Mengapa menjaga ucapan sangat penting dilakukan?

Oleh: Ana Syahidah
Mahasiswi STEI SEBI-Depok

TERKADANG menjaga lisan sangatlah sulit dilakukan, kecuali orang-orang beriman yang menjalankan perintah Allah dan meyakini akan adanya hari akhir yaitu hari penuh perhitungan dan pembalasan.

Sahabat, yakinlah orang yang berbuat dan beramal shalih pasti akan di balas dengan kesenangan dan kebahagiaan. Sedangkan orang yang tidak berbuat baik dan tidak beramal shalih mendapatkan balasan dari keburukan itu. Semoga Allah memberi kepada kita keistiqomahan dalam beramal shalih.

Sesungguhnya kita mengetahui bahwa lisan merupakan salah satu nikmat yang besar, bentuknya kecil dan halus namun disitu terletak kebaikan dan keburukan seseorang. Amat besar pengaruhnya terhadap yang positif maupun yang negatif dalam kehidupan seorang muslim.

Membahas tentang lisan ada satu nasihat yang sangat berharga dalam hal menjaga lisan, disampaikan oleh Rasulullah SAW dan menjadi tuntunan kita sebagai mana hadis yang berbunyi, “Barang siapa yang berfirman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata baik atau diam.”

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi, Uqbah bin Amir berkata : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah apakah keselamatan itu?” beliau menjawab, “tahanlah lisanmu dan hendaknya rumahmu menyenangkanmu (karena penuh dzikir dan mengingat Allah SWT) dan menangislah atas kesalahnmu (karena menyesal).” HR.Tirmidzi

Sahabat, berhati-hatilah terhadap lisan karena sebuah ucapan bisa menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Apabila kita tidak mengetahui sebuah perkara dengan pasti, sebaiknya kita diam saja. Dan janganlah kita mengucapkan perkataan yang menyakiti hati orang kain, sekalipun itu hanya candaan. Sebab di akhirat kelak, segala apa yang kita ucapkan dengan lisan pasti akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah berfirman : “Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” QS Qaf: 18

“Dan jangalah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hatim semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya.” QS Al-Isra: 36

Keutamaan menjaga lisan dalam islam, yaitu:

1. Memiliki kedudukan tinggi sebagai muslim

2. Dijanjikan surga

3. Dijauhkan dari neraka jahanam

4. Dijauhkan dari kebinasaan

5. Meningkatkan iman

6. Amalan sedekah yang mendatangkan pahala

7. Menghidari sifat keras hati

8. Menyelamatkan diri dari dosa

9. Diangkat derajatnya oleh Allah SWT

10. Memperoleh ridho Allah SWT di akhirat

Untuk dapat menjaga lisan menjadi terjaga dan bermutu, ada empat syaratnya, yaitu:

1. Berkatalah dengan Perkataan yang Benar

Kalau kita ingin berbicara dengan benar, maka pastikan bahwa pembicaraan kita bersih dari bohong, bersih dari dusta. Kata-kata kita ini harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Jangan pernah mau berkata apapun yang kita sendiri tidak yakin dengan apa yang kita katakan. Jangan berusaha berkata-kata semata-mata agar orang terkesima, terpesona, suka, karena semuanya tidak akan menolong kita. Perkataan kita yakin dengan seyakin-yakinnya haruslah dapat dipertanggungjawabkan.

2. Berkatalah sesuai tempatnya

“Liqulli maqaam maqaal walikulli maqaal maqaam,” artinya, “Tiap perkataan itu ada tempat terbaik dan setiap tempat memiliki perkataan (yang terucap) yang terbaik pula.”

Tidak setiap kata sesuai di setiap tempat, sebaliknya tidak setiap tempat sesuai dengan perkataan yang dibutuhkan. Hati-hati sebelum kita bicara, harus kita ukur siapa yang diajak bicara. Berbicara dengan anak kecil tentu akan jauh beda dengan ketika berbicara dengan orang tua. Berbicara dengan remaja tentu akan jauh beda dengan ketika berbicara dengan guru kita. Orang yang tidak terampil untuk membaca situasi, walau niatnya benar, hasilnya bisa jadi kurang benar.

3. Jagalah Kehalusan Tutur Kata

Orang yang lisannya bermutu haruslah berkemampuan memperhalus dan menjaga kata-katanya tidak menjadi duri atau tidak bagai pisau silet yang siap melukai orang lain. Betapa banyak kata-kata yang keluar yang rasa-rasanya ketika mengeluarkannya begitu gampang. Begitu enak, tapi yang mendengar malah sebaliknya. Hatinya tercabik-cabik, tersayat-sayat perasaannya. Begitu perih dan luka tertancap dihatinya. Seakan memberi nasihat, tapi bagi yang mendengar apakah merasa dinasihati atau malah merasa dizhalimi.

4. Berkatalah yang Bermanfaat

Dikisahkan bahwa suatu waktu Nabi Isa, as, melihat bangkai seekor anjing, ketika itu sahabat sahabatnya berpaling karena jijik, maka Nabi Isa justru melihat susunan gigi putihnya yang tertata indah,”Anjing itu giginya rapi sekali ya!” Teman-temannya keheranan. “Yaa, Rabbii (Guru), kenapa Paduka berkata begitu, bangkai anjing itu kan sangat menjijikkan. Bahkan Paduka sendiri kalau dihina, dicaci, diremehkan dengan kata-kata jelek, kata-kata Tuan selalu baik?”

Nabi Isa Menjawab, “Karena setiap orang memang akan mengeluarkan apa yang dimilikinya. Kalau pikiran dan perasaannya jelek, maka yang keluar adalah yang jelek-jelek juga,” demikian jawabnya.

Makin banyak kepeleset lidah, makin banyak masalah dan dosanya, makin banyak dosa, nerakalah tempatnya. Maka, “Fal yakul khairan au liyasmut,” Berkatalah yang benar atau diam,” demikian Sabda Nabi.

Diujung pembahasan tentang pentingnya menjaga lisan, mari kita selalu menjaga diri dari ucapan yang tidak bermanfaat seperti gibah, menceritakan keburukan orang lain maupun berbohong dan memfitnah.

Banyak berbicara yang tidak bermanfaat membuat hati menjadi keras, jika kira tidak mampu untuk menjaga semua itu maka lebih baik diam, dan diam merupakan pilihan paling bijak dan menyelamatkan baik dunia maupun akhirat.

Tidak sedikit persahabatan menjadi retak hanya karena perkataan yang menyinggung perasaan, banyak pertemanan yang akhirnya berujung pertengkaran dan permusuhan dikarenakan ucapan yang salah keluar dari lisan. Oleh karena itu, jika kita tidak mampu berkata baik, maka diam jalan yang paling bijak. []

OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: , paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos. 

Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lisan merupakan anugerah yang diberikan kepada umat manusia. Meski lisan membawa manfaat dan memudahkan dalam berkomunikasi, keberadaannya mesti sejalan dengan prinsip kehati-ha ptian.

Ustaz Abu Ihsan al-Atsari dalam kajiannya di Masjid Baitul Hakim menyebut lisan juga bisa menjadi sumber petaka. Banyak orang yang masuk neraka dikarenakan perkataannya. "Lisan adalah anggota tubuh yang paling elastis. Tidak bertulang. Diciptakan tanpa tulang sehingga mudah digerakkan. Namun, seringnya kita melupakan apa-apa saja yang sudah kita ucapkan dan katakan," ujar Us taz Abu Ihsan dihadapan jamaah, belum lama imi.

Lisan merupakan nikmat yang didatangkan oleh Allah SWT. Dengan lisan, manusia bisa merasakan nikmatnya berbicara. Namun, ketika diberi nikmat ber bicara, ada tanggung jawab yang juga harus dipikul oleh manusia. Setiap kata-kata yang diucapkan oleh manusia akan dicatat oleh malaikat.

Allah SWT dalam QS Qaaf ayat 16-18 berfirman, "Dan se sungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya", '(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.' 'Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang se lalu hadir'." Dalam surat itu disebut bah wa semua perkataan yang dikeluarkan oleh manusia dicatat oleh malaikat. Keluhan dan aduan pun dicatat. Inilah yang menjadi pertanggungjawaban dari ucapan yang telah diucapkan.

Kaum Muslimin hendaknya bisa berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Apa pun yang akan diucapkan harus diperhatikan apakah membawa manfaat dan baik atau tidak. Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." Berbicara yang baik berarti membicarakan hal yang benar dan membawa manfaat. Ada kata-kata yang benar tapi tidak bermanfaat. Contohnya ghibah, yang bisa jadi benar namun tidak mem bawa manfaat.

Ada pula kata-kata yang membawa manfaat tapi tidak benar. Contohnya orang yang berdusta atas nama Nabi SAW untuk menyemangati orang melakukan iba dah. Biasanya dibuat hadis-hadis palsu, seperti membaca ayat A akan membawa manfaat B, agar makin banyak orang mem baca Alquran, padahal Nabi SAW tidak pernah menyatakan demi kian. "Hisabnya berat," lanjut Us taz Abu Ihsan.

Ia melanjutkan, saat hari akhir nanti, semua anggota tubuh akan menuntut lisan atas perbuatannya di dunia. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tir midzi, Uqbah bin Amir berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Ya Ra sulullah apakah keselamatan itu?' Beliau menjawab, 'Selamat itu ada tiga perkara. Pertama jaga li sanmu, kedua tangisi kesalahanmu, dan ketiga hendaknya kamu betah di rumahmu'."

Nabi juga pernah ditanya oleh seseorang dari Arab Badui. Ia ber kata, "Ya Rasul beri aku se buah wasiat, tapi jangan panjangpan jang." Nabi pun menjawab, "Janganlah kamu berbicara de ngan satu perkataan yang mem buat kamu nantinya harus me minta maaf. Jika kamu berdiri sha lat maka lakukanlah seolaholah itu shalat terakhirmu. Dan jangan berambisi atas apa yang ada di tangan orang lain."

Menarik ucapan yang telah dikeluarkan itu berat. Sama seperti menelan ludah atau muntah yang telah kita keluarkan. Ustaz Abu Ihsan menyebut banyak orang yang keseleo lidah, tapin ketika diminta untuk meminta maaf ia tidak mau, bahkan mengingkari jika pernah berkata de mikian.

Ustaz Abu Ihsan meminta ja maah untuk zuhud. Yaitu tidak mengharapkan sesuatu yang ber sifat duniawi dan belum dimiliki. Dia meminta untuk tidak berlomba- lomba atas sesuatu yang ada di dunia. Perbanyak pula qanaah atau bersyukur atas apa yang su dah dimiliki, menerima apa yang diberikan oleh Allah SWT. Sing kirkan rasa tamak atau am bisi un tuk memiliki apa yang ada pa da orang lain.

Dari Mu'adz bin Jabal RA, ia mengatakan, "Aku bertanya, 'Wa hai Rasulullah, beritahukan ke padaku tentang amalan yang akan mema-sukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.' Beliau bersabda, 'Sung guh kamu bertanya tentang suatu yang besar, dan sesungguhnya itu sangat mudah bagi siapa yang di mudahkan oleh Allah; yaitu kamu menyembah Allah dan tidak me nyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.'

Kemudian beliau bersabda, 'Mau kah aku tunjukkan kepa da mu tentang pintu-pintu kebajik an? Puasa adalah perisai, sedekah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat yang dilakukan seseorang di tengah malam.' Kemu dian beliau membaca, 'Lambung mereka jauh dari tempat tidur nya' hingga 'yang telah mereka ker jakan.'

Kemudian beliau bertanya, 'Maukah aku beritahukan kepadamu tentang pokok urusan, tiang nya, dan puncaknya?' Aku menjawab, 'Tentu, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Pokok segala urusan ialah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya ialah jihad.'

Kemudian beliau bertanya, 'Maukah aku beritahukan kepa damu tentang inti semua itu?' Aku menjawab, 'Tentu, wahai Ra sulullah.' Lantas beliau meme gang lisannya seraya bersabda, 'Tahanlah ini padamu.' Aku ber tanya, 'Wahai Nabi SAW, apakah kami akan dihukum karena apa yang kami ucapkan?' Beliau menjawab, 'Semoga ibumu kehilangan kamu! (ungkapan terkejut). Tidak ada yang menjatuhkan wajah manusia (Leher manusia) ke dalam neraka, melainkan hasil lisan mereka (yang buruk)'." 

Mengapa menjaga ucapan sangat penting dilakukan?