Umat beriman yang tidak termasuk dalam hierarki Gereja disebut sebagai kaum

Kaum awam dan Imam dalam perarakam liturgi - gambar: hidupkatolik.com

Pada ulasan saya sebelumnya telah membahas tentang Hierarki dalam Gereja Katolik  

Pada ulasan kali ini saya akan membahas sedikit tentang kaum awam.

Sebagaimana kita ketahui, Gereja dibangun atas persekutuan umat beriman, yaitu persekutuan antara Hierarki dan Awam. Gereja tidak bisa berdiri oleh Hierarki saja, demikian sebaliknya Gereja tidak bisa berdiri hanya oleh kaum awam saja. 

Kaum Hierarki dan awam saling melengkapi dengan perannya masing-masing. Hierarki bertindak sebagai pimpinan/gembala  oleh karena tahbisannya, sedangkan awam berperan sebagai kawanan oleh karena baptisan yang telah ia terima.

Istilah awam dikenal juga dengan kata Laikos (bahasa Yunani) yang berarti bukan ahli. Dalam kaitannya dengan kebudayaan Yahudi, kaum awam adalah umat yang bukan golongan imam atau ahli taurat. 

Oleh karena itu, istilah "bukan ahli" yang dimaksud dalam hal ini adalah orang-orang yang tidak belajar secara khusus dalam hal Kitab Suci dan Teologi sehingga mereka tidak bisa dikatakan sebagai ahli. 

Dalam Gereja Katolik, kaum awam adalah setiap orang yang tidak menerima tahbisan (Sakramen Imamat). 

Jadi kaum awam tidak termasuk dalam kelompok hierarki. Ciri khas hakiki kaum awam adalah sebagai "para penggarap kebun anggur" (bdk. Mat 20:1-16) dimana mereka menerima tugas untuk bekerja di ladang Tuhan dengan beraneka talenta dan karuniayang diberikan kepadanya. 

Berkat baptisan, mereka telah menjadi anggota Tubuh Kristus dan terhimpun menjadi Umat Allah. Dengan cara mereka sendiri pula, mereka ikut mengemban tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja. 

Sesuai dengan kemampuannya, kaum awam ikut melaksanakan tugas perutusan segenap kaum kristiani dalam Gereja dan dunia.  Tugas khas kaum awam adalah melaksanakan dan mewujudkan "Kabar Baik" di tengah-tengah dunia dimana kaum hierarki tidak bisa masuk ke dalamnya.

Tahbisan Uskup - dokpenkwi.org

Istilah "hierarki" berasal dari bahasa Yunani yaitu hierarchy yang berarti "asal usul suci" atau "tata susunan". Bila kita menilik asal usul kata hierarchy, kata ini dibangun oleh dua kata yaitu hieros (jabatan) dan archos (suci). 

Jadi, dalam istilah Gereja Katolik, hierarchy juga dikenal sebagai kaum pemimpin suci alias pemimpin umat beriman. Itu berarti bahwa mereka yang masuk dalam hierarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan. Oleh karena itulah kaum hierarki disebut juga kaum tertahbis. 

Tugas utama hierarki adalah sebagai pejabat umat beriman kristiani. Mereka dipanggil untuk menghadirkan Kristus "yang tidak kelihatan" melalui "tubuh-Nya yang kelihatan" yaitu Gereja. Sesuai hukum Gereja Katolik, tingkatan hierarki terdiri atas Uskup, Imam dan Diakon (KHK 330-572). 

Namun menurut tata susunan yurisdiksinya, hierarki terdiri atas Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kehasan hierarki ini dapat dilihat dalam hubungan mereka secara khusus dengan Kristus sebagai gembala umat. Maka corak kepemimpinan para hierarki itu didasarkan pada spiritualitas pelayanan Kristus, yakni "melayani bukan dilayani".

Awal perkembangan hierarki sangat berkaitan dengan kehidupa para rasul. Kolegialitas hierarki berasal dari "kelompok dua belas rasul". Kelompok inilah pertama-tama disebut "Rasul". Rasul atau apostolos berarti utusan. 

Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan Rasul tidak lagi hanya ditujukan kepada kedua belas orang itu, melainkan juga utusan-utusan lain. Bahkan semua "utusan jemaat" (2 Kor 8:22) dan semua "utusan Kristus" (2 Kor 5:20) disebut Rasul. 

Lama kelamaan, kelompok rasul menjadi luas. Sesuai dengan namanya, Rasul "diutus" untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.

Setelah kedua belas rasul tidak ada lagi, muncullah berbagai istilah seperti penetua-penetua (Kis 15:2), pengajar (Ef 4:11), Episkopos (KIs 20:28) dan Diakonos (1 Tim 4:14). 

Namun dalam perkembangannya ada struktur Gereja yang diperkenalkan oleh St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan "Penilik" (Episkopos), "Penatua" (Prebyteros) dan "Pelayan" (Diakonos). Struktur inilah yang menjadi struktur hierarki Gereja saat ini yakni uskup, imam dan diakon. 

