Olahraga jalan cepat menempuh jarak 100 mb 400 mc 800 md 4 2 km

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan olahraga perlu di kembangkan di masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup manusia, yang ditandai dengan tingginya kwalitas fisik, umur,harapan hidup dan makin meningkatnya usia produktif. Begitu juga di sekolah, pendidikan jasmani dan olahraga sangat perlu ditingkatkan untuk menambah semangat dan gairah hidup. Hal ini tepat sekali karna selain sebagai pembinaan fisik,mental dan sosial masyarakat. Sebab masyarakat sekolah adalah kader penerus bangsa.

Pendidikan jasmani adalah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respon mental, emosional dan social. ( Arma Abdoellah, 1996 : 2 )

Peningkatan prestasi merupakan salah satu tujuan daripada peningkatan pendidikan jasmani dan olahraga. Seperti kita ketahui bahwa hanya melalui lembaga pendidikan banyak atlit berbakat dan berprestasi dapat di temukan baik prestasi di tingkat nasional maupun di tingkat dunia.

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Bergerak berarti telah melakukan unsur olahraga. Unsur olahraga dapat dilakukan manusia dalam kegiatan sehari-hari meliputi yaitu jalan, lari, lompat dan lempar.

Atletik termasuk bidang bidang berikut : jalan, lari, loncat, lempar, juga lomba ganda. Lari, loncat, dan lempar merupakan latihan badan yang tertua dan paling alami dan sejak dulu kala telah dimasukan dalam pendidikan jasmani serta Olimpiade dan merupakan bagian utama. (U. Jonath, 1987 : 1 )

Olahraga atletik dilakukan di lintasan dan lapangan. Lintasan digunakan untuk lari sedangkan lapangan digunakan untuk lempar dan lompat. Atletik dipelajari, dilakukan dikembangkan karena mengandung nilai pendidikan yang tinggi dan penting.

Atletik adalah suatu cabang olahraga yang dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Macam-macam atau nomor perlombaanya terdiri dari 4 kelompok besar yaitu:

1. Nomor perlombaan jalan cepat.

a. Jarak 10 km

b. Jarak 20 km

Kedua jarak dilakukan oleh pria maupun wanita.

2. Nomor perlombaan lari.

a. Lari jarak pendek 100 m -200 m -400 m

b. Lari jarak sedang 800 m – 1500 m

c. Lari jarak jauh 5000 – 10000 m,untuk wanita 3.000 m

d. Lari sambung; 4 x 100 m, 4 x 1500 m

e. Lari gawang; 110 m – 200 m – 400 m

100 m untuk wanita

f. Lari lintas alam; 3.000 m sampai dengan 10.000 m dilakukan di alam bebas (di luar stadion) dengan rintangan alami.

g. Lari Steeple-Chase ; 3000 m dilakukan didalam stadion dengan rintangan berupa pagar dan kolam air.

h. Lari marathon; 42,195 km, lazimnya start dilakukan di stadion satu keliling, kemudian keluar stadion di jalan aspal (tanpa rintangan) dan finish berakir di dalam stadion satu keliling. Untuk perlombaan marathon harus disediakan pos penyegar dan pos penyiraman.

3. Nomor perlombaan lompat

a. Lompat jauh

b. Lompat tinggi

c. Lompat jangkit hanya untuk pria

d. Lompat tinggi galah hanya untuk pria.

4. Nomor perlombaan lempar.

a. Tolak peluru

b. Lempar lembing

c. Lempar Cakram

d. Lontar martil hanya untuk pria

e. Lempar bola kecil untuk anak-anak sekolah dasar

f. Lempar bola besar untuk anak-anak sekolah dasar

”Lari cepat ( sprint ) adalah kemampuan seseorang dalam memindahkan posisi tubuhnya dari satu tempat ke tempat yang lainya secara cepat melebihi gerak dasar pada ketrampilan lari kecil.”( Adang Suherman, 2001 : 30 ).

Lari jarak pendek ( sprint ) adalah suatu perlombaan lari dimana semua peserta berlari dengan kecepatan penuh untuk menempuh jarak tertentu. Nomor lari jarak pendek meliputi 100 m, 200 m, 400 m, 4 x 100, 4 x 400 m, 100 m gawang, 200 m gawang, dan 400 m gawang. ( Budi Sutrisno , 2010 : 30 )

Membicarakan lari 100 meter atau lari jarak pendek berarti kita membahas tehnik-tehnik lari jarak pendek. Tehnik ini terdiri dari : start, saat berlari dan cara-cara memasuki finish. Diantara ketiga tehnik ini tidak bias berdiri sendiri tetapi merupakan rangkaian gerak yang menyatu dan saling mendukung untuk mencapai prestasi yang optimal, karena: diperlukan gerakan yang secepat-cepatnya dari jarak 60 meter, maka persaingan pada nomor ini sangat ketat. Bukan dalam satuan detik lagi, tetapi sudah seperseratus detik. Demikian ketatnya persaingan, maka harus dipelejari teknik-tekniknya dengan benar. Hal-hal yang menguntungkan dan yang merugikan betul-betul diperhatikan. Di samping faktor dasar dan keadaan tubuh juga faktor teknik ini yang tidak kalah pentingnya. Adapun teknik lari ini adalah cara start, cara berlari, dan cara memasuki finish. Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya mereka harus menguasai tenik lari cepat 100 meter dengan sempurna dalam arti mereka harus dapat melakukan gerakan yang benar dan seefisien mungkin. Hal-hal yang demikianlah yang perlu dikuasai oleh pelatih, guru atau atlit itu sendiri. Selain teknik tersebut, kemampuan dasar harus dilatih dengan baik yaitu : kekuatan (power), kecepatan (speed), kelincahan (agility), dan daya tahan (endurenc). Kekuatan ini menyangkut tenaga yang besar yang dilatih tubuh, kecepatan adalah kotraksi yang cepat yang maksimal pada otot sehingga dapat dihasilkan waktu yang pendek. Sedang daya tahan adalah kemampuan otot untuk berkontraksi pada saat yang agak lama.

Khusus pada cabang atletik nomor lari cepat adalah nomor yang paling bergengsi, terjadi persaingan yang ketat. Bukan hanya persaingan limit waktu yang sangat tipis tetapi teknik dan taktik perlombaan yang memerlukan perhatian yang serius. Sedemikian ketatnya perhitungan, sehingga hal-hal yang terkecilpun yang menunjang pretasi lari cepat 100 meter betul-betul diperhitungkan dengan seksama. Kesalahan kecil pada waktu start saja sudah tertinggal oleh lawanya. Untuk atlit yang professional boleh dikatakan bahwa factor kekuatan, kecepatan, dan daya tahan seimbang. Sehingga hal-hal pendukung seperti : cara start, cara berlari, dan cara memasuki finish juga tidak kalah pentingnya untuk dipelajari dan dilatih.

Lari mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka ditentukan atau diperlakukan metode, program dan strategi pendekatan latihan yang lain pula. Seperti lebih dikemukakan sebelumnya bahwa nomor lari jarak pendek lebih dominan memerlukan daya tahan anaerobic dari pada daya tahan mengarah pada terciptanya daya tahan anaerobic yang tinggi. Lari merupakan aktivitas yang digunakan hampir semua cabang olahraga sebagai salam satu sarana untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Aktivitas yang dilakukan dengan beban tertentu akan menghasilkan daya tahan baik aerobic dan anaerobic. Sepengetahuan peneliti pada MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo tersebut prestasi lari 100 meter sangat menurun sekali, oleh kaena itu peneliti ingin meningkatkan prestasi lari 100 meter dengan menggunakan latihan akselerasi.

