Teori klasik tentang PERTUMBUHAN ekonomi dikemukakan oleh

Teori klasik tentang PERTUMBUHAN ekonomi dikemukakan oleh


DESBUD.ID - Alhamdulillah. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya. Pada kesempatan pembelajaran kita kali ini akan belajar beberapa teori ekonomi pembangunan yang pernah berkembang dan berpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran yang melandasi strategi dan kebijakan pengelolaan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadilah proses pertumbuhan.

Teori klasik tentang PERTUMBUHAN ekonomi dikemukakan oleh
Dok. www.desbud.id


Namun sebelum mempelajari tentang teori-teori pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, sebaiknya kita bedakan terlebih dahulu antara pertumbuhan dan pembangunan. Pembangunan dan pertumbuhan merupakan dua hal yang berbeda. Pertumbuhan Ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan Pembangunan memiliki makna yang lebih luas. Peningkatan produksi merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Selain peningkatan produksi (produkctive resources) dintara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh. 

1. Teori Pertmbuhan Ekonomi Linear

A. Teori Pertumbuhan Oleh Teori Adam Smith

Adam Smith sering kali disebut sebagai “bapak” dari ilmu ekonomi modern. Dia sebenarnya lebih dikenal dengan Teori Nilai yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Dalam bukunya yang monumental “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”, dapat dilihat tema pokoknya mengenai bagaimana perekonomian kapitalis tumbuh.

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan tahap perindustrian. Menurut teori ini masyarakat bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) bagi proses produksi. Dalam upaya meningkatkan produktivitas teanaga kerja diperlukan pembagian kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh setiappelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong seperti: 1) peningkatan keterampilan kerja, dan 2) penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap pembangunan ekonmi telah menuju ke sistem perekonomian modern yang kapitalis.

Secara garis besar, pemikiran Adam Smith bertumpu pada akselerasi sistem produksi suatu negara. Sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu (Budiono, 1992: 7-8)

  • sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah); 
  • sumber daya manusia (jumlah penduduk); 
  • stok barang kapital yang ada. 

Menurut Adam Smith, sumber-sumber alam merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimal bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan maka pertumbuhan ekonomi masih tetap bisa ditingkatkan. Selanjutnya unsur jumlah penduduk dan stok kapital menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksploitasi) hingga batas ketersediaannya. Tingkat ketersediaan sumber daya alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai. 

Unsur yang kedua adalah sumber daya manusia atau jumlah penduduk. Dalam proses pertumbuhan output, unsur ini dianggap mempunyai peranan pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja. Misalnya apabila stok kapital yang tersedia membutuhkan pekerja 1 juta orang untuk menggunakannya, sementara jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya 900 ribu orang maka jumlah penduduk yang akan menempati pekerjaan itu akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja yang tersedia akhirnya akan mencapai 1 juta orang. 

Unsur produksi yang ketiga yaitu stok kapital, yang secara aktif menentukan output. Smith memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok kapital. Di samping itu laju pertumbuhan output juga tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital. Pertumbuhan itu akan terus melaju hingga akan dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam dan dukungan sumber daya manusia yang terampil. Peranan modal dalam teori pertumbuhan menempati posisi sentral yang biasanya terakumulasi melalui tabungan. Akumulasi kapital menurut Smith tidak dapat dilepaskan dari perluasan pasar. Pasar merupakan tempat untuk mendistribusikan hasil produksi. Cakupan pasar memiliki pengaruh yang sangat luas bagi pemasaran hasil produksi. Dengan demikian, pada gilirannya maka pasar berpengaruh pula terhadap perolehan laba, yang berarti kemungkinan mengakumulasi kapital menjadi semakin besar. Berdasarkan arti pentingnya pasar dalam proses akumulasi kapital maka Smith secara khusus menunjuk bahwa potensi pasar akan dapat dicapai secara maksimalhanya bila, setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dalam kegiatan ekonominya (Budiono, 1992: 12- 13).

Menurut Adam Smith proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan tekonologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar, hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin pesat.

Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonmi yang ada.

Semua tahap pembangunan tersebut tidak terlepas dar kondisi dasar, yaitu bahwa pasar yang dihadapi adalah persaingan sempurna, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

  1. Ada banyak penjual dan pembeli di pasar
  2. Produk yang dijual bersifat homongen
  3. Tidak ada kolusi antara penjual maupun pembeli
  4. Semua sumber daya memiliki mobilitas sempurna
  5. Pembeli dan penjual memiliki informasi sempurna mengenai kondisi pasar

Selain Adam Smith, terdapat tokoh yang menganut pemikiran klasik seperti David Richardo, dan Thomas Robert Malthus, mereka berpandangan yang luas tentang kegiatan ekonomi dalam masyarakat (Djojohadikusumo, 1994: 27-35). Mereka menempatkan fenomena ekonomi dalam suatu sistem ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Pengembangan teori pertumbuhan oleh David Richardo berupa penjabaran di mana model pertumbuhan menjadi lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak dapat bertambah sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisis mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo yang terkenal itu) dalam penjabaran mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian di antara sektorsektor lain dalam proses pertumbuhan. 

Keterbatasan faktor produksi tanah (yang dapat ditafsirkan sebagai keterbatasan sumber-sumber alam) akan membatasi ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya dapat tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh ketersediaan sumber-sumber alamnya. Apabila potensi sumber-sumber alam ini telah dieksploitasi secara penuh maka perekonomian mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri: a. tingkat output (GDP) konstan (berhenti berkembang), b. jumlah penduduk konstan (berhenti bertambah), c. a) dan b) bersama-sama, yang berarti pendapatan per kapita konstan, d. tingkat upah berada pada tingkat upah alamiah (minimal), e. akumulasi kapital berhenti (stok kapital konstan), dan f. tingkat sewa tanah maksimal.

Menurut Malthus secara alamiah populasi akan terus mengalami peningkatan lebih cepat daripada suplai makanan. Produksi makanan per kapita, tentu saja akan mengalami penurunan, sementara populasi mengalami kenaikan. 

Malthus berpendapat bahwa tidak menjadi jaminan kalau pertambahan penduduk secara kuantitatif akan berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan. Malthus membeberkan sejumlah faktor kendala terhadap kelangsungan pertumbuhan. Bertambahnya jumlah penduduk secara kuantitatif sekali-kali tidak menjadi jaminan bahwa pendapatan realnya juga akan meningkat dengan sepadan. Pertambahan penduduk hanya mendukung pertumbuhan terhadap tata susunan ekonomi, apabila perkembangan ekonomi dapat meningkatkan daya beli real (permintaan efektif) masyarakat secara menyeluruh. Barulah, dalam keadaan demikian maka akan terlaksana akumulasi modal sebagai ciri pokok dalam proses pertumbuhan, sekaligus juga akan menimbulkan permintaan akan tenaga kerja. Kendala terhadap perkembangan tersebut oleh Malthus diungkapkan dalam teorinya mengenai ketidakmampuan untuk berkonsumsi secara memadai (theory of underconsumption)

B. Teori Pembangunan Oleh Teori Karl Marx

Karl Marx dalam bukunya Das Kapital mem    bagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yaitu dimulai dari feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme mencermikan kondisi dimana perekonomian yang ada masih bersifat tradisional. Karl Marx memandang buruh sebagai salah satu input dalam proses produksi, artinya buruh tidak memiliki posisi tawar sama sekali terhadap para majikannya yang kapitalis. Konsekuensi penggunaan asumsi dasar tersebut adalah kemungkinan terjadinya eksploitasi buruh secara besar-besaran. Dengan demikian pemupukan modal menjadi kata kunci bagi peningkatan pendapatan yang lebih besar di masa mendatang.

Dalam gagasannya mengenai konsep materialisme historis, Marx mengungkapkan bahwa aktivitas produktif manusia merupakan kunci untuk menganalisis kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadi substansi masyarakat kapitalis, yaitu bahwa seluruh masyarakat harus membuat diri mereka produktif dari tahun ke tahun. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat terikat dalam produksi yang bersifat materi. Para kapitalis merupakan pihak yang memiliki posisi tawar tertinggi, sedangkan kaum buruh hanya dapat menjual tenaganya kepada majikan sebagai satu input dalam proses produksi. Maka, terjadilah eksploitasi besar-besaran terhadap kaum buruh. Pada masa itu modal merupakan kunci untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya. 

C. Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Oleh W.W. Rostow

Proses pembangunan ekonomi menurut Rostow dalam bukunya The Stages of Economic Growth : a non-communist manifesto dibedakan menjadi lima tahap dan setiap negara berada dalam salah satu dari tahap-tahap pembangunan sebagai berikut:

1. Masyarakat Tradisional (the traditional sosiety)

Rostow mengertikan masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas, didasarkan pada teknologi, ilmu pengetahuan dan sikap masyarakat seperti sebelum masa Newton, yaitu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara produksi yang relatif primitif. Cara hidup masyarakat tersebut masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai pemikiran yang tidak rasional dan didasarkan atas kebiasaan yang telah berlaku secara turun menurun. Ciri-ciri masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:

  • Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pada pekerja masih sangat terbatas. Sebagian besar dari sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian.
  • Struktur sosial dalam pertanian sangat bersifat hierarkis dimana anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobiitas vertikal. Hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar pengaruhnya terhadap organisasi yang terdapat dalam masyarakat dan dalam menentukan kedudukan seseorang.
  • Dalam kegiatan politik dan pemerintahan kadang-kadang terdapat sentralisasi. Pusat dari kekuasaan politik yang terdapat di daerah-daerah (di tangan tuan tanah yang berkuasa di daerah) dimana mereka selalu mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah pusat.

2. Prasyarat lepas landas (the precondition for take off)

Pada tahap ini masyarakat mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self sustained growth). Terdapat dua ciri prasyarat lepas landas: pertama, tahapan yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia Timur, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional yang sudah lama ada; kedua, tahapan yang dicapai oleh negara-negara yang dinamakan oleh Rostow born free, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Mereka dapat mencapai tahap prasyarat untuk lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional.

Tahap prasyarat lepas landas merupakan masa peralihan sebelum lepas landas, peranan (kemajuan) sektor pertanian sangat diperlukan untuk: 

  • Menjamin agar penyediaan bahan pangan bagi penduduk yang bertambah akan tetap terjamin
  • Menyediakan bahan makanan yang cukup bagi penduduk kota yang bertambah dengan cepat sebagai akibat dari industrialisasi
  • Pertanian menunjang perkembangan sektor industri
  • Memperluas pasar dari berbagai kegiatan industri
  • Pertanian menjadi sumber biaya untuk pengeluaran pemerintah, yaitu melalui pajak-pajak atas sektor pertanian
  • Menciptakan tabungan yang dapat digunakan sektor lain terutama sektor industri

3. Tahap lepas landas (the take off)

Tahap lepas landas merupakan suatu tahap yang ditandai adanya pembaharuan-pembaharuan (inventions) dan peningkatan penanaman modal. Adanya tingkat penanaman modal yang makin tinggi akan mengakibatkan bertambahnya tingkat pendapatan nasional dan akan melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan perkapita makin lama makin bertambah besar. Ciri-ciri tahap lepas landas sebagai berikut:

  • Berlakuknya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5% atau kurang menjadi 0% dari produk nasional neto.
  • Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju pertumbuhan yang tinggi.
  • Adanya atau segera terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan institusional yang akan menciptakan seperti segala gejolak-gejolak untuk membuat perluasan di sektor modern dan potensi eksternalitas ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas sehingga menyebabkan pertumbuhan akan terus menerus terjadi.

4. Tahap gerak menuju kematangan (the drive to maturity)

Tahap gerak menuju kematang merupakan suatu tahap dimana suatu perekonomian memperlihatkan kemampuannya untuk melampaui industri-industri permulaan yang menggerakkan take-off--nya dan menyerap hasil-hasil teknologi modern yang paling maju, serta menerapkannya dengan efesien pada sebagian besar dari sumber-sumber yang dimilikinya.

Gerak maju kematangan adalah keadaan pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, walaupun kadang-kadang disertai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang naik-turun (fluktuatif). Pada tahap ini perekonomian tumbuh dengan teratur dan terjadi perluasan pemakaian teknologi modern secara menyeluruh pada kegiatan-kegiatan perekonomian. Timbulnya lebih besar daripada pertambahan penduduk, karena pemakaian mesin-mesin yang lebih baru teknologinya. Barang-barang yang dulunya diimpor sekarang sudah dapat diproduksi didalam negeri sendiri.

5. Tahap konsumsi masa tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap konsumsi masa tinggi ini pendapatan riil perkapita meningkat sampai pada titik dimana sejumlah besar orang dapat membeli barang-barang konsumsi yang melebihi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan perumahan. Struktur tenaga kerja juga terjadi perubahan sedemikian rupa sehingga tidak hanya memperbesar perbandingan antara penduduk kota dan seluruh jumlah penduduk, tetapi juga presentase penduduk yang bekerja di kantor-kantor atau dalam pekerjaan-pekerjaan pabrik yang membutuhan keahlian tertentu.

Terdapat tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya-sumber daya yang tersedia dan dukungan pilitik menurut Rostow, yaitu:

  • Memperbesar kekuasaaan dan pengaruh negara tersebut keluar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir dengan penakulkan (invansi) atas negara-negara lain.
  • Menciptakan suatu walfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata mealui sistem perpajakan yang progresif. Dalam sistem perpajakan seperti ini, maka makin tinggi pendapatan seseorang/badan makin besar tingkat pengenaan pajak pendapatannya.
  • Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat dari konsumsi kebutuhan pokok yang sederhana, seperti makanan, pakaian dan perumahan, ketingkat konsumsi yang lebih tinggi, yang meliputi barang konsumsi tahan lama dan barang mewah sekaligus.

2. Teori Perubahan Struktural

A. Teori Dualisme Sosial Oleh Boeke

Dalam suatu masyarakat mungkin terdapat dua sistem sosial yang sangat berbeda. Kedua-duanya terwujud secara berdampingan dimana yang satu tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya. Sistem sosial yang lebih modern terutama berasal dari negara-negara barat, dan berkembang di sutu negara sebagai akibat dari perkembangan penjajahan dan perdagangan luar negeri sejak berabad-abab. Penetrasi dari sistem sosial yang baru ini menyebabkan kegiatan cara berfikir segolongan masyarakat adalah sama dengan yang terdapat di negara-negara yang sudah lebih maju. Akan tetapi di sebagian besar masyarakat lainnya dengan sistem sosialnya mengalami perubahan yang sangat minimal sekali, sehingga keadaan yang terwujud setelah penetrasi tersebut tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan keadaan pada masa sebelumnya. Berdasarkan pada keadaan yang demikian Boeke mengemukakan teorinya dualisme sosial di negara-negara berkembang dan pengertian tersebut didefinisikan sebagai suatu pertentangan dari suatu sistem sosial yang dari luar (asing) dengan sistem sosial pribumi yang memiliki corak yang berbeda. 

B. Teori Pembangunan Dualisme Ekonomi Oleh Arthur Lewis

Teori ini membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan, yang mengikutsertakan proses uranisasi yang terjadi di sektor modern dan termasuk juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor modern, yang akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada.

Pokok permasalahan yang dikaji oleh Lewis adalah mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua struktur perekonomian sebagai berikut:

  • Perekonomian Tradisional, Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisionalnya, dimana produktivitas tenaga kerjanya rendah, dengan sumber tenaga kerja yang tidak terbatas (surplus). Surplus tersebut berkaitan dengan basis perekonmian yang tradisional dimana tingkat hidup masyarakat pada kondisi subsistem, akibat perekonomian yang bersifat subsistempula. 
  • Perekonomian Modern. Perekonomian ini terletak di perkotaan, dimana sektor yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termasuk tenaga kerja dan juga sebagai sumber akumulasi modal. 

B. Teori Pola Pembangunan Oleh Hollis Chenery

Analisis teori ini memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari perekonomia negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri. 

Peningkatan sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita di suatu negara, berhubungan erat dengan akumulasi modal dan peningkatan sumber daya manusia (human capital). Sejalan dengan proses perubahan struktural, pada suatu tingkat tertentu terjadi penurunan konsumsi terhadap bahan makanan, khususnya dilihat dari permintaan domestik.

C. Teori Akumulasi Modal Oleh Horrod-Domar

Teori Harrod-Domar merupakan teori ahli ekonomi yang berbeda, tetapi inti teori yang dikembangkan memiliki kesamaan. Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi dalam pertumbuhan ekonomi. Investasi berpengaruh terhadap permintaan agregat, yaitu melalui penciptaan pendapatan dan terhadap penawaran agregat melalui peningkatan kapasitas produksi.

Selama investasi neto tetap berlangsung pendapatan nyata dan output terus meningkat. Namun demikian untuk mempertahankan tingkat equlibrium pendapatan nyata maupun output keduanya harus meningkat pada laju pertumbuhan yang sama pada saat kapasitas produksi meningkat.

3. Teori Dependensia

Teori Dependensia berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah pembagian perekonomian dunia menjadi dua golongan, yang pertama adalah perekonomian negara maju dan kedua adalah perekonomian negara-negara sedang berkembang.

Andre Gunder Frank (Kuncoro, 2000) mengelompokkan negara maju kedalam negara-negara metropolis maju (developed metropolitan countries) dan negarasedang berkembang dikelompokkan kedalam negara satelit yang terbelakang (satelite underdeveloped countries).  Hubungan antara negara metropolis dengan satelit ini menyentuh keseluruhan sektor di negara -negara miskin, dan keterbelakangan sektor tradisional ini justru diakibatkan adanya kontak dengan sitem kapitalis dunia yang masuk ke negara mesikin melalui sektor modern.

4. Teori Neo-Klasik Penentang Revolusi

Sebelum teori Neo-klasik terdapat teori yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes yang dikenal dengan  teori ekonomi makro sebagai Keynessian Revolution (Revolusi Keynesian).  Teori Keynes difokuskan atas pemintaan agregat yang efektif di dalam negeri sebagai variabel strategis dalam mengatasi stagnasi  faktor-faktor produksi. Permintaan agregat efektif di dalam negeri membentuk pengeluaran untuk konsumsi, pengeluaran untuk investasi, dan pengeluaran pemerintah untuk menimbulkan dampak positif terhadap kegiatan ekonomi dan mengurangi pengangguran. Teori Keynes dilatarbelakangi oleh situasi depresi pada tahun 1929/1930 sehingga dianggap relevan untuk tujuan stabilisasi jangka pendek dan bukan untuk memecahkan persoalan jangka panjang dalam pembangunan (Arif, 1998: 28).

Neo-Klasik

Golongan pemikir ini mengemukakan pemikiran agar sistem ekonomi suatu negara kembali ke sistem ekonomi kapitalis abad ke-19 di mana kebebasan individu berjalan sepenuhnya, dan campur tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi hendaklah seminimum mungkin. Tugas utama pemerintah adalah mempertahankan keamanan dan ketertiban. Sistem ekonomi, menurut pemikiran ini, hendaklah didasarkan sepenuhnya pada pemilikan individu atas faktor-faktor produksi, mekanisme pasar dan persaingan bebas. Regulator utama dalam kehidupan ekonomi adalah mekanisme pasar. Mekanisme pasarlah yang akan menentukan optimalisasi alokasi sumber-sumber ekonomi, memecahkan kompleksitas permasalahan ekonomi dan menghadapi ketidakpastian karena fluktuasi ekonomi.

Sistem mekanisme pasar yang akan diatur oleh persepsi individu mengenai gejala-gejala dan pengetahuan para individu dengan sendirinya akan dapat memecahkan kompleksitas dan ketidakpastian ekonomi sehingga mekanisme pasar dapat menjadi alat untuk memecahkan masalah sosial. Pengetahuan para individu untuk memecahkan persoalan masyarakat tidak perlu ditransmisikan dan dipecahkan melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan (Arif, 1998: 3637).

Pemikiran ini menganggap bahwa masyarakat terdiri dari penjumlahan bagian-bagian masyarakat itu. Atau dengan perkataan lain, masyarakat terdiri dari para individu sehingga segala sesuatu yang terbaik, menurut pendapat individu, merupakan segala sesuatu yang terbaik untuk masyarakat secara keseluruhan.

Sebagai akibat dari penitikberatan kepada kebebasan memilih (freedom of choice) maka pendukung pemikiran ini tidak mempersoalkan masalah ketimpangan distribusi pendapatan dalam masyarakat. 

Kritik atas Pemikiran Neo-Klasik

Pemikiran neoklasik mengundang berbagai reaksi dan kritik dari para ahli ekonomi. Kritik atas pemikiran neoklasik kuno dapat diuraikan dalam dua bentuk pokok. Pertama, pendekatan atomistik mengenai masyarakat yang menganggap bahwa sistem terdiri dari para individu sehingga yang terbaik untuk individu menjadi yang terbaik untuk masyarakat jelas tidak didasarkan pada konsep masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Kedua, kebebasan memilih oleh para individu di masyarakat negara berkembang dalam situasi kelembagaan masyarakat yang pincang tidak dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang lemah. Berikut akan diuraikan tokoh-tokoh yang memberikan kritik atas pemikiran Neo-Klasik ini. 

a. Nicholas Kaldor

Menurut Kaldor, pemikiran neo-klasik secara berlebihan menekankan betapa pentingnya peranan harga yang terbentuk di pasar bebas, sebagai petunjuk dalam penentuan tingkat output dalam pengertian alokasi sumbersumber ekonomi. Secara makro,  Kaldor membuat proposisi bahwa perusahaan mempunyai tujuan lain selain tujuan untuk memaksimumkan keuntungan, yang mana penentunya dalam proses produksi ditunjukkan oleh adanya kesamaan antara biaya batas (marginal cost) dengan penghasilan batas (marginal revenue), seperti yang diformulasikan dalam pemikiran neoklasik.

b. Ian Livingstone

Livingstone menunjukkan berbagai bentuk di mana logika dinamis yang melatarbelakangi skala ekonomi akan menimbulkan implikasi bagi formulasi kebijakan pembangunan. Implikasi kebijakan pembangunan ini berkaitan dengan kekuatan monopoli yang muncul dan penetrasi perusahaan-perusahaan multinasional dalam ekonomi negara-negara berkembang, memanfaatkan skala ekonomi di pasar internasional.

c. Amartya Sen

Sen berpendapat bahwa definisi perkembangan ekonomi tidak hanya mengandung pengertian peningkatan pendapatan per kapita, tetapi juga meningkatnya kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya pemilikan harta atau sumbersumber ekonomi di kalangan rakyat.

d. Chakravarty

Chakravarty memformulasikan pertumbuhan pendapatan per kapita, distribusi pendapatan yang adil, dan peningkatan kemampuan rakyat untuk berkreasi sebagai unsur-unsur pokok dalam definisi perkembangan ekonomi. Terjadinya peningkatan kualitas keseluruhan sistem sosial yang mencakup ekonomi, politik dan struktur sosial yang merefleksikan keadilan sosial dan partisipasi rakyat secara demokratis merupakan ciri-ciri pokok dalam definisi perkembangan ekonomi.

e. Dennis Goulet

Goulet mengemukakan dua nilai inti emansipasi kemanusiaan (corevalues of human development) yaitu harga diri dan kebebasan, di mana dua nilai inti ini harus ada dalam definisi perkembangan ekonomi.

Teori Schumpeter menggambaran tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan ditulis dalam buknya Business Cycle pada tahun 1939. Teori Schumpeter yang menjadi landasan teori pembangunan adalah keyakinannya bahwa sistem ekonomi kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun Schumpeter juga meramalkan bahwa sistem kapitalisme akan mengalami kemandekan (staknasi) sama seperti pendapat kaum klasik.

Kunci utama dalam teori Schumpeter dalam perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau wiraswasta (entrepeneur). Kemajuan ekonmi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepeneur. Entrepeneur disamping mampu meningkatkan keuntungan dan menaikkan standar hidup masyarakat (total output), juga mampu memenangkan dalam persaingan untuk memperoleh kedudukan monopoli.

Schumpeter ada 5 bentuk kegiatan yang dapat dimasukkan sebagai inovasi yaitu:

  • Dikemukakannya atau diperkenalkannya barang-barang produk baru, atau barang-barang yang berkualitas baru yang belum dikenal konsumen.
  • Diperkenalkannya suatu metode produksi baru
  • Pembukaan daerah-daerah pasar baru bagi perusahaan
  • Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru (ekonomi baru)
  • Melakukan perubahan organisasi dalam industri sehingga terjadi efesiensi

Demikian pembahasan tentang teori pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi pada kesempatan kali ini. Semoga dapat memberikan pencerahan bagi kita untuk memahami pertumbuhan ekonomi di negara kita. Akhirnya untuk menguji pemahaman kita tentang apa yang kita pelajari hari ini, silahkan uraikan jawaban saudara dari pertanyaan berikut. 

Dari beberapa penjelasan mengenai teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tersebut, Uraikanlah teori manakah yang masih relevan dengan keadaan sekarang! Apakah terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan? Bagimana pendapat Anda!

Bagaimana relevansi kajian Al Quran (Pandangan Islam) terkait dengan teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.  Kemudian silahkan diskusikan di kelas bersama-sama.