Struktur kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja


Gereja adalah persekutuan yang semua anggotanya sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan umum dalam membangun Tubuh Kristus (LG 31). Ada fungsi khusus dalam Gereja yang diemban oleh hierarki, ada corak hidup khusus yang dijalani biarawan/wati, ada fungsi dan corak hidup keduniaan yang menjadi medan khas para awam. Tetapi yang pokok adalah iman yang sama akan Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus. Yang umum lebih penting daripada yang khusus.

1.      Hierarki

Kata hierarki berasal dari bahasa Yunani “hierarchy”yang berarti jabatan (hieros) suci (archos). Itu berarti bahwa yang termasuk dalam hierarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan. Dan orang yang termasuk hieraki disebut sebagai para tertahbis.

Namun, pada umumnya hierarki diartikan sebagai tata susunan. Hieraki sebagai pejabat umat beriman kristiani dipanggil untuk menghadirkan Kristus yang tidak kelihatan sebagai tubuhNya, yaitu Gereja. Dalam tingkatan hieraki tertahbis (hierarchia ordinis), Gereja terdiri dari Uskup, Imam, dan Diakon (KHK 330-572). Menurut tata susunan yuridiksi (hierarchia yurisdictionis), yurisdiksi ada pada Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kekhasan hierarki terletak pada hubungan khusus mereka dengan Kristus sebagai gembala umat.

Struktur hierarki bukanlah suatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah Gereja. Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah hierarki di bawah ini:

a.      Jaman Para Rasul

Awal perkembangan hirarki adalah kelompok kedua belas rasul. Kelompok inilah yang pertama-tama disebut rasul. Rasul atau “apostolos” adalah utusan. Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan rasul tidak hanya untuk kelompok kedua belas, melainkan juga utusan-utusan selain kelompok kedua belas itu. Bahkan akhirnya, semua “utusan jemaat” (2Kor8:22) dan semua “utusan Kristus” (2Kor 5:20) disebut rasul. Lama kelamaan, kelompok rasul lebih luas dari pada kelompok kedua belas rasul. Sesuai dengan namanya, rasul diutus untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.

b.      Jaman sesudah Para Rasul

Setelah kedua belas rasul tidak ada, muncul aneka sebutan, seperti “penatua-penatua” (Kis 15:2), dan “rasul-rasul”, “nabi-nabi”, pemberita-pemberita Injil”, gembala-gembala”, “pengajar” (Ef 4:11), “episkopos” (Kis 20:28), dan “diakonos” (1Tim 4:14). Dari sebutan itu ada banyak hal yang tidak jelas arti dan maksudnya. Namun pada akhir perkembangannya, ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan “penilik” (episkopos), “penatua” (prebyteros), dan “pelayan” (diakonos). Struktur inilah yang selanjutnya menjadi struktur hierarki Gereja yang menjadi Uskup, Imam, dan diakon. Di sini yang penting, bukanlah kepemimpinan Gereja yang terbagi atas aneka fungsi dan peran, melainkan bahwa tugas pewartaan para rasul lama-kelamaan menjadi tugas kepemimpinan jemaat.

2.      Awam

Kaum awamadalah semua orang kristen yang tidak termasuk dalam golongan tertahbis dan biarawan biarawati, yaang adalah orang-orang yang yang dengan pembaptisan menjadi anggota gereja dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja.

Kaum Awam dapat di definisikan secara:

·         Definisi teologis: Awam adalah warga negara yang tidak ditahbiskan. Jadi awam meliputi biarawan seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.

·         Definisi tipologis: Awam adalah warga gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan biarawati.

Bagi kaum awam, perutusan Gereja Katolik bukan saja dibidang liturgi dan pewartaan, tetapi juga dibidang pengembalaan. Misalnya sebagai:[13]

ü  Pengurus Dewan Paroki Tugasnyaadalah memikirkan, merencanakan, memutuskan dan mempertanggung-jawabkan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan karya paroki. Misalnya kegiatan pewartaan sabda, perayaan liturgi dan membangun masyarakat.

ü  Pengurus Wilayah atau Stasi Tugasnya adalah mengkoordinasi kegiatan antar lingkungan yang berada didalam wilayah Dewan Parokinya.

ü  Pengurus Lingkungan Tugasnya adalah menampung dan menyalurkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kepada Dewan Paroki atau Pastor Parokinya. Juga mengadakan pendataan dalam lingkungan atau kelompok dan mengadakan pertemuanbersama dengan Pengurus Kelompok.

ü  Pengurus Kelompok Tugasnya adalah menjadi tumpuan utama dan pertama untuk mengembangkan kehidupan umat Katolik. Merekalah yang melakukan berbagai program lingkungan dalam rangka pembinaan umat.


Page 2