Selain frekuensinya yang lebih sering, bayi juga membutuhkan waktu yang lebih lama daripada orang dewasa untuk sembuh dari pilek. Ini karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang, alias belum sempurna. Bahkan, ketika berumur 0-12 bulan, Si Kecil bisa terserang pilek hingga 7 kali. Namun, Bunda tidak perlu khawatir berlebihan karena untungnya, bayi pilek bisa sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan obat-obatan. Show
Meski begitu, ada beberapa tanda yang harus Bunda perhatikan apabila bayi pilek. Jika Si Kecil menunjukkan berbagai gejala berikut, jangan ragu untuk segera membawa buah hati ke dokter atau unit gawat darurat rumah sakit secepatnya:
Melihat bayi pilek memang membuat kita sebagai orang tua terus merasa cemas. Faktanya, penyakit pilek ini tidak bisa dihindari. Namun setidaknya ada beberapa hal yang Bunda dan keluarga bisa lakukan untuk mengurangi potensi Si Kecil menjadi sakit.
Yuk, Bunda, jangan ragu-ragu membawa bayi pilek ke dokter apabila Si Kecil menunjukkan tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas. Bunda cepat tanggap, Si Kecil pun akan mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat. "Jika Si Kecil mengalami batuk, orangtua tentu khawatir. Apalagi jika batuk anak tidak sembuh-sembuh meski telah diberi obat bebas resep. Sebaiknya jangan biarkan kondisi tersebut berlangsung lama. Karena bisa jadi anak mengidap penyakit pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis, atau batuk rejan. Kondisi tersebut harus segera ditangani dokter." Halodoc, Jakarta - Si Kecil sedang atau pernah mengalami batuk kronis yang tak kunjung membaik? Hmm, sebaiknya ibu jangan sekali-kali menganggap remeh kondisi ini. Alasannya jelas, bisa jadi batuk kronis menandai adanya penyakit yang lebih serius pada anak. Lantas, apa saja sih penyakit yang bisa membuat batuk pada anak tak kunjung sembuh? 1. Batuk RejanBatuk tak kunjung sembuh juga bisa disebabkan oleh penyakit ini. Batuk rejan merupakan infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang amat menular. Pengidapnya bisa mengalami batuk hingga tiba bulan lamanya. Nah, karena durasi tersebut, batuk rejan juga biasa disebut dengan “batuk seratus hari”. Batuk seratus hari ini bisa mengancam nyawa bila terjadi pada lansia dan anak-anak, apalagi pada bayi yang belum cukup umur untuk mendapatkan vaksin pertusis. Batuk ini bisa dikenali dari rentetan batuk keras yang terjadi terus-menerus. Batuknya ditandai dengan tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Fase pertama dari batuk rejan ini adalah masa di mana infeksi akan sangat rentan menular. Nah, di fase kedua manula mesti berhati-hati, jangan tunda untuk mendapatkan penanganan medis. Sebab fase ini memiliki tingkat risiko kematian yang paling tinggi. 2. PneumoniaPenyakit pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae ini, merupakan infeksi di unit penukar gas paru-paru (alveoli). Kondisi ini juga disebut sebagai radang paru yang terisi dengan cairan atau nanah. Di Indonesia, penyakit pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Infeksi yang memicu inflasi pada kantong-kantong udara itu, bisa terjadi di salah satu atau kedua paru-paru. Imbasnya, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan. 3. Penyakit Paru Obstruktif KronisPenyebab batuk pada anak tak kunjung sembuh juga bisa disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit ini mengakibatkan paru menghasilkan lendir secara berlebihan. Gejala paling umum dari penyakit ini adalah batuk yang tak kunjung sembuh dengan lendir dahak berwarna agak kuning atau hijau. Dari banyaknya jenis PPOK, emfisema merupakan salah satu penyakit PPOK yang bisa menyebabkan batuk terus-menerus. Jangan main-main dengan penyakit yang satu ini, pasalnya gangguan paru-paru ini bisa menghantui banyak orang, lho. Enggak percaya? Menurut National Health Interview Survey di Amerika Serikat (AS), setidaknya lebih dari dua juta orang di sana mengidap emfisema. 4. TuberkulosisTuberkulosis (TB) atau TBC merupakan penyakit yang menyerang paru-paru. Kita mesti hati-hati dengan penyakit ini, sebab TBC bisa mengakibatkan kematian bila tak ditangani dengan tepat. Mereka yang belum diperiksa dan diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya. Ingat, jangan sekali-kali meremehkan penyakit yang satu ini. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam banyak kasus TBC bisa sebabkan kematian pada pengidapnya. Nah, salah satu gejala umum dari TB adalah batuk yang terjadi secara terus (3 minggu atau lebih). Biang keladi dari penyakit paru ini disebabkan oleh infeksi kuman atau bakteri. Namanya Mycobacterium tuberculosis. Meski bisa menular lewat percikan ludah pengidapnya, tetapi penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan lama dengan pengidapnya. Dengan kata lain, enggak semudah penyebaran flu. Awas, Mycobacterium tuberculosis ini bisa berkembang biak hingga menyebabkan kerusakan pada alveolus. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, bakteri ini bisa terbawa bersama darah. Selanjutnya, bakteri ini akan menyerang ginjal, sumsum tulang belakang, dan otak, yang pada akhirnya TBC bisa mengakibatkan kematian. 5. Keluhan LainnyaSelain empat penyakit di atas, batuk tak kunjung sembuh juga bisa disebabkan oleh kondisi lainnya. Seperti asma, GERD, bronkitis akut, infeksi saluran pernapasan, alergi, hingga virus flu. Itulah yang perlu diketahui tentang batuk yang tak kunjung sembuh pada anak. Jika anak mengalami batuk dan tak kunjung sembuh juga, sebaiknya segera hubungi dokter di aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga! Referensi:Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Diseases and Conditions. Chronic Cough.WebMD. Diakses pada 2021. Your Child’s Cough.Healthline. Diakses pada 2021. Tuberculosis.Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Pneumonia.Medscape. Diakses pada 2021. Drugs & Diseases. Pertussis.