Latihan yang terprogram adalah latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materinya sesuai dengan nomor olahraga yang dilatih, waktunya juga jelas. Nomor lari dalam olahraga atletik juga memiliki metode latihan tertentu pula yang dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi lari 100 meter. Metode latihan untuk meningkatkan prestasi lari 100 meter antara lain: circuit training, interval training, sprint training, hollow sprint dan interval sprinting, acceleration. Dalam penelitian ini akan dikaji latihan akselerasi terhadap lari 100 meter.

Latihan akselerasi sprint adalah suatu latihan yang di dalamnya berangsur-angsur adanya suatu kreasi atau selang lari cepat dari jogging untuk jalan diakhiri dengan lari cepat. Untuk latihan akselerasi, sprinter dapat latihan dengan tiga perbedaan: 1) Latihan jogging 50 meter atau 120 yard. 2) Latihan sprint 50 meter atau 120 yard. 3) Latihan jalan 50 meter atau 120 yard.

Untuk teknik sprint yang perlu diperhatikan adalah: 1) Kecepatan berlari harus dengan langkah lebih besar atau lebih banyak langkah tiap detiknya.2) Kecepatan dapat dibagi waktu reaksi (start 20 meter pertama, 60 meter kedua dengan langkah yang ajeg, 10 sampai 20 meter terakhir langkah panjang menurun. Jadi kecepatan dapat diberikan batasan sebagai kemampuan berlari menempuh jarak yang telah ditentukan dalam waktu yang sependek mungkin.

Dalam upaya meningkatkan prestasi seorang atlet olahraga di indonesia, maka upaya pemerintah pada saat ini cukup serius. Yusuf Hadisamita ( 1996 : 34 ), mengemukakan bahwa :

Dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga perlu terus di laksanakan pembinaan olahragawan sedini mungkin melalui pencaharian dan pemantauan bakat, pembinaan, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang di dasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih efektif dan efesien serta peningkatan kualitas organisasi keolahragaan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Berdasarkan ketetapan di atas telah jelas bahwa adanya upaya pemerintah untuk memajukan dan mewujudkan tujuan pembangunan indonesia melalui kegiatan olahraga. Namun tujuan tersebut akan tercapai apabila di lakukan bersama – sama baik dari pihak masyarakat ,lembaga pendidikan maupun pemerintah dengan usaha – usaha yang serius,terarah,terencana dan terpadu melalui usaha pembangunan di segala bidang pendidikan dan kesehatan guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangunan manusia seutuhnya.

Generasi muda adalah generasi yang potensial untuk itu pembinaan terhadap generasi muda merupakan tanggung jawab bersama, orang tua, masyarakat dan pemerintah,maka upaya yang di lakukan adalah penyelenggaraan program – program pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan formal maupun nonformal yang realisasinya di terapkan kepada jenis dan jenjang pendidikan, karena betapa pentingnya penyelenggaraa pendidikan olahraga dalam kehidupan bangsa. Kita mengetahui bahwa olahraga mampu menyatukan berbagai suku bangsa di dunia dengan melalui berbagai kegiatan olahraga baik dalam tingkat regional maupun internasional.

Untuk memajukan tujuan pembangunan nasional pendidikan olahraga di dalam satu kurikulum maka di jadikanya pelajaran kegiatan olahraga menjadi mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak – kanak hingga sekolah menengah atas. Salah satu cabang olahraga yang menjadi pelajaran wajib adalah atletik.

Dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo. Dengan jalan membangi 2 kelompok coba. Berdasarkan berbagai pertimbangan yang melatar belakangi permasalahan tersebut, maka adanya penelitian yang berkaitan dengan pengaruh latihan akselerasi terhadap lari 100 meter. Pemilihan metode ini didasarkan pada pemakaian sistem energy paling dominan pada lari 100 meter yang harus mengeluarkan seluruh tenaga dalam waktu kurang dari 30 detik, sistem energy yang diperlukan adalah ATP-PC.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh latihan akselerasi terhadap prestasi lari 100 meter?

2. Manakah yang lebih baik antara latihan menggunakan akselerasi dengan latihan konfensional?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh latihan akselerasi terhadap prestasi lari 100 meter.

2. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara latihan menggunakan akselerasi dengan latihan konfensional.

D. Hipotesa Tindakan

Dalam buku Prosedur dan Prinsip Prinsip Statistika dijelaskan bahwa “hipotesis adalah dugaan tentang suatu populasi dan pernyataan tentang suatu populasi yang kebenaranya perlu diuji.”( Martini, 2005 : 35 ). Jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah pernyataan / jawaban yang bersifat sementara atau permasalahan penelitian sampai terbukti kebenarannya.

Berdasarkan urain pada latar belakang masalah serta menurut pendapat para ahli, maka rumusan Hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan berbunyi “ Penggunaan latihan akselerasi dapat meningkatkan prestasi lari 100 meter pada siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi khususnya kepada pelatih atletik dan guru olahraga, tentang latihan teknik dasar atletik dalam peningkatan prestasi atlet.

2. Dapat memberikan informasi ada atau tidak pengaruh latihan akselerasi terhadap lari 100 meter.

3. Dapat digunakan untuk memilih calon atlet sprint secara tepat.

4. Dapat digunakan sebagai bahan menyusun bentuk latihan untuk meningkatkan prestasi lari 100 meter.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Atletik

1. Hakekat

Istilah “atletik” berasal dari kata dalam bahasa Yunani “athlon” yang berarti “berlomba” atau “bertanding”. Kita dapat menjumpai pada kata “pentathlon” yang terdiri dari kata “penta” berarti “lima” atau “panca” dan “athlon” berarti “lomba” arti selengkapnya adalah “panca lomba” atau perlombaan yang terdiri lima nomor. Demikian juga pada kata “decathlon” yang terdiri dari kata “deca” berarti “ sepuluh” atau “dasa” dan “athlon” berarti “lomba”.

Istilah atletik ini juga kita jumpai dalam berbagai bahasa antara lain dalam bahasa inggris “athletic”, dalam bahasa Perancis “athletique”, dalam bahasa belanda “athletiek”, dalam bahasa jerman “athletik”.

Kalau kita mengatakan perlombaan atletik, pengrtiannya adalah meliputi perlombaan atletik, pengertiannya adalah meliputi perlombaan jalan cepat, lari, lompat dan melempar, yang dalam bahasa inggris digunakan istilah track and field atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: perlombaan yang dilakukan di lintas (track) dan di lapangan (field): atau kalau menggunakan istilah dalam basa jerman “leicht-atlhtik”. Istilah “athletic”, dalam bahasa inggris dan “athletik” dalam bahasa jerman mempunyai pengertian yang lebih luas meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk renang, bola basket, tenis, sepak bola,senam dan lain-lain.

Untuk dapat memahami pengertian tentang atletik, tidaklah lengkap kalau tidak diketahui sejarah atau riwayat istilah atletik serta perkembanganya sebagai suatu cabang olahraga mulai zaman purbakala sampai zaman modern ini. Memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengertian atau pengetahuan. Dengan mengetahui kejadian-kejadian masa lampau, dapat diambil hikmahnya untuk menentukan langkah-langkah yang akan datang.

