Seberapa pentingkah tulisan atau penulisan di dalam sejarah?

SURABAYA, SABTU — Wakil Wali Kota Surabaya Arif Affandi menyatakan akan pentingnya bagaimana membaca fakta sejarah dan menuliskan fakta sejarah. Hal itu penting agar generasi muda bisa mencintai sejarah termasuk mencintai benda cagar budaya dan benda purbakala. Hal itu disampaikan Arif saat peluncuran Buku Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe. Arif memaparkan, paling tidak generasi muda bisa berimajinasi tentang sejarah kotanya di masa lalu.

"Saya misalnya berimajinasi bahwa Surabaya tempo dulu dengan imajinasi Pasar Wonokromo lewat karya Pramudya Ananta Toer, Bumi dan Manusia. Pram bisa menuliskan fakta sejarah dengan perspektifnya yang bagus. Oleh karena itu penting how to read, how to write fakta sejarah," kata Arif. Arif melihat cara orang baca 10 November berbeda.

Ada yang melihat 10 November identik dengan Bung Tomo, tetapi ada yang melihat tidak ada tokoh. Namun, 10 November dilihat sebagai gerakan egaliter gerakan rakyat pada 1945 dalam sejarahnya melawan sekutu. "Fakta lokal sejarah dibutuhkan untuk saat sekarang dan mendatang. Setidaknya generasi muda bisa mengimajinasikan sejarah kotanya di masa lalu," katanya, Sabtu (21/2).

Menurut Arif, cagar budaya tetap harus terjaga termasuk gedung-gedung bersejarah. Banyak bangunan yang sudah telanjur hilang dan dipugar. "Oleh karena itu, penulisan sejarah kota dan segala pernak-perniknya sangat membantu generasi muda mengenal kotanya tempo dulu. Butuh fakta lokal sejarah untuk sekarang," katanya.

Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat Pingky Saptandari sangat mengapresiasi Dukut Imam Widodo yang konsen menulis dokumen sejarah dengan baik. "Lewat tulisan-tulisannya diharapkan ada upaya penyelamatan lingkungan khususnya cagar budaya. Pak Dukut bukan sejarawan tetapi mau menuliskan sejarah," katanya.

Budayawan dan Guru Besar Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya Budi Dharma menyatakan, Dukut bukan saja mencintai sejarah tetapi juga memiliki wawasan sejarah yang baik. Ketekunannya meneliti, mengobservasi, dan mengumpulkan data dan fakta sejarah membuahkan buku sejarah kota Soerabaia Tempoe Doeloe, Grissee Tempoe Doeloe, Malang Tempoe Doeloe, dan Hikajat Soerabaia Tempoe Doeloe.

Penulis buku Hikajat Soerabaia Tempoe Doeloe, Dukut Imam Widodo, menuturkan, mimpi menuliskan sejarah itu sudah direncanakan sejak 20 tahun lalu. "Sebelumnya saya menulis cerpen dan novel karena kepepet," katanya.

Karya Doekoet kali ini setebal 825 halaman terbagi dalam tiga jilid dari semula 1.050 halaman. "Penulisannya dengan riset pengumpulan data dan fakta sejarah yang memakan waktu lama. Memahami sejarah tidak cukup hanya berdebat sesuai pemahaman masing-masing. Oleh karena itu, saya kumpulkan fakta-fakta sejarah dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Membaca sejarah tidak harus dengan kening berkerut karena bahasanya berat," tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Makna

oleh Bondan Kanumoyoso


1Kajian sejarah

Kajian tentang apa yang terjadi dalam kehidupan manusia dalam ruang dan rukun waktu tertentu.


2Historiografi

Dapat diartikan sebagai penulisan sejarah dan sejarah dari penulisan sejarah.


3Metode hermeneutika dalam sejarah

Interpretasi atau penafsiran peristiwa melalui jalan pikiran para pelaku sejarah.


Padahal, sejarah tidak sesederhana itu. Sejarah bukanlah sekedar catatan tentang masa lalu. Melainkan, sejarah mempelajari tentang apa yang terjadi dalam kehidupan manusia dalam ruang dan kurun waktu tertentu. Yang ditekankan bukan masa lalu, tetapi ruang dan waktu tertentu. 

Selain mengkaji manusia dalam dimensi ruang dan waktu, sejarah juga mempelajari segala sesuatu yang memiliki makna sosial. Hal tersebut berkaitan dengan kajian sejarah yang bersifat partikular atau spesifik, satu-satunya, dan terperinci. 

Karya sejarah melakukan rekonstruksi terhadap suatu fenomena sosial yang pernah terjadi. Karena itu, sejarah tidak hanya mencakup peristiwa yang terjadi di masa lalu; peristiwa yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang pun akan menjadi sejarah. 

Apa yang terjadi di dalam ruang dan waktu meliputi perubahan, kesinambungan, pengulangan, dan perkembangan. Semua aspek tersebut terjadi dalam kehidupan manusia, khususnya perubahan. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu tentang perubahan.

Dengan pemahaman bahwa sejarah adalah ilmu tentang perubahan, pengetahuan sejarah tidak hanya menjadi ranah sejarawan, melainkan juga milik masyarakat umum. Bahkan, pengetahuan sejarah penting dimiliki oleh mereka yang akan membuat dan menghadapi perubahan-perubahan sosial. Misalnya, para pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, pejabat publik, dan tentu saja para pelajar dan mahasiswa. 

Seiring dengan perkembangan zaman, produk sejarah tidak lagi terbatas pada tulisan berupa artikel dan buku, tetapi juga berupa laporan jurnalistik, film dokumenter, storyline museum, rancangan monumen, konten digital, komik, dan bahkan film animasi. Dalam aspek subjek kajian, sejarah bisa membahas semua segi kehidupan manusia. Beberapa pokok kajian sejarah adalah sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah budaya, sejarah lingkungan, sejarah maritim, sejarah perkotaan, sejarah kesehatan, sejarah birokrasi, dan sejarah hukum.

Sejarah tidak hanya mencakup peristiwa yang terjadi di masa lalu; peristiwa yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang pun akan menjadi sejarah. ~ Bondan Kanumoyoso Click To Tweet

Historiografi

Historiografi adalah berbagai karya sejarah yang berkenaan dengan suatu tema. Karya sejarah adalah berbagai tulisan berupa: artikel jurnal, prosiding dan buku yang bertemakan sejarah. Umumnya, historiografi dimaknai sebagai dua hal; penulisan sejarah dan sejarah dari penulisan sejarah. Sebagai contoh, historiografi revolusi kemerdekaan mencakup semua karya sejarah (artikel, buku, film, komik, maupun konten digital) yang membahas peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia di tahun 1945 hingga 1949. 

Ketika manusia mulai mengenal tulisan, mereka juga mulai menyadari apa yang terjadi dengan dirinya dan lingkungan sekitarnya. Perkembangan literasi yang terjadi pada abad ke-5 sebelum masehi di Yunani memungkinkan terwujudnya historiografi yang kita kenal sekarang.

Sampai dengan abad ke-19, sejarah masih belum benar-benar diakui sebagai cabang ilmu di perguruan tinggi. Sejarah sebagai ilmu baru mulai diterima ketika sejarawan Jerman, Leopold Von Ranke (1799-1886), menganjurkan para ahli sejarah untuk meneliti dokumen-dokumen asli. Penelitian tersebut bertujuan agar pengetahuan sejarah menjadi objektif. 

Untuk menjadikan sejarah sebagai cabang ilmu yang memiliki metode dan metodologi, Ranke mengharuskan “wie es eigentlich gewesen (sejarah sebagaimana yang terjadi)”. Akan tetapi, pada saat yang sama, muncul penolakan dari para ahli humaniora untuk menggunakan metodologi ilmu pengetahuan alam yang saat itu sudah mapan. 

Untuk memahami jiwa dan pikiran manusia, para ahli mengajukan metode hermeneutika (dari kata hermeneus yang artinya menafsirkan). Interpretasi atau penafsiran peristiwa melalui jalan pikiran para pelaku sejarah adalah cara utama yang dianjurkan oleh para ahli humaniora. Hasil dari metode hermeneutika adalah kisah atau narasi yang hidup dengan bertumpu pada teks.

Di tahun 1960-an, para ahli sejarah mulai mempersoalkan dasar-dasar ilmu sejarah. Ketika itu, para sejarawan mengakui bahwa ciri utama dari sejarah dunia modern adalah perubahan sosial-ekonomi yang cepat. Namun, metode hermeneutika yang ketika itu menjadi andalan sebagian besar sejarawan tidak bisa lagi memberi penjelasan yang memuaskan mengenai perubahan-perubahan ini. 

Melalui penjelasan sejarah, masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa di sekitar yang terjamin kebenarannya. ~ Bondan Kanumoyoso Click To Tweet

Karena itu, para sejarawan pun mulai menyuarakan pentingnya pendekatan multidisiplin dan interdisiplin. Multidisiplin adalah seorang peneliti mendalami satu tema dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu, sedangkan interdisiplin adalah kerjasama para peneliti dengan latar belakang ilmu yang berbeda untuk membahas satu tema. Kedua pendekatan ini akhirnya berhasil memperkaya karya sejarah sehingga mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di dalam masyarakat modern dengan lebih komprehensif. 

Adanya perubahan dalam metode penelitian menyebabkan berkembangnya penulisan sejarah. Karena perubahan ini, sejak tahun 1960-an, historiografi sejarah mulai berkembang secara pesat. Keperluan untuk menjelaskan berbagai perubahan yang melanda masyarakat menyebabkan perluasan tema-tema penulisan sejarah. Sejak itu, karya-karya sejarah membahas berbagai hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat modern. Kini, sejarah tidak lagi sekedar mencatat perubahan tentang kerajaan, negara, tokoh-tokoh penting, perang, ataupun peristiwa politik. Melainkan, sejarah juga membahas berbagai aspek lain dalam kehidupan bermasyarakat. 

Karena modernisasi, kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan yang cepat di berbagai aspek. Salah satunya adalah munculnya berbagai permasalahan masyarakat modern seperti korupsi, kriminalitas, kesenjangan sosial, kemiskinan, masalah lingkungan, pendidikan dan permasalahan lainnya. 

Seberapa pentingkah tulisan atau penulisan di dalam sejarah?
Sejarah tidak hanya mencakup peristiwa yang terjadi di masa lalu; peristiwa yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang pun akan menjadi sejarah.

Menurut para sejarawan, berbagai masalah masyarakat itu perlu dijelaskan dari perspektif sejarah. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak mengalami disorientasi. Dalam ilmu sejarah, yang dimaksud dengan disorientasi adalah hilangnya kemampuan untuk melihat kaitan antara apa yang terjadi di masa lalu dengan yang ada sekarang dan di masa yang akan datang. 

Melalui penjelasan sejarah, masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa di sekitar yang terjamin kebenarannya. Penjelasan sejarah terjamin valid karena didapat dari sumber sejarah dengan metodologi yang sesuai dengan kaidah keilmuan. Pengetahuan ini bisa menjadi landasan bagi masyarakat untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar mereka. 

Sebagai contoh adalah bencana banjir yang hampir setiap tahun melanda kota Jakarta. Melalui penelitian sejarah dapat diketahui bahwa masalah banjir sudah terjadi sejak abad 18, yaitu ketika kota Jakarta masih bernama Batavia. Sumber-sumber sejarah dari masa itu menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai menjadi penyebab utama banjir.

Dalam konteks Indonesia, perkembangan dalam ilmu sejarah ditandai dengan munculnya historiografi sejarah sosial yang dipelopori oleh Sartono Kartodirdjo melalui karyanya tentang pemberontakan petani Banten 1888. Karya ini kemudian disusul oleh berbagai karya sejarah sosial lain yang ditulis oleh Taufik Abdullah, Onghokham, Kuntowijoyo, R.Z. Leirissa, dan sebagainya. 

Seiring berkembangnya historiografi sejarah sosial, mendorong perkembangan historiografi sejarah lainnya. Perkembangan ekonomi Indonesia pun memunculkan minat para sejarawan untuk mengkaji masalah ekonomi dengan dipelopori oleh Thee Kian Wie, Bambang Purwanto, dan Soegiyanto Padmo. Sementara itu, perhatian terhadap perkembangan dunia maritim juga telah menarik minat para sejarawan seperti A.B. Lapian, Susanto Zuhdi, Singgih Tri Sulistiyono dan sebagainya untuk menghasilkan historiografi sejarah maritim.

Selain beberapa contoh di atas, generasi baru sejarawan Indonesia yang muncul di abad ke-21 juga menjelajahi tema-tema sejarah baru yang semakin luas. Hasilnya, terbentuklah berbagai historiografi baru seperti sejarah lingkungan, sejarah bencana alam, sejarah kesehatan, sejarah perkotaan, sejarah gender, dan sebagainya. 

Penulisan sejarah yang menyentuh berbagai bidang kehidupan ini bisa terjadi karena sumber-sumber sejarah yang juga telah berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sebelum tahun 1960-an, sumber sejarah yang tersedia utamanya adalah sumber tertulis dan lisan. Sementara, saat ini sumber sejarah juga tersedia dalam bentuk rekaman suara, film, dan sumber digital.

Dengan ini, historiografi pun memiliki jenis sumber dan kemungkinan penulisan yang lebih kaya dengan tema yang lebih luas. Perkembangan historiografi saat ini telah mencakup hampir semua aspek kehidupan masyarakat di abad ke-21. Karena hal tersebut, historiografi dapat semakin membantu sejarah dalam mencapai tujuannya, yaitu menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap manusia sebagai makhluk sosial dari waktu ke waktu.

Bacaan Lebih Lanjut

Guan, K.C. Rewriting Indonesia History, The Future in Indonesia’s Past. The Institute of Defence and Strategic Studies (IDSS), No. 113, June 2006. https://www.files.ethz.ch/isn/27161/WP113.pdf 

Hall, D.G.E. Problems of Indonesian Historiography. Pacific Affair, Vol. 38, No. 3/4 (Autumn 1965 – winter 1965, 1966), pp. 353-359. https://www.jstor.org/stable/2754037

 

Kuntowijoyo. Indonesian Historiography in Search of Identity. Humaniora, Vol. 12, No. 1 (2000). https://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/1293

Seberapa pentingkah tulisan atau penulisan di dalam sejarah?

Bondan Kanumoyoso dilahirkan di Madiun 11 November 1972. Pendidikan Sarjana Sejarah diselesaikan di FSUI (1996). Magister Sejarah (2000) didapat dari Program Pascasarjana UI (2000). Melanjutkan pendidikan Advanced Master Program dalam Sejarah Indonesia di Leiden University. Meraih gelar PhD Sejarah di Leiden University (2011) dengan disertasi berjudul: Beyond the City Wall: Socio-Economic Development in the Ommelanden Batavia, 1684-1740. Bekerja sebagai dosen dan peneliti di Departemen Sejarah FIB UI (1998-sekarang). Aktif dalam berbagai seminar nasional maupun internasional, mengisi workshop, menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan, dan menjadi kurator untuk berbagai pameran dan museum sejarah. Minat penelitian: Sejarah Indonesia, Sejarah Ekonomi dan Perkembangan pengertian dan pemahaman tentang Pancasila. Saat ini (2020-2025) Ia menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pembumian Pancasila.