Upaya represif yang dilakukan Bank Indonesia terkait penemuan uang palsu tersebut adalah

KBRN, Jakarta: Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat tetap mewaspadai peredaran uang palsu selama masa Idul Fitri 2022 ini, meski temuan uang palsu terus menurun dari tahun ke tahun.

“Penemuan uang palsu semakin menurun. Sepanjang triwulan I-2022 ditemukan 33,668 lembar uang palsu.  Sebanyak 32,180 lembar hasil temuan BI dan sisanya hasil penyelidikan kepolisian. Dibandingkan triwulan IV-2021, penemuan uang palsu menurun 30 persen, dan jika dibandingkan dengan periode yang sama di triwulan I-2021 penemuan uang palsu di masyarakat turun 24 persen,” ungkap Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Eva Aderia, Jumat (29/4/2022).

Menurut Eva, uang palsu yang ditemukan kebanyakan uang pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu. Peredaran uang palsu paling banyak ditemukan di Pulau Jawa  sebanyak 28,017 lembar. Lalu di Pulau Sumatera sebanyak 3,668 lembar dan di Sulawesi, Maluku, Papua sebanyak 731 lembar .

Bank Indonesia, lanjut Eva, terus berupaya untuk mencegah peredararan uang palsu dan mengambil tindakan hukum terhadap peredaran uang palsu. Untuk itu Bank Indonesia melakukan langkah preventif, pre-emptive dan represif.

Langkah preventif dilakukan dengan cara membuat desain dan fitur keamanan yang tinggi sehingga uang rupiah semakin sulit dipalsukan. Langkah pre-emptive dilakukan dengan cara edukasi dan komunikasi pada mastarakat. Antara lain dengan terus menyosialisasikan 3D ( dilihat, diterawang, diraba) untuk menghindari uang palsu. Selain itu juga dengan melakukan gerakan Cinta, Bangga dan Paham Rupiah.

“Sedangkan tindakan represif dilakukan dengan berkordinasi dan bersinergi dengan Badan Kordinasi Penanggulangan Uang Palsu yang terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kementerian Keuangan, Kepolisian dan pemangku kepentingan lainnya,” pungkas Eva.

pembuatan masker di tengah pandemi virus covid-19 apabila dipandang dari sisi positifnya termasuk dalam sistem ekonomi...a.tradisionalb.nasionalc.sosi … alisd.liberale.campuran​

masalah produksi menyangkut permasalahana. apakah benda pemuas kebutuhan yang diproduksi memang benda yang dapat dimiliki oleh konsumenb. bagaimana me … mproduksi semua benda (barang dan jasa) yang dibutuhkan oleh banyak orang c. Bagaimana supaya benda-benda hasil produksi bisa sampai ke tangan konsumen yang membutuhkan d. barang dan jasa apa saja yang akan diproduksi dalam jumlah berapa e.Bagaimana (how)proses produksi akan dilakukan​

keuntungan dari pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah​

a. jika kevin mempunyai tabungan sebesar Rp. 3.250.000,00,tentukan pengelolaan keuangan yang baik untuk kevin! tuliskan prioritas kebutuhan dan jelask … an alasan rasionalnya​

..........................

Ukuran kebutuhan yang tersusun dalam daftar berdasarkan tingkat kebutuhan seseorang, dimulai dari kebutuhan yang paling penting sampai kebutuhan ya be … rsifat bisa ditunda pemenuhannya?​

Dalam menentukan pilihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya bahwa seseorang harus membuat keputusan untuk memilih suatu hal denga … n mengorbankan hal lain dengan alasan ekonomis?​

cara membuat server gratis on 24 jam​

Seorang ahli ekonomi yang memelopori pembahasan ekonomi secara sistematis dan menguraikannya secara ilmu pengetahuan adalah….

Penggunaan uang yang diberikan orangtua dengan cara bijak terlihat dalam contoh ....

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memiliki tiga strategi penanggulangan peredaran uang palsu di masyarakat.

Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Asral Mashuri mengatakan, tiga strategi yang dilakukan BI terdiri dari langkah preventif, preemtif, dan represif.

Strategi preventif dilakukan dengan cara memperkuat fitur pengamanan uang yang beredar di masyarakat sehingga oknum-oknum yang mempunyai keinginan untuk memalsukan uang merasa kesulitan.

Baca juga: Komplotan Pengedar Uang Palsu Dibekuk Polisi

"Kami sebut (strategi) preventif itu sebagai pencegahan. Caranya dengan melakukan kajian analisa untuk memperkuat fitur keamanan sehingga orang yang mencoba melakukan penipuan uang, dalam hal ini orang yang memproduksi, akan merasa kesulitan karena fitur keamanan kami sudah canggih," kata Asral kepada Kompas.com, Jumat (1/2/2019).

"Kami juga punya laboratorium khusus yang fungsi tim tersebut memberi masukan kepada divisi pengembangan BI terkait fitur-fitur mana saja yang sering kali lolos dan mudah ditembus oleh pemalsu uang. Itu yang kami perkuat," lanjut dia.

Nantinya, lanjut Asral, oknum pemalsu uang merasa kesulitan untuk mencetak uang palsu dan masyarakat mudah membedakan antara uang asli dan uang palsu.

"Kalaupun masih ada yang memalsukan, itu sudah kesulitan dulu. Mereka mungkin berusaha keras agar uang yang dicetak tidak mudah diketahui perbedaannya dengan yang asli," ujar Asral.

Strategi kedua adalah preemtif atau langkah edukasi pada masyarakat. Asral menyebut, BI berperan aktif dalam memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar bisa membedakan antara uang asli dan uang palsu.

Sosialisasi dilakukan dengan cara menayangkan iklan di media sosial, cetak, dan elektronik serta memberikan pelatihan pada masyarakat, sehingga lebih jeli membedakan antara uang asli dan uang palsu.

"Sosialisasi bersifat massal dan masif. Sosialisasi yang paling mudah diingat oleh masyarakat adalah iklan layanan masyarakat yang dikenal dengan iklan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Sementara, training biasanya kami berikan pada pegawai bank seperti teller," ungkap Asral.

Baca juga: Edarkan Uang Palsu, Pelaku Bertransaksi di Warung dan Pom Bensin pada Malam Hari

Apabila strategi preventif dan preemtif tetap dilawan oleh pembuat uang palsu, maka BI akan menempuh strategi ketiga, yakni represif.

BI berkoodinasi dengan aparat kepolisian dan kejaksaan untuk memberi tindakan tegas pada oknum pembuat dan pengedar uang palsu.

"Kami akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk memberikan dokumen forensik analisis yang akan menganalisis mana uang palsu dan uang asli. Kami bisa tahu mereka mencetak uang pakai alat cetak apa, bahannya apa, dan teknik cetak. Itu akan menjadi salah satu barang bukti di pengadilan selain keterangan dari saksi ahli dari pihak BI," kata Asral.

"Dalam hal ini, pihak Polsek Metro Setiabudi telah menghubungi kami untuk membantu proses penyidikan," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Polsek Metro Setiabudi, Jakarta Selatan, menangkap enam orang pengedar uang palsu beberapa waktu lalu.

Tak terhitung berapa rupiah palsu yang mereka edarkan sejak 2009.

Komplotan pengedar itu diketahui menerima uang palsu dari seorang pencetak berinisial OA.

Baca juga: Pengedar Uang Palsu dengan Modus Pinjam Uang Ditangkap

OA mencetak uang palsu sesuai permintaan pengedarnya. Ia beroperasi di rumahnya di daerah Bogor, Jawa Barat, dengan mengandalkan printer, laptop, mesin laminating, dan kertas.

Saat ini, OA masih diburu polisi.

Selain mencari untung dengan modus pinjam uang, komplotan ini kerap membelanjakan uang palsunya untuk dapat kembalian uang asli.

Komplotan pengedar itu juga mencari untung dengan mengelabui warung hingga stasiun pengisian bahan bakar (SPBU). 

"Mereka biasanya membelanjakan (uang palsu) pada waktu malam hari," kata Kapolsek Metro Setiabudi AKBP Tumpak Simangunsong, Kamis (31/1/2019).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Upaya represif yang dilakukan Bank Indonesia terkait penemuan uang palsu tersebut adalah

Upaya represif yang dilakukan Bank Indonesia terkait penemuan uang palsu tersebut adalah
Lihat Foto

DYLAN APRIALDO RACHMAN/KOMPAS.com

Kasubdit Uang Palsu Dirtipideksus Bareskrim Polri Kombes Wisnu Hermawan, Analis Kebijakan Madya Divisi Humas Mabes Polri Kombes Pol Sulistyo Pudjo Nugroho, Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Asral Mashuri

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memiliki tiga strategi menghadapi peredaran uang palsu di kalangan masyarakat. Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Asral Mashuri mengungkapkan tiga strategi itu terdiri dari langkah preventif, preemtif dan represif."Secara preventif kita berupaya uang rupiah dilindungi fitur pengaman yang baik," ungkap Asral di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (16/3/2018). Asral mencontohkan, sindikat pemalsu uang yang dibongkar oleh Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri pada hari ini cenderung gagal dalam meniru uang pecahan Rp 100.000 emisi 2014.

"Kita punya salah satunya fitur optically variable ink (OVI), di uang palsu sitaan ini jika dilihat dari sudut pandang berbeda tidak berubah warnanya dari emas menjadi hijau, harusnya ada perubahan warna," katanya

Baca juga : Polri Bongkar Jaringan Sindikat Uang Palsu, Enam Orang Ditangkap Berkaca dari kegagalan sindikat tersebut, Asral menegaskan bahwa BI terus melakukan tindakan preventif dengan meningkatkan fitur pengaman dalam uang rupiah. Saat ini, BI melengkapi uang kertas rupiah dengan 18 fitur pengaman. "Maka pemalsu uang di bagian depan saja sudah kesulitan, ini hasilnya (uang palsu) jauh dari aslinga," ungkapnya.Strategi kedua merupakan langkah preemtif. Asral menuturkan, BI dan Polri terus melakukan sosialisasi mengenalkan keaslian uang kepada masyarakat baik melalui media massa dan edukasi langsung dengan masyarakat.

"Kita bertemu dengan kasir perbankan, kasir supermarket, retailer, masyarakat, kita lakukan workhsop dan sosialisasi," ujarnya.

Baca juga : BI: Uang Palsu Rawan Beredar Saat Pilkada Serentak 2018 Dengan demikian, apabila masyarakat memahami keaslian uang rupiah maka akan mempersempit ruang gerak sindikat uang palsu dalam mengedarkan uang palsu ke masyarakat.BI juga memiliki sistem counterfeit analysis center yang menghimpun berbagai data terkait peredaran uang palsu. Asral berharap baik perorangan dan perbankan bisa segera melakukan klarifikasi jika menemukan dan menerima uang palsu.

"Jadi setiap uang palsu yang diklarifikasikan ke BI pasti diinput. Data base itu menjadi salah satu trigger bagi kami dibantu kepolisian dalam memulai pengungkapan kasus uang palsu," ungkapnya.

Apabila langkah preventif dan preemtif tetap bisa dilawan oleh sindikat uang palsu, maka BI akan menempuh strategi represif. Asral mengatakan, BI bersama Polri dan Kejaksaan terus berkoordinasi untuk melakukan penindakan tegas terhadap sindikat uang palsu.Ia berharap sindikat-sindikat tersebut bisa dijerat dengan hukuman maksimal sesuai dengan Pasal 36 Ayat 2 atau Ayat 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Mata Uang jo Pasal 55 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara."Uang palsu ini sangat merugikan. Ini juga terkait perlindungan konsumen," katanya. Asral menegaskan, peredaran uang palsu dalam jumlah besar bisa.menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu, uang palsu juga bisa menurunkan kepercayaan dan martabat bangsa dan negara.

"Kalau turun, dampaknya panjang dan mengganggu perekonomian nasional," pungkasnya.

Kompas TV

Bareskrim Polri mengungkap praktik pemalsuan uang dengan jumlah mencapai Rp 40 miliar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.