Atletik adalah salah satu cabang olahraga tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak zaman purba sampai dewasa ini. Bahkan dapat dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik sudah ada. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. ( Muhajir, 2004 : 88 )

Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis seperti; jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang mendasar untuk cabang olahraga lainnya, juga merupakan unsur olahraga yang amat penting dalam acara pesta olahraga seperti PON, SEA GAMES, ASIAN GAMES dan OLYMPIADE. Atletik termasuk bidang bidang berikut : jalan, lari, loncat, lempar, juga lomba ganda. Lari, loncat, dan lempar merupakan latihan badan yang tertua dan paling alami dan sejak dulu kala telah dimasukan dalam pendidikan jasmani serta Olimpiade dan merupakan bagian utama.

2. Sejarah

Olahraga atletik adalah kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang dinamis dan harmonis seperti: jalan ,lari lompat dan lempar.

Atletik merupakan aktifitas jasmani yang mendasar untuk cabang olahraga lainnya, juga merupakan unsur olahraga yang amat penting dalam acara pesta olahraga seperti PON, SEA GAMES, ASIAN GAMES dan OLYMPIADE.

Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelincahan dan lain sebagainya, selain untuk sarana pendidikan juga sebagai sarana penelitian bagi para ilmuwan.

Atletik berasal dari bahasa yunani Athlon atau Athlum yang berarti perlombaan, pertandingan pergulatan atau suatu perjuangan, orang yang melekukan nya disebut Atlenta (Atlet).

Gerakan beratletik sudah tercermin pada kehidupan manusia purba, mengingat jalan, lari, lompat dan lempar bahkan bertarung dengan binatang pun dilalui secara tidak sadar. Manusia purba pada waktu itu melakukan gerakan-gerakan jalan, lari. lompat, lempar serta bergumul dalam upaya mempertahankan hidupnya dari gangguan binatang atau makhluk-makhluk buas yang hidup pada zaman purba.

Pada tahun-tahun sebelum tahun 390 SM pembinaan suatu bangsa dipusatkan pada peningkatan kekuatan fisik mengutamakan pertumbuhan menuju bentuk tubuh yang harmonis dan serasi melalui perpaduan kegiatan Gimanastika , Gramaika dan Musika.

Dalam kegiatan Gimnastika terdapat gerakan-gerakan lari, lompat, lempar lembing, lempar cakram dan gumul/gulat. Kelima macam gerakan-gerakan tersebut dilakukan oleh kaum mudahnya untuk membangun kekuatan dan membentuk tubuh yang perkasa. Istilah atletik berasal dari kata Yunani yaitu Athlon yang berarti berlomba atau perlombaan. Atletik tersebut di populerkan oleh Iccus dan Herodicus pada abad IV di Yunani. Kelima macam gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kaum muda tersebut dinamakan Pentathlon yang berarti Penta artinya lima, Athlon artinya perlombaan, jadi pentathlon adalah seorang yang melekukan perlombaan dengan melakukan lima macam permainan (panca Lomba).

Meskipun gerakan-gerakan dasar atletik sudah lama diketahui namun dalam catatan sejarah bahwa baru terjadi pada zaman purba sekitar 100 tahun sebelum masehi. Hal ini dapat diketahui dari buku yang dilarang oleh Pujangga Yunani Homeros.

Olahraga atletik yang telah dimainkan selama lima belas abad silam yang terdapat pada olympiade kuno yang diselenggarakan oleh masyarakat Yunani, negara Yunani yang terdiri dari berbagai macam suku satu sama lain selalu berperang, di antaranya suku Sparta dan Athena, tetapi dengan adanya perlombaan-perlombaan dalam olympiade, maka peperangan pun dapat dihentikan karena setiap suku disibukan dengan mempersiapkan para atletnya.

B. Lari 100 Meter

1. Pengertian

Lari jarak 100 meter adalah termasuk dalam kategori lari jarak pendek atau lari cepat. Yang dimaksud dengan lari cepat adalah lari jarak pendek adalah lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan maksimal, sepanjang yang harus di tempuh sampai jarak 400 meter sehingga lari 100meter termasuk lari jarak pendek.

Lari jarak pendek ( sprint ) adalah suatu perlombaan lari dimana semua peserta berlari dengan kecepatan penuh untuk menempuh jarak tertentu. Nomor lari jarak pendek meliputi 100 m, 200 m, 400 m, 4 x 100, 4 x 400 m, 100 m gawang, 200 m gawang, dan 400 m gawang. ( Budi Sutrisno , 2010 : 30 )

Lari jarak pendek atau sering juga dikatakan dengan lari cepat (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 50 m sampai dengan jarak 400 m. oleh karena itu kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancer dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa lari cepat 100 meter adalah lari yang diusahakan atau dilakukan dengan secepat-cepatnya dari start hingga finish dalam waktu yang sesingkat-singkatnya yang menempuh jarak 100 meter . Dalam lari cepat, atlet (pelari) harus berusaha menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya pelari tersebut harus mengerahkan seluruh kekuatannya mulai dari awal (mulai dari start) sampai dengan melewati garis akhir (finish).

2. Teknik Lari 100 Meter

Menurut Djumidar, ( 2001 : 5.3 ) menjelaskan bahwa di dalam lari sprint 100 meter ada 3 hal penting yang harus di kuasai oleh setiap pelari yaitu: teknik start, teknik lari dan teknik finish.

a. Teknik Start

Start yang baik sangat diperlukan dalam lomba lari 100 meter, karena dengan start yang baik dan benar akan dapat menghindari diskualifikasi dalam perlombaan lari, selain itu dengan menguasai teknik start yang baik akan dapat menambah kepercayaan diri yang tinggi sehingga dapat berkonsentrasi dalam melakukan lari jarak pendek 100 meter. Lari cepat biasanya dimenangkan kurang dari satu meter atau sepersepuluh detik, maka dari itu penting sekali menguasai start yang baik, banyak kekalahan dalam perlombaan terjadi pada permulaan start, bukan ditempat lain Dalam perlombaan lari dikenal 3 macam start, yaitu start jongkok (crouching start) digunakan pada lari jarak pendek, start berdiri (standing start) digunakan pada lari jarak menengah, jarak jauh dan marathon. Start melayang (flying start) digunakan lari sambung atau estafet oleh pelari kedua dan pelari berikutnya. Seperti yang dikatakan (Engkos kosasih (1985 : 65)) “ Start itu pada umumnya ada 3 macam yang selalu digunakan 1. Start berdiri, 2. Start melayang, 3. Start Jongkok”.

Menurut penelitian para ahli serta pelatih pelari, bentuk start yang paling efektif untuk lari jarak pendek adalah start jongkok.

