyepuh

2.Hasil menggubah, gubahan bebas dari cerita lain tanpa merusak garis besar cerita

3.Ikhtisar, ringkasan, dan laporan

Agar dalam penyaduran guru tidak terjebak dalam plagiarisme, tentunya kita wajib mencantumkan dari mana ide tersebut kita dapatkan, sebagai bentuk apresiasi kita terhadap penulis yang memberikan inspirasi tersebut.

B.Prasyarat Penyadur

Untuk menjadi penyadur yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk antara lain sebagai berikut:

1.Menguasai dengan baik bahasa buku yang akan kita sadur, hal ini merupakan hal yang paling penting dan mutlak, karena tanpa penguasaan bahasa buku yang baik saduran yang kita tulis dapat bermakna ambigu dan keluar dari esensi yang kita maksudkan. Berbeda dengan terjemahan yang kaku saduran lebih fleksibel karena berdasarkan bahasa dan pemahaman kita sendiri tetapi tidak boleh terlepas dari makna sumber yang kita sadur.

2.Memahami gagasan utama karya asal, memahami gagasan ini dapat kita latih dengan mencari tema suatu paragraf atau cerita. Dengan memahami gagasan utama kita telah menemukan inti permasalahan dari bahan yang kita sadur.

3.Menguasai bahasa saduran, penguasaan bahasa saduran erat kaitannya dengan kemampuan bahasa penyadur, cara terbaik untuk malatih penguasaan bahasa saduran ini dapat kita tingkatkan dengan sering membaca buku dan literatur, sehingga kita menjadi kaya akan kosa kata.

4.Memahami aturan penyaduran, aturan yang paling utama dalam penyaduran adalah harus dan wajib untuk mencantumkan sumber asal penyaduran tersebut, hal ini adalah untuk menghindari Plagiarisme atau penjiplakan. Untuk meningkatkan kemampuan kita akan aturan penyaduran adalah dengan membaca hasil saduran yang sudah baku dengan hasil saduran kita, sehingga kita mendapatkan gambaran sejauh mana kemampuan kita dalam memahami aturan penyaduran tersebut.

5.Mengetahui berbagai bentuk karya tulis, karya tulis yang ada sekarang sangat beragam jenisnya, tetapi secara garis besar hanya terdiri dari fiksi dan non fiksi. Karya tulis fiksi dapat berupa cerpen, novel, roman dan esai yang dapat kita sadur menjadi suatu rangkuman, ringkasan, ikhtisar dan sebagainya. Sedangkan karya tulis non fiksi yang dapat kita sadur antara lain makalah, skripsi, tesis, kritik artikel dan resensi. Dengan mengetahui ciri dan karakteristik masing-masing kita dapat segera menentukan langkah yang paling tepat dalam penyaduran.

6.Aturan karya tulis, peningkatan kemampuan ini dapat dilakukan dengan belajar melihat berbagai resensi buku tentang aturan penulisan karya tulis yang biasanya dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi yang ditujukan untuk pembimbingan penulisan karya ilmiah kapada mahasiswa. Atau dengan melihat dan mempelajari karya tulis saduran yang sudah baku.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam sudut pandang penulis karya tulis saduran antara lain sebagai berikut:

1.Mengetahui sumber karya saduran, penulis harus mengetahui dengan jelas sumber yang dijadikan rujukan dalam karya tulis yang hendak kita sadur, hal ini dimaksudkan untuk kontrol dalam hasil akhir saduran, jangan sampai hasil suduran yang kita lakukan berbeda maknanya dari sumber aslinya.

2.Kemampuan penyadur dalam menguasai karya asal bahan yang disadur, bagi penulis atau penyadur harus benar-benar manguasai bahan yang akan disadur, hal ini mengandung maksud agar hasil penyaduran benar-benar melalui telaah yang dapat dipertanggung jawabkan.

3.Tujuan dalam penyaduran yang dilakukan oleh penulis, tentunya untuk pengembangan Ilmu pengetahuan bukan untuk plagiarisme.

C.Langkah-langkah dalam Menyadur

Beberapa langkah dasar dalam menulis karangan saduran yang dapat dilakukan oleh guru antara lain:

1.Membaca dengan cepat dan cermat/ membeca skeming, membaca dengan cermat dengan cepat memerlukan proses untuk dapat menguasainya, dalam mengasah kemampuan ini guru dapat melatihnya dengan membaca cepat suatu cerita kemudian menyusunnya dalam bahasa sendiri secara cepat. Atau dengan mencoba mecari gagasan utama dari suatu paragraf dengan cepat.

2.Gagasan utama dari karya asal yang akan disadur, jika gagasan utamanya sudah ditemukan maka penyadur akan dengan mudah mencari benang merah dari setiap kejadian dan sudut pandang dari karya asal, sehingga akan dengan mudah bagi penulis untuk menyadur dengan bahasa sendiri.

3.Kerangka alur dari karya asal ditulis dalam bentuk iktisar untuk memudahkan penyaduran. Penulisan ikhtisar ini tentunya tidak boleh keluar dari makna karya tulis  yang kita sadur.

4.Mengembangkan kerangka alur. Pengembangan karangka alur seperti kita mengambangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Kerangka alur yang sudah ditulis kita kembangkan dengan tanpa menghilangkan esensi dari karya yang kita sadur tersebut.

5.Menuliskan saduran juga harus memperhatikan budaya karya asal, sebagai contoh bentuk tulisan asing dengan bahasa yang langsung tidak berbelit-belit, kultur ini berbeda dengan orang timur yang cenderung berputar-putar dalam menyimpulkan sesuatu.

6.Evaluasi ketepatan dalam penyaduran dilakukan dengan membandingkan hasil saduran dengan karya asli, apakah esensinya berbeda, apakah maknanya berbeda, seberapa besar kesesuaannya, bagaimana sistematika penilisannya dan apakah bahasa yang kita tuliskan sudah baku apa belum. Keenam langkah diatas dapat dilatih untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menulis, terutama saduran karya tulis.

Demikian sedikit pengetahuan tentang penyaduran dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyadur, karena pada prinsipnya penyaduran merupakan latihan yang sederhana dan yang paling mungkin dapat guru lakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis, semoga sedikit tulisan ini dapat membantu guru dalam memahami penyaduran yang kemudian dapat diimplementasikan dengan berkarya dan menulis, semoga...