Jika anak tiba-tiba batuk dan hidung meler bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh, jangan buru-buru panik. Mungkin anak sedang terserang pilek biasa. Pilek bukan penyakit yang sepele, tapi biasanya anak bisa sembuh sendiri dengan perawatan di rumah. Walau begitu, orang tua tetap harus waspada dan tahu kapan saatnya untuk datang ke dokter anak.
Mengenal Pilek pada AnakSelagi dalam masa pertumbuhan, bukan hanya tinggi dan berat badan anak yang bertambah. Daya tahan tubuh alias sistem imun anak juga terus mengalami peningkatan. Maka tak mengherankan bila pada masa ini, anak lebih mudah terkena penyakit, salah satunya adalah pilek. Pilek adalah penyakit yang paling banyak diderita anak-anak daripada penyakit lain. Berdasarkan penelitian, pada dua tahun pertama kehidupan, kebanyakan anak bisa mengalami pilek delapan hingga sepuluh kali. Bila di rumah ada anak yang sudah berusia sekolah, kemungkinan anak lain mengalami pilek pun jadi lebih besar karena pilek mudah menular di kalangan anak. Beberapa orang tua langsung membawa anaknya ke dokter anak ketika menunjukkan gejala pilek. Ini langkah yang baik untuk berjaga-jaga, terutama jika gejala pilek tak kunjung hilang meski sudah ada pengobatan di rumah. Tapi sebenarnya tidak ada obat khusus untuk pilek. Tujuan perawatan adalah meredakan gejala agar anak merasa lebih baik. Sebagian besar pilek dapat hilang sendiri dalam beberapa hari, tidak berujung pada penyakit parah. Berikut ini beberapa fakta tentang pilek pada anak:
Gejala Pilek pada AnakSaat virus penyebab pilek masuk ke tubuh anak dan berlipat ganda, anak akan mengalami beberapa gejala berikut ini:
Baca Juga: Tips Buat Janji dengan Dokter Spesialis Kandungan Penyebab Pilek pada AnakPilek terjadi karena infeksi virus yang berasal dari orang lain yang sedang terkena pilek. Virus itu membuat lapisan hidung dan tenggorokan meradang. Ada lebih dari 200 jenis virus yang bisa menyebabkan pilek, tapi kebanyakan penyebabnya adalah rhinovirus. Virus itu menyebar dengan tiga cara:
Diagnosis Pilek pada AnakDiagnosis pilek ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pilek, pemeriksaan penunjang tidak memiliki peranan penting, kecuali jika dicurigai penyebab terjadinya pilek adalah suatu infeksi atau reaksi alergi. Maka pemeriksaan laboratorium darah dan test alergen seperti patch test atau prick test dapat dilakukan. Perawatan Pilek pada AnakTidak ada obat untuk menyembuhkan anak yang pilek. Biasanya anak sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 7-10 hari. Antibiotik tidak dapat menjadi obat karena pilek disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Dokter anak akan berfokus pada perawatan untuk membantu meredakan gejala hingga sembuh. Agar anak merasa lebih nyaman, biarkan mereka banyak beristirahat. Cara lainnya adalah:
Baca Juga: Cara Memberikan ASI Eksklusif yang Tepat Pencegahan Pilek pada AnakCara pencegahan pilek terbaik adalah menjaga jarak dengan orang yang sedang terkena pilek. Khususnya saat musim hujan, ketika lebih banyak orang berisiko sakit pilek. Bagi anak sekolah, gunakan masker jika banyak teman sekelas yang sedang pilek. Selain itu, biasakan anak rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Terutama sebelum dan sesudah makan. Bila tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer. Tujuannya adalah mematikan virus bila tersentuh tangan. Jangan lupa juga lakukan vaksinasi influenza untuk melindungi anak dari penyakit flu. Kapan Harus ke Dokter AnakDikutip dari American Academy of Family Physicians, orang tua perlu segera membawa anak pilek ke dokter bila ia menunjukkan salah satu atau beberapa gejala ini:
Pilek yang berlangsung selama lebih dari dua minggu atau sering kambuh, bisa jadi sebenarnya tanda-tanda alergi atau sinusitis. Narasumber dr. Lili Sianawati Msc, SpA Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Semarang Referensi: DEGEORGE K.C, RING D.J, DALRYMPLE, S.N. Treatment of the Common Cold. Am Fam Physician. 2019 Sep 1;100(5):281-289. Colds in children. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2722603/. Diakses 2 Januari 2021 Approach to Common Cold in Children. https://jpedres.org/archives/archive-detail/article-preview/approach-to-common-cold-in-children/10159. Diakses 2 Januari 2021 Common Cold in Children. https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=90&contentid=P02966. Diakses 2 Januari 2021 Common Cold. https://medlineplus.gov/commoncold.html. Diakses 2 Januari 2021 Influence of Attendance at Day Care on the Common Cold From Birth Through 13 Years of Age. https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/191522. Diakses 2 Januari 2021 Bagikan ke : |