Adapun gerakan aba-aba “Siap” lari jarak pendek 80 meter adalah:

a. Pada aba-aba ‘bersedia’ atlet mulai menempatkan diri pada block start, dengan kedua kaki bertumpu pada block start, dan lutut kaki belakang diletakan ditanah, pada saat yang sama tangan diletakan dibelakang garis start, kurang lebih selebar bahu, dengan ujung-ujung jari menyentuh tanah, antara ibu jari dan telunjuk membentuk seperti huruf V, kepala relak dengan pandangan mata kedepan

b. Pada aba-aba ‘siap’ lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama-sama menjadi sedikit bengkok, untuk idealnya menurut Vern Gambetta, lutut depan membentuk sudut 90 derajat, dan lutut belakang membentuk sudut antara110 sampai 120 derajat”. Dan kaki kaki tersebut menekan pada balok, pinggul menjadi naik sedemikian rupa sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya berada diatas tangan, lengan di pertahankan lurus dengan berat badan dibebankan merata kepada semua titik tumpu, punggung tidak boleh tinggi dari bahu dan dicari posisi mana yang paling enak untuk dapat melesat secepatnya dari balok start dan pandangan mata melihat kedepan, kurang lebih 1,5meter didepan garis start.

c. Pada saat pistol bunyi atau aba-aba ‘ya’, si atlet dengan reaksi yang cepat bertolak dari balok start, pada saat yang sama mengangkat tangan dari tanah, yang mengakibatkan ketidakseimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan start, kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberikan daya dorong kedepan, kedua lengan memberikan imbangan gerak terhadap kedua kaki dan membantu memberikan daya selama gerakan lari. Selama langkah pertama, tubuh bergerak kedepan seperti ‘anak panah yang lepas dari busur’ (dengan sudut 45 derajat) dan langkah itu pendek, cepat dan rendah, dengan pergerakan kaki yang lincah ditanah, tetapi secara tidak sengaja diperpendek, sedikit demi sedikit tubuh akan tegak, sedangkan langkah kaki sedikit lebih panjang sampai posisi lari yang wajar tercapai.

Dalam melakukan start kadang-kadang sering terjadi kesalahan diantaranya adalah : Leher terlalu tegang karena terlalu jauh memandang ke muka. Pada waktu meluncur kedepan terlalu cepat tegak. Ini akan mengurangi lajunya kecepatan start. Jangan membiasakan diri dalam latihan mencuri start, sebab ini merupakan kebiasaan yang kurang baik. Latihan dengan memusatkan perhatian pada aba-aba untuk mempertahankan reaksi start. Suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian atlet sebelum melakukan start ialah :Kerjakan terlebih dahulu pemanasan dengan sebaik-baiknya dengan senam pelemasan dan pengaluran di tambah beberapa kali melakukan “staigerungslauf” (lari yang makin di percepat). Sebab gerakan start adalah gerakan yang dilakukan dengan eksplosif, dimana otot-otot harus melakukan kontraksi secara mendadak dengan kekuatan penuh. Ini dilakukan bertujuan untuk menghindari cidera pada atlet.

b. Teknik lari

Pada teknik lari jarak pendek ada 3 macam bagian yang harus diperhatikan, yaitu : langkah kaki, ayunan lengan serta kecondongan badan.

1. Langkah kaki

Gerakan melangkah pada lari berbeda gerakan melangkah pada jalan, perbedaan tersebut adalah pada lari ada saat kedua kaki melayang, sedangkan pada saat berjalan tidak ada gerakan saat kaki melayang . Gerakan lari secara keseluruhan dimulai dengan tanah kembali, siklus keseluruhan dimulai saat dimana satu kaki melangkah menyentuh tanah, dan sampai kemudian menyentuh lagi, jadi terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap melangkah (drive)

Mata kaki dan lutut diangkat pada saat titik berat badan bergerak didepan kaki yang menumpu, dan mendorong pinggul kedepan. Kaki yang melangkah ditekuk dan bergerak kedepan dan keatas, ekstensi maksimum dari kaki yang melangkah bersamaan dengan gerak mengangkat paha dari kiri, ekstensi tersebut kedepan sampai kejari jari kaki. Kedua lengan mengayun memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki, titik maksimum gerakan ini bersamaan pula dengan gerak dorong akhir, sehingga bila siku berada dititik jauh dibelakang, lutut yang satunya akan mencapai tinggi maksimum didepan badan, ayunan tangan kedepan kearah hidung serta ayunan kebelakang agak keluar dengan siku ditekuk membuat sudut kira-kira 90 derajat

2) Kontak (contact)

Kontak dengan tanah untuk lari jarak pendek khususnya lari jarak 100 meter berbeda dengan lari jarak jauh dan menengah. Pada lari jarak jauh dan menengah kontak terjadi saat telapak kaki menyentuh tanah, sedangkan kontak pada saat lari jarak 100 meter terjadi pada saat ujung kaki menyentuh tanah.

3) Support

Pada saat yang sama lutut sedikit dibengkokan sebagai persiapan untuk melangkah, sedangkan lutut yang lainya ketika bergerak kedepan terus dibengkokan (jaga keseimbangan dengan kecepatan) sampai ini menjadi kaki tumpu (dibawah titik berat badan), dan diteruskan bersama dengan pinggul bergerak kedepan pada saat rilek pada saat kaki tumpu menjadi kaki dorong. Ayunan kedua tangan tetap kearah hidung.

4) Tahap pemulihan (recovery)

Sekali gerak melangkah itu selesai, sentuhan pada tanah yang dibuat oleh tungkai selesai juga, dan titik pusat berat badan tetap diproyeksikan pada satu garis lurus kedepan (bukan parabola), tungkai yang telah melangkah secara otomatis akan terangkat kebelakang, sedangkan tungkai yang lain kedepan dan mulailah terbentuk tarikan yang aktif ketika tungkai mulai menyentuh tanah. Tungkai belakang membuat gerakan rotasi yang berulang-ulang dan lengan berayun dengan arah yang berlawanan. Siklus ini dapat disebut suatu gerakan rilek dalam saat melayang atau tahap pemulihan.

2. Ayunan lengan

Ayunan lengan pada lari jarak pendek gerakannya lebih keras di bandingkan dengan lari jarak menengah dan jauh karena dipengaruhi oleh kecepatan yang tinggi, sehingga secara otomatis ayunan lengan akan lebih keras dan lebih tinggi juga frekwensinya dan lebih banyak di bandingkan dengan lari jarak menengah dan jauh. Ayunan tangan harus kuat agar keseimbangan titik terganggu, ayunan tangan ini mengarah kedepan hidung serta ayunan kebelakang agar keluar dengan siku ditekuk membentuk sudut 90 derajat.

3. Kecondongan badan

Pada lari jarak pendek posisi badan condong kedepan, tidak membungkuk dan juga tidak membusungkan dada, pandangan tidak terlalu jauh kedepan, sebaiknya kurang lebih 5 sampai 10 meter kedepan. Namun pada kenyataannya pada atlet kelas dunia, seperti Carl Lewis dan Ben Johnson, posisi badan tidak condong kedepan, namun cenderung hampir tegak, hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh kecepatan lari yang sangat tinggi, sehingga secara otomatis badan akan tegak dalam melakukan lari jarak pendek 100 meter tersebut.

c. Teknik finish

Menguasai teknis finish juga penting bagi atlet lari jarak pendek, Karena banyak atlet mengalami banyak kekalahan atau gagal mencapai standart kualifikassi dikarenakan kesalahan teknis finish. Menyempurnakan kacakapan lari digaris finish yang baik akan mempertajam secara dramatis catatan waktu prestasi.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu melewati garis Finish, diantaranya:

a. Lari terus tanpa mengubah sikap lari

b. Dada dicondongkan kedepan, tangan kedua-duanya diayunkan kebawah belakang, di Amerika lazim disebut “the lunge” atau merobohkan diri.

c. Dada diputar dengan ayunan tangan kedepan atas, sehingga bahu sebelah maju kedepan yang lazim disebut “the shang”

Cara yang paling baik untuk memasuki garis finish adalah dengan cara dada dicondongkan kedepan, tangan diayunkan kebelakang, karena cara ini paling efektif dan biasa dilakukan oleh atlet-atlet lari jarak pendek 100 meter. Jarak 20 meter terakhir dari garis finish adalah merupakan perjuangan untuk mencapai kemenangan dalam suatu perlombaan lari, kalah atau menang ditentukan di sini. Maka perlu di perhatikan hal hal sebagai berikut :

a. Percepat dan lebarkan langkah, tapi harus tetap relaks

b. Pusatkan pikiran untuk mencapai finish.

c. Jangan melakukan secara bernafsu sehingga menimbulkan ketegangan, sebab ketegangan akan mengurangi lebar langkah yang berakibat mengurangi kecepatan

d. Jangan menengok lawan.

e. Jangan melompat.

f. Jangan memperlambat langkah sebelum melewati garis finsh.

Menurut Muklis, ( 2007 : 14 ) seorang pelari dianggap masuk finish apabila bagian “toros/togok” yaitu tengkuk lengan, tungkai, tangan, dan kaki telah mencapai garis finish. Bagian kepala tidak termasuk dalam persyaratan finisf sebab berhubungan erat dengan factor keseimbangan dalam mengendalikan kecepatan dan berat badan. Diantara ketiga teknik seperti gambar di bawah ii, teknik yang terbaik adalah teknik gambar nomor 2.

Gambar 1. Teknik saat sampai di finish ( Muklis, 2007 : 14 )

C. Lari Akselerasi

Nama dari akselerasi sprint adalah di dalamnya berangsur-angsur ada kreasi atau selingan lari cepat kemudian jalan kaki atau jalan cepat, lari kecil-kecil kemudian diakhirir dengan lari cepat. Kesemuanya itu menempuh jarak 200 meter yang terdiri dari lari cepat 50 meter, jalan cepat 50 meter, lari kecil-kecil 50 meter. Kemudian kedua atlet yang dilatih (kelompok) kembalinya ke garis start dengan jalan dan yang lainnya dengan lari kecil-kecil, namun sekembalinya dari garis finish dengan berjalan akan mengembalikan tenaga, tetapi untuk lari kecil-kecil tenaga akan terkuras.

Lari adalah suatu cara menggerakkan badan kemuka atau kedepan, dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri ganti berganti. Tiap kali kaki bertolak selalu ada saat melayang. Artinya pada saat itu ada kaki atau bagian tubuh yang manapun berhubungan dengan tanah. Saat melayang inilah yang membedakan antara berjalan dan berlari. Pada saat berjalan harus ada salah satu kaki yang berhubungan dengan tanah. Bentuk lari ini sebenarnya lebih bersifat perseorangan sebab setiap anak mempunyai bentuk lari yang paling sesuai baginya.

D. Latihan

1. Pengertian latihan

Latihan adalah suatu proses persiapan organism atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang - ulang waktunya.

Menurut Yusuf Hadi Sasmita, (1996 : 126). Latihan adalah :

Proses yang sistimatis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihanya. Sistimatis, berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah ke yang lebih sukar, latihan teratur dari yang sederhana ke yang lebih rumit.

Berulang-ulang adalah setiap elemen teknik haruslah diulang sesering mungkin, maksudnya ialah agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah sehingga dapat menghemat energi.

Kian hari kian ditambah bebannya maksudnya adalah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya beban latihan harus ditambah. Kalau beban tidak pernah ditambah prestasipun tidak akan meningkat. Latihan ialah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi yang maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik taktik dan mental yang teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya.

Latihan menurut Harsono (1988 : 101), “proses yang sistimatis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaanya”.

Jadi menurut penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis yang dilakukan berulang ulang oleh para atlet guna mempersiapkan mental sebelum pertandingan.

2. Prinsip dasar latihan

Menurut Jess Jarver, (2009 : 9), “Suatu metode latihan fisik, baik yang sudah umum maupun yang lebih khusus, sering pula dianggap sebagai pencetak keberhasilan seorang atlet.” Umumnya dalam melatih seorang atlet, pelatih atau guru olahraga selalu menyusun suatu program yang berdasarkan pada peningkatan:

a). Program latihan.

b). Prisip interval dan

c). Kekhususan latihan tersebut.

Peningkatan program latihan dalam suatu latihan, biasanya berdasarkan prinsip yang telah ada. Peningkatan kualitas dan kuantitas latihan biasanya dilakukan secara bertahap dan inilah faktor yang terpenting dalam menyusun, suatu jadwal latihan agar sesuai yang diharapkan.

Tidak peduli apapun metode yang dipakai, penigkatan program latihan harus dinaikkan secara bertahap dan progresif. Misalnya dengan menambah berat beban jika memang latihan beban dilakukan, dengan menetapkan target atau sasaran yang baru, dengan menyediakan alat-alat yang baik untuk meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah dalam latihan peningkatan daya tahan tubuh. Program latihan yang semakin ditingkatkan secara bertahap ini, akan memberikan hasil maksimal jika disusun berdasarkan suatu jarak interval waktu yang baik. Dengan demikian, rencana latihan ini akan mempunyai suatu pola yang ritmis dari kerja keras dan pemulihan tenaga.

Di dalam bidang atletik, pola ritmis dari kerja keras dan pemulihan tenaga ini diterapkan dalam prinsip interval tadi. Dalam satu tahun, metode ritmis ini kita gunakan. Sebelum memulai latihan harianya, seorang atlet harus memanaskan diri lebih dulu dalam suatu latihan yang kita kenal warming up. Demikian juga setelah latihan selesai, sebelum berhenti latihan sama sekali, ia harus melakukan suatu latihan untuk mendinginkan tubuh warming down. Sementara untuk program latihan mingguan dapat kita usahakan peningkatan dari beratnya latihan secara bertahap diikuti waktu pemulihan tenaga sebagai selingan. Dapat juga membagi hari-hari dalam seminggu untuk latihan ringan dan berat secara bergantian, diselingi dengan hari istirahat untuk memulihkan tenaga. Suatu program latihan untuk satu tahun, dapat pula disusun sama seperti latihan mingguan tadi. Tentunya di samping menentukan interval dan waktu latihan dan pemulihan tenaga harus memperhatikan fase latihan.

Peningkatan latihan (training), tentunya harus disesuaikan juga dengan jenis perlombaan yang diikuti oleh atlet. Setelah atlet mampu memenuhi standar minimal kesegaran jasmani dan rohani yang harus dimilikinya, segera kita alihkan perhatian ke bidang khusus tersebut. Dalam hal ini, kita harus berkonsentrasi pada bagian tubuh yang mutlak diperlukan kesegaran dalam suatu jenis pertandingan. Tentu saja harus diikuti juga dengan latihan kecepatan gerak, sesuai dengan kebutuhan

Latihan khusus sesuai dengan jenis cabang atletik yang diikuti mempunyai arti penting dalam setiap perlombaan, tidak peduli apakah itu dilakukan di lapangan atau dalam suatu track. Terutama adalah pilihan yang tepat mengenai metode yang akan dipakai untuk mengembangkan dan pembentukan kekuatan atlet. Prinsip -prinsip latihan menurut Yunyun Yudiana ( 2007 : 2.4) adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Kesiapan

Nilai latihan tergantung pada kesiapan secara fisiologi individu atlet dan kesiapan itu datang bersama dengan kematangan. Sebagai hasilnya sebelum masa pubertas seorang atlet biasa secara fisiologi belum siap untuk meneriuma latihan secara penuh.

2. Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih

Selama latihan atlet selalu diberi informasi tentang tujuan tujuan latihan, apa efek efek latihan pada dirinya, kemajuan kemajuan yang telah dicapai, bagaimana latihan harus dilakukan, apa yang harus dihindarkan, dan seterusnya.

3. Prinsip Multilateral

Perkembangan multilateral atau menyeluruh pada awalnya sebagai dasar yang kuat untuk mulai mengembangkan kemampuan seoramng karena merupakan syarat terbaik dari pendidikan dan segala usaha manusia lainya.

4. Prinsip Kekhususan

Prinsip kekhususan (spesialisasi) yaitu prinsip latihan yang lebih kompleks yang didasarkan pada kemantapan perkembangan menyeluruh dan prinsip latihan ini bukanlah latihan tertentu yang terisolasi dan unik.

5. Prinsip Individualisasi

Prinsip latihan individualisasi didasarkan atas fakta bahwa setiap orang harus diperlakukan secara individual sesuai dengan kemampuan, potensi, cara belajar, dan cabang olahraganya.

6. Prinsip Beban Berlebih

Prinsip beban berlebih (overload) ini adalah prinsip latihan yang paling mendasar tetapi yang paling penting bahwa tanpa penerapan prinsip ini dalam latihan tidak mungkin prestasi atlet akan meningkat. Prinsip ini bisa berlaku baik dalam melatih aspek aspek fisik, teknik, taktik maupun mental.

7. Prinsip Peningkatan

Peningkatan kinerja atlet merupakan pengaruh langsung dari kuantitas dan kualitas kerja yang diperoleh karena latihan. Mulai dari tingkat pemula sampai ke tingkat tinggi, beban kerja latihan harus bertambah secara bertahap dan berangsur.

8. Prinsip Variasi

Latihan untuk berprestasi sekarang ini memerlukan banyak waktu dan usaha. Intensitas dan beban latihan harus terus menerus ditingkatkan secara berulang ulang dan terus menerus.

9. Prinsip Pemanasan dan Pendinginan

Pemanasan adalah suatu latihan yang sangat bersifat fisiologi yang telah secara luas diterima dalam program pengondisian olahraga dan system pengaturan makanan pada masa pertandingan. Pendinginan pun sama pentingnya dengan pemanasan. Tujuanya adalah untuk menghentikan penyebab dari aktifitas tenaga yang telah dikeluarkan, seperti penggumpalan darah, sirkulasi yang lambat, dan keterlambatan pemulihan.

10. Prinsip Latihan Jangka Panjang

Latihan jangka panjang merupakan karakteristik serta tuntutan dari gaya latihan modern. Suatu program latihan terorganisasi dan terencana dengan baik dalam jangka waktu yang panjang benar benar meningkatkan efisiensi persiapan seseorang untuk suatu pertandingan besar dimasa yang akan datang.

Latihan adalah suatu proses atau, dinyatakan dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai atlet tersebut mencapai standart penampilan yang tinggi. Latihan dasar bagi pemula biasanya berlangsung selama dua tahun, tahap intermediate selama dua tahun lagi dan latihan lanjut kira – kira dua sampai empat tahun, sampai kapasitas penampilan yang maksimal.

Latihan yang modern harus direncanakan secara berhati – hati. Sebuah rencana latihan mencakup semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran – sasaran latihan.Ada rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Rencana – rencana latihan disusun berdasarkan pada segi latihan tunggal, mingguan, bulanan tahunan dan jangka waktu yang lebih panjang.

Latihan yang sistimatis adalah dilakukan secara teratur, latihan tersebut berlangsung selama berkali – kali dalam satu minggu, tergantung pada standart atlet dan periode latihan. Selanjutnya latihan tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sistem yang mengikuti prinsip – prinsip latihan yang bersifat dasar.

Prinsip – prinsip latihan adalah garis pedoman suatu latihan terorganisasi dengan baik yang harus digunakan. Prinsip – prinsip semacam itu menunjuk pada semua aspek dan kegiatan latihan. Prinsip – prinsip itu menentukan isi, cara, dan metode serta organisasi latihan. Prinsip – prinsip berikut ini akan di bahas sebagai berikut

a. Prinsip pembebanan

b. Prinsip periodisasi

c. Prinsip hubungan di antara persiapan umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi

d. Prinsip pendekatan individu

e. Prinsip hubungan yang sebaik mungkin antara latihan fisik, teknik, taktik dan intelektual termasuk persiapan tekad dan kemauan

Prinsip – prinsip lain yang dihubungkan dengan metode dirumuskan sebagai berikut :

a. Prinsip peningkatan beban

b. Prinsip pembebanan yang bervarias

c. Prinsip adaptasi beban terhadap standart penampilan.

Kemajuan yang diperlihatkan oleh anak tidak selalu meningkat dengan tetap. Kurva prestasi pada suatu ketika akan menunjukan suatu “plateau” suatu keadaan di mana atlet tidak mengalami kemajuan, walaupun ia berlatih dengan tekun. Jadi anak perlu diberi tahu tentang adanya plateau-plateauini, sehingga kalau ia mengalaminya akan sudah tahu, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan baginya, dan menyadari bahwa hal itu adalah wajar dan dialami oleh setiap orang yang berlatih.

3. Tujuan Latihan

Menurut Jess Jarver (2009: 12 - 13) “Latihan fisik atau latihan jasmani ini sekarang telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam semua latihan di bidang atletik.” Tujuannya adalah untuk membentuk kondisi tubuh sebagai dasar bagi peningkatan ketahanan dan kesegaran. Hal ini sangat diperlukan kelak, ketika atlet harus tampil di gelanggang pertandingan. Hampir semua atlet, di luar saat-saat pertandingan mereka., selalu melakukan latihan jasmani ini. Umumnya, latihan jasmani ini diprogram sedemikian rupa sehingga jauh lebih berat dan sulit dibandingkan dengan yang diperlukan kelak dalam suatu pertandingan yang sebenarnya. Pada zaman ini, ketrampilan dan kebulatan tekad saja tidaklah cukup untuk membentuk seorang atlet yang tangguh. Dibutuhkan kesegaran fisik yang maksimal untuk membentuk atlet sejati. Pada umumnya, semua latihan (training) dapat dibagi menjadi dua bagian penting: latihan fisik dan latihan ketrampilan. Kedua latihan ini sangat erat hubungannya satu sama lain dan sering kali dilakukan secara bersamaan.

Memberikan arah dan tujuan sasaran penyusunan latihan kearah peningkatan hasil – hasil olahraga. Sasasran – sasaran dan tujuan jangka panjang merupakan hakikat perspektif untuk satu tahun lebih secara terus – menerus. Sasaran dan tujuan biasanya dirumuskan menurut jenis cabang olahraga, seperti permainan atau olahraga pertandinagan.

Sasaran dan tujuan jangka pendek diarahkan pada peningkatan aspek – aspek penampilan yang dilatih ( kekuatan, Kecepatan, ketrampilan dan lain – lain. Pencapaian atau prestasi dapat dicek secara teratur dalam jarak tiga sampai empat minggu. Dalam kenyataanya, setiap segi latihan harus mempunyai sasaran dan tujuuan yang kongkrit. Pemenuhan sasaran jangka panjang maupun jangka pendek adalah penting untuk memotifasi atlet dan memungkinkan pelatih untuk mendapatkan feed back ( umpan balik ) apakah yang dilakukan itu efektif atau tidak, isi latihan meliputi latihan – latihan dan pengajaran teoritis yang dilaksanakan selama suatu sesi latihan.

Metode – metode latihan merupakan prosedur dan cara yang direncanakan mengenai jenis – jenis latihan dan penyusunan berdasarkan kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban. Tindakan – tindakan organisasi diterapkan oleh seorang pelatih untuk menjadikan latihan lebih efesien. Tindakan – tindakan itu meliputi pemanfaatan yang sebaik – baiknya tentang langkah latihan, perlengkapan yang memadai, pembagian kelompok latihan menjadi kelompok-kelompok kecil.

Pembagian waktu, kualitas, dan kuantitas latihan fisik, serta keterampilan dapat sangat bervariasi, tergantung pada kemampuan atlet tersebut secara individual dan pada tahap latihan yang telah dijalankannya. Sebagai contoh: seorang pelari sudah cukup banyak latihan keterampilan ketika ia melakukan latihan fisik: sedangkan seorang pelempar martil, boleh dikatakan tidak mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan tenaganya hanya dengan berlatih melempar martil saja tanpa latihan fisik lainnya.

Meskipun latihan fisik merupakan bagian penting dalam setiap program latihan seorang atlet, kita pun harus selalu memperhitungkan berbagai macam faktor lain, misalnya kondisi fisiologis dan psikologisnya secara keseluruhan. Faktor-faktor ini sangat penting bagi si atlet jika kelak ia harus bertanding. Pendek kata, tidak ada jalan pintas menuju puncak tangga kemenangan jika atlet tidak mau melewati tahapan latihan fisik dulu. Usaha untuk meningkatkan kesegaran jasmani harus selalu berjalan sejajar dengan usaha untuk meningkatkan kecakapan teknis, terutama bila kekuatan dan tenaga merupakan syarat mutlak dalam menguasai ketermpilan di bidang atletik tersebut.

Menurut Harsono (1988: 100) “tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.” Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu:

a. Latihan fisik (phisical training). Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna.

b. Latihan teknik (technical training). Yang dimaksud dengan latihan teknik di sini adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga yang dilakukan atlet. Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan guna membentuk dan memperkembang kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan neuromuscular.

c. dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi-strategi dan taktik-taktik pertahanan dan penyerangan sehingga berkembang menjadi suatu kesatuan gerak yang sempurna.

d. Latihan mental (psycological training). Perkembangan mental atlet tidak kurang pentingnya dari perkembangan ketiga faktor tersebut di atas, sebab, betapa sempurna pun perkembangan fisik, teknik, dan taktik atlet, apabila mentalanya tidak turut berkembang, prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai. Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan emosional dan implusif.

E. Kerangka Berfikir

Guru

Belum menggunakan metode pembelajaran

Siswa

Hasil Prstasi Atletik rendah

Guru

Menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran

yang sesuai

Diduga dengan menggunakan model pembelajaran Akselerasi yang tepat dapat meningkatkan Prestasi lari 100M

Gambar 2: Alur Kerangka Berpikir

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepak bola Desa Tanjung, Keamatan Bendo, Kabupaten Magetan, baik pre test dan post testnya. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester 1 tahun pelajaran 2015 – 2016. Perlakuan dilaksanakan selama 2x pertemuan, yaitu hari Kamis tanggal 10 September 2015 , Kamis tanggal 17 September 2015. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2019 - 2020 yang berjumlah 20 orang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi.” (Suharsimi Arikunto, 2006 : 130). Sedangkan Siswandari ( 2009 : 5 ) menjelaskan : “populasi adalah himpunan sample atau anggota yang akan diamati”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo yang berjumlah 20 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”

Suharsimi Arikunto berpendapat

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik semua populasi diambil, sehingga penelitianya merupakan peneliti Populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 atau besar maka dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih. ( Suharsimi Arikunto, 2006 : 134 )

Sesuai dengan pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil semuanya dari jumlah populasi siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2019 - 2020 yaitu jumlah siswa putra sebanyak 20 siswa.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive random sampling, dikatakan purposive sebab populasi dalam penelitian ditentukan untuk mewakili populasi dan ikut dalam penelitian ini. Dikatakan random karena sampel dipilih secara acak (undian).

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan pengukuran untuk mengukur prestasi lari 100 meter. Pengumpulan data sesuai dengan variabel yang diteliti, data yang terkumpul adalah data prestasi lari 100 meter, diambil dengan menggunakan Stopwatch dengan satuan detik diambil dua angka di belakang koma. Pengambilan data prestasi sebelum mendapat perlakuan dan sesudah mendapat perlakuan

D. Sumber Data

1. Dari kegiatan murid dan guru

2. Yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan memantau pelaksanaan tindakan kelas serta catatan catatan kegiatan lapangan

3. Khusus dari guru

- Perencanaan pengajaran yang dipersiapkan

- Pendekatan metode belajar mengajar

- Pelaksanaan proses belajar mengajar

E. Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini, adalah :

1. Observasi lokasi

Untuk menentukan penyebab ketidakmajuan suatu kegiatan belaiar mengajar yang diperlukan untuk melakukan tindakan.

2. Mengadakan wawancara

Dalam hal ini kegiatannya direkam melalui catatan keterangan yang memastikan kesalahan ( kekurangan ) sebagai bahan perbaikan dalam tindakan.

3. Pemantauan kegiatan

Kegiatan ini dilakukan untuk mencari temuan-temuan yang baik dari guru maupun guru Pembina.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berupa kondisi, sarana, prasarana, masalah-masalah. catatan, tersebut dapat dipergunakan sebagai masukan dalam merancang tindakan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal

Berdasarkan hasil dialog yang dilakukan peneliti sebelum dilaksanakan tindakan kelas didapat bahwa Proses Belajar Mengajar masih dilaksanakan dengan model konvensional. Guru masih sebagai pusat pembelajaran. Guru masih menggunakan metode ceramah. Siswa hanya berperan sebagai pendengar dan pencatat ketika guru menerangkan didepan barisan. Setelah guru selesai menerangkan guru selalu memberikan tugas dan siswa diminta untuk mengerjakan tugas.

Analisis kolaboratif menyimpulkan akar permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Penjaskes sebagai berikut: 1) kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran hanya diposisikan sebagai pendengar, 2) proses pembelajaran yang monoton dan kurang menarik dan 3) rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Penjaskes kompetensi dasar lari 100 M.

Berdasarkan dialog awal dengan guru mitra diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari sejumlah 20 siswa, yang telah memenuhi kreteria 12.60 detik 4 orang, sedangkan lainnya masih belum memenuhi kreteria karena belum terbiasa dengan latihan-latihan akselerasi. Kondisi awal prestasi belajar siswa di kelas V SD Negeri Setren 1 Kecamatan Bendo semester I Tahun 2019 - 2020 sebelum penelitian, disajiakan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Data Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTsN 9 Magetan

No

Waktu

Frekuensi

Batas tuntas

Keterangan

1

13._13-30”

16

12.60

Belum tuntas

2

12 – 12.30”

4

12.60

Tuntas

3

11 – 11.30”

0

12.60

Tuntas

4

10 -10.30”

0

12.60

Tuntas

Tingkat ketuntasan : Tuntas 4 anak (12 %) Tdk tuntas 26 anak (88%)

Rata-rata = Prestasi Masih Rendah

B. Hasil Siklus 1

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan latihan pada putaran I ini dilaksanakan dengan pedoman rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 jam pelajaran atau 80 menit, dengan materi ajar adalah bentuk-bentuk latihan Akselerasi. Kegiatan perencanaan pada tindakan siklus I ini adalah menyusun rencana pelaksanaan latihan yang akan digunakan dalam tindakn pada siklus I. Rencana pelaksanaan latihan ini digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tindakan siklus 1. Materi yang digunakan dalam latihan ini adalah kegiatan latihan Akselerasi pada cabang atletik indikator lari cepat atau sprint. Materi tersebut direncanakan akan diajarkan selama dua jam pelajaran yaitu 2 X 40 menit setiap pertemuan selama 8 minggu.

2. Pelaksanan Tindakan

Tindakan kelas putaran 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 10 September 2019 mulai pukul 06.45 sampai pukul 8.15 WIB. Peserta didik yang hadir dalam putaran pertama sebanyak 20 siswa. Pada putaran ini pelaku tindakan adalah peneliti. Selain melaksanakan tindakan kelas, peneliti dan guru yaitu sebagai rekan kolaborasi juga mengadakan observasi dan monitoring selama pembelajaran berlangsung.

Tabel: 2

Data hasil tes lari 100 meter siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan

No

Nama

Hasil Lari 100 Meter

Ket

1

Aditya Rizaldi

12.60

2

Aldi Hadi Wijayanto

11.70

3

Alifia Mutia Rafifah

16.50

4

Bagas Herdian A

12.15

5

Bayu Abdul Halim

16.05

6

Diva Ardelia Ghonima

12.00

7

Endro Setiawan

12.10

8

Ferlin Marlina

16.10

9

Ginting Aji Saputro

15.80

10

Grida Restu Karengku

17.55

11

Iin Septiani

15.00

12

Irvan Firmansah

11.85

13

Putri Rahmawati

16.98

14

Rasyid Dwi Cahyono

12.10

15

Reza Dwi Yulianto

11.86

16

Septina DeniMasruroh

16.50

17

Stefani Arlinda Safitri

17.40

18

Tunjung Sujatmiko

12.50

19

Widiya Melya Putri

16.60

20

Zaenal Abidin

12.60

Dari hasil latihan pada putaran 1, hasil tes dapat diketahui bahwa siswa yang menempuh waktu kurang ≥ 12.60 detik dari batas KKM waktu yang ditentukan sebanyak 10 siswa. Siswa yang menempuh waktu lebih dari 14.53 detik sebanyak 1 siswa. Siswa yang menempuh waktu lebih dari 15,07 detik sebanyak 4 siswa. Siswa yang menempuh waktu lebih dari 16.12 sebanyak 3 anak, Siswa yang menempun waktu lebih dari 17,37 detik sebanyak 2 siswa. Hasil tes pada siklus 1 dapat disajikan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel: 3

Data Rekapitulasi hasil waktu tes pada siklus 1 siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan

No

Nilai

Frekuensi

Batas tuntas

Keterangan

1

16-61 –17.60 detik

2

12.60

Belum tuntas

2

15.61 - 16.60 detik

3

12.60

Belum tuntas

1

14-61 –15.60 detik

4

12.60

Belum tuntas

2

13.61 - 14.60 detik

1

12.60

Belum tuntas

3

12.61 - 13,60 detik

0

12.60

Belum tuntas

4

11.61 –12,60 detik

10

12.60

Tuntas

5

9.60 - 10.60 detik

0

12.60

Tuntas

Tingkat ketuntasan : Tuntas 10 anak ( 50 %) Tdk tuntas 10 anak ( 50%)

Rata-rata = Prestasi cukup

3. Refleksi

Refleksi tindakan kelas putaran ini dilakukan peneliti sebagai guru penjaskes untuk mendiskusikan hasil tes yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu : pada akhir siklus 1 masih terdapat 5 siswa yang hasil belajarnya belum mencapai ketuntasan yaitu dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM Waktu). Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap latihan, kurangnya latihan, kurangnya pemahaman atau kondisi siswa pada saat mengikuti pelajaran kurang menunjukkan rasa keseriusan. Siswa tersebut enggan bertanya pada guru maupun kepada teman tentang hal-hal yang belum dipahami.

Gambar 4.1

Grafik Peningkatan Hasil latihan Siklus I

C. Hasil Siklus 2

1. Pelaksanaan

Tindakan kelas siklus 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 17 September 2015 mulai pukul 6.45 sampai pukul 8.15 WIB. Peserta didik yang hadir dalam putaran 2 sebanyak 20 siswa. Pada putaran ini pelaku tindakan adalah peneliti. Kegiatan pembelajaran pada putaran 2 ini dilaksanakan dengan pedoman rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 jam pelajaran atau 80 menit, dengan materi ajar yaitu latihan akselerasi.

2. Observasi

Guru memberi apersepsi untuk mereproduksi kembali proses latihan yang berlangsung pada siklus 1 yang lalu dan menyampaikan materi ajar yang akan dilakukan pada siklus 2 ini. Pada tahap apersepsi siklus 2 ini keadaan siswa belum kembali pada kelompok semula, siswa terlihat semakin meningkat tingkat keaktifaan dan kedisiplinanya dibandingkan pada siklus sebelumnya. Setelah beberapa lama proses apersepsi berlangsung kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan latihan akselerasi. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok dengan masing – masing kelompok memiliki anggota 10 orang sebagaimana kelompok yang dilakukan pada siklus sebelumnya Setiap anggota kelompok mengerjakan latihan yang bervariasi darikelompok yang lain, latihan dilakukan bersamaan dengan satu aba-aba “awas yak” kelompok harus mengerjakan tugas latihan tersebut dengan sportif.

Siswa tampak semakin serius dan aktif dalam melaksanakan tugas latihan dengan penerapan latihan akselerasi. Terjadinya interaksi positif ini tidak terlepas dari rasa senang siswa bahwa kegiatan latihan ini dirasakan semakin menarik karena diantara siswa terjadi komunikasi aktif dalam rasa sportifitas yang tinggi. Latihan berjalan sangat menyenangkan, walaupun masih ada sebagian kecil dari siswa yang merasa masih kebingungan terhadap tugas yang diterimanya, hal ini terjadi memang keadaan siswa atau kemampuan pribadi siswa yang rendah dibanding teman-teman yang lain. Masing-masing kelompok setelah selesai. .

Tabel: 4

Data hasil tes lari 100 meter siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan

No

Nama

Hasil Lari 100 Meter

Ket

1

Aditya Rizaldi

12.45

2

Aldi Hadi Wijayanto

11.65

3

Alifia Mutia Rafifah

16.30

4

Bagas Herdian A

12.00

5

Bayu Abdul Halim

11.00

6

Diva Ardelia Ghonima

16.80

7

Endro Setiawan

11.90

8

Ferlin Marlina

15.86

9

Ginting Aji Saputro

12.40

10

Grida Restu Karengku

15.25

11

Iin Septiani

15.00

12

Irvan Firmansah

11.64

13

Putri Rahmawati

11.75

14

Rasyid Dwi Cahyono

12.00

15

Reza Dwi Yulianto

12.00

16

Septina DeniMasruroh

11.89

17

Stefani Arlinda Safitri

12.10

18

Tunjung Sujatmiko

12.35

19

Widiya Melya Putri

12.32

20

Zaenal Abidin

12.20

Dari hasil pembelajaran pