4. pembangunan kepariwisataan meliputi 4 bidang. sebutkan dan berikan penjelasan.

Denpasar, Lintasbali.com – Salah satu Praktisi Pariwisata dan Dewan Pembina IHGMA Bali, I Nyoman Astama, SE.,MM.,CHA menyambut positif dan mengucapkan selamat kepada Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menparekraf yang baru menggantikan Wishnutama Subandio. Sekaligus mengucapkan terima kasih atas upaya terbaik yang telah dilakukan Wishnutama pada masa kepemimpinannya.

Beberapa harapan dan masukan untuk Menparekraf yang baru tidak terlepas dari 4 pilar dalam pembangunan Pariwisata Indonesia yaitu: Destinasi, Industri, Kelembagaan dan Pemasaran. Demikian disampaikan Nyoman Astama, saat dihubungi di Denpasar melalui sambungan telepon, Minggu (27/12).

4. pembangunan kepariwisataan meliputi 4 bidang. sebutkan dan berikan penjelasan.

Menparekraf Sandiaga Uno saat tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai

Destinasi, Pengembangan DTW agar memperhatikan keunikan lokal yang dimiliki. Keunikan lokal (budaya, kekayaan alam dan buatan manusia) agar dikuatkan sehingga menjadi daya tarik yang berkelanjutan. Khusus untuk Bali, agar tetap dipusatkan pada penguatan Pariwisata Berbasiskan Budaya dan kearifan lokal.

Managing Director – Pacific Holidays DMC menambahkan, Tiga aspek destinasi wisata yang disebut 3A (aksesibilitas, amenitas, aktivitas) agar diperkuat sesuai kebutuhan DTW sehingga program pengembangan bisa lebih terarah dan efektif. Aksesibilitas bisa berupa akses via darat, laut dan udara; Amenitas termasuk fasilitas akomodasi, infrastruktur dan sarana untuk menunjang keberadaan destinasi; dan Aktivitas ini berupa kegiatan atau aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan dengan prasarana penunjangnya selama berliburan.

Pengembangan destinasi dengan konsep berkelanjutan (sustainable tourism) yaitu pengembangan pariwisata berkualitas (Quality Tourism) dan pariwisata bertanggung jawab (Responsible Tourism) menuju Sustainable Development Goals seperti yang digariskan oleh UNWTO terlaksana sejak 2017 sampai 2030.

Dalam kaitannya dengan mewujudkan 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) bisa dipahami prioritas super yang ditekankan pada 5 destinasi tersebut karena besarnya anggaran yang dialokasikan untuk mewujudkannya, untuk infrastruktur misalnya ada sekitar Rp 6.4 trilun.

Pengembangan Destinasi Super Prioritas agar tetap memperhatikan 7 Unsur Sapta Pesona dalam pembangunannya, yaitu Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahtamahan, dan Kenangan (7K).

Dalam masa pandemi ini yang juga tidak kalah penting adalah mendorong percepatan pemulihan reaktivasi kegiatan kepariwisataan di destinasi populer yang sudah ada, seperti Bali misalnya.

Yang sebaiknya difasilitasi dan diberikan bantuan adalah mendorong kontinyuitas pendelegasian legalitas kebijakan untuk mengaktifasi kegiatan pariwisata yang bersumber dari sustainable cosumer spending, bukan dari limited time government grant.

Perhatian yang juga penting adalah prosedur saat Kedatangan di bandara. Kalau sebelum pandemi front-liner adalah petugas Imigrasi. Sekarang yang menjadi garda terdepan adalah petugas kesehatan (KKP). Penerapan Prosedur Kedatangan juga agar memperhatikan unsur Efisiensi, Kecepatan dan Hospitality (keramahtamahan). Tidak disamakan dengan penerapan prosedur seperti di Rumah Sakit.

Industri, Pengembangan Sumber Daya Manusia Bertalenta dan Kompeten menjadi sangat penting dan agar berkelanjutan. Mendorong industri atau usaha khususnya bidang pariwisata untuk memenuhi persyaratan legal dan penjaminan mutu dari usaha yang dijalankan baik dari unsur Produk, Pelayanan dan Tata Kelola.

Sebaiknya pemerintah terus mendorong dan memfasilitasi para pekerja untuk memiliki Sertifikasi Profesi baik yang dilakukan melalui jalur Pendidikan Vokasi, Pendidikan Tinggi maupun industri (work-place).

Perusahaan-perusahaan agar melakukan Sertifikasi Usaha sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah dan perundang-undangan
Mengembangkan Industri Kreatif untuk menjadi penyumbang devisa bagi negara dan mendukung sektor Pariwisata

Kelembagaan, Sebaiknya semua lembaga pemerintahan mendorong keberadaan Pariwisata sebagai lokomotif perekonomian nasional ke depannya seperti yang dicanangkan oleh Presiden menjadikan pariwisata sebagai sumber devisa utama ke depannya.

Mensinergikan komunikasi dan aksi antara stakeholder ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media). Adanya peran sentral pemerintah sebagai tulang punggung percepatan dan untuk memfasilitasi kegiatan dan aktivitas pariwisata yang mendukung dan mengacu pada peningkatan kualitas baik pada produk, pelayanan maupun manajemen. Mendorong pemberdayaan kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri untuk mendukung pengembangan pariwisata sebagai prioritas sumber pendapatan negara ke depannya

Pemasaran, Tersedianya informasi yang akurat, valid dan terkini mengenai semua resources pariwisata yang dimiliki Indonesia dan mudah diakses. Terjalin koordinasi yang efektif, terencana dan tidak dadakan dengan semua Lembaga pemerintah terkait kebijakan pemerintah yang berdampak pada kegiatan pariwisata.

Sebaiknya ada dana cukup dan berkelanjutan untuk mengembangkan Image Marketing dan Tactical Marketing bagi DTW Pariwisata Indonesia secara keseluruhan, dengan tetap menjaga keunikan masing-masing DTW.

Adanya Calender of Events yang terancang dengan target spesifik dan terukur untuk tiap tahun dan 5 tahun ke depannya atau bahkan lebih. Menguatkan Tourism-Diplomacy dengan melibatkan semua perwakilan RI di luar negeri untuk mendukung pemulihan pariwisata, khususnya pada masa pandemi.

Nyoman Astama yang juga menjabat sebagai Perwakilan KADIN Ukraina di Indonesia Honorary Consul of Ukraine in Bali menyampaikan, pemerintah dapat melakukan terobosan program untuk pemulihan pariwisata selama pandemi ini dengan melakukan percontohan di beberapa daerah, misalnya Bali, dengan cara:

1) Membuat terobosan khususnya untuk bangkitkan pariwisata Bali masa pandemi. 2) Melalukan program percontohan secara terukur melalui pembukaan wisatawan mancanegara, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dengan negara yang memperlakukan Indonesia (Bali) sebagi green zone seperti dari Ukraina atau UAE atau negara lain dengan menerapkan protokol kesehatan 3) Melakukan model terobosan melalui penerbangan charter dan menjadikannya sebagai benchmark atau percontohan sehingga bisa dijadikan evaluasi untuk pembukaan Bali bagi wisman secara bertahap.

4) Menguatkan episentrum pariwisata Bali yang berbasis budaya lokal, pemberdayaan masyarakat setempat, pelestarian lingkungan demi pariwisata berkualitas, bertanggung jawab dan berkelanjutan. (AR)


Komponen Produk Pariwisata

Daya Tarik Wisata Menurut (Cooper, 1993) dalam (Suwena,2010) mengemukakan bahwa untuk memenuhi segala kebutuhan dan pelayanan tersebut, suatu daerah tujuan wisata tersebut harus didukung oleh 4 (empat) komponen utama dalam pariwisata atau biasanya dikenal dengan istilah “4A” yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: attraction, accessbility, amenities, dan ancilliary. Adapun komponen-komponen tersebut yaitu: 

a. Attraction (Atraksi) Merupakan komponen yang signifikan dimana didalamnya terdapat keunikan tersendiri dimana akan menarik wisatawan berkunjung ke suatu daya tarik wisata tersebut. Suatu daerah bisa menjadi tujuan wisata ketika kondisinya  juga mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Apa saja yang dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan di suatu daerah. Untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah orang harus berkeyakinan kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu 1) Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan 3) Atraksi buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwisataan itu bisa dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata dimana modal tersebut sudah ditemukan. Terdapat modal kepariwisataan yang nantinya bisa dikembangkan sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari bahkan berkali-kali dinikmati, atau pada waktu dan kesempatan lain wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan atraksi tersebut menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata (DTW). 

b. Amenities (Fasilitas) atau amenitas merupakan segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan, rumah makan, tempat ibadah, agen perjalanan. Ketika bisa menggunakan prasarana yang bisa terlihat sama dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti hotel, atraksi wisata, gedung pertunjukan, dan sebagainya. Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan sarana-sarana pariwisata ialah persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, teknologi komunikasi, dan lain-lain. Mengingat hubungan antar sarana dan prasarana, sudah terlihat jelas bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus mendahului sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama dalam rangka pembangunan sarana wisata itu sendiri. Suatu wilayah atau daerah dapat juga berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya diatur dan dikelola dengan baik. Adanya hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana. Dimana prasarana itu sendiri yang merupakan syarat untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan prasarana di suatu daerah tujuan wisata. 

4. pembangunan kepariwisataan meliputi 4 bidang. sebutkan dan berikan penjelasan.
Sumber : Google
 

c. Accessibility (Aksesibilitas) merupakan hal yang paling penting dalam sebuah kegiatan pariwisata. Segala macam transportasi umum ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata. Tidak hanya itu, di sisi lainnya akses ini dimaksud dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Ketika suatu daerah maish minim terhadap ketersediaan aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan, stasiun dan jalan raya, maka tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di daerah tersebut. Jika suatu daerah tersebut sudah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakannya aksesibilitas yang sudah memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi oleh wisatawan. 

d. Ancilliary (Pelayanan Tambahan) Pelayanan tambahan sudah harus disedikan oleh Pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang telah tersedia termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-lain) serta dapat mengkoordinir dengan baik segala macam aktivitas dan dengan segala peraturan perundang-undangan baik di jalan raya maupun di daya tarik wisata tersebut. Ancilliary sendiri juga pada hakikatnya merupakan hal–hal yang sangat mendukung sebuah kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourist Information, Travel Agent dan stakeholder ( Pemerintah daerah, investor, masyarakat lokal) yang berperan langsung dalam kepariwisataan. 

Jadi daya tarik wisata itu adalah segala potensi yang dimiliki oleh suatu daerah sehingga dapat menumbuhkan rasa keingintahuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung dan menikmatinya. 

Yuk liat video animasi ini mengenai Komponen Produk Pariwisata :)



Suwena, I.K. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana University Press.

Penulis & Editor : Adilah Ata Nazhima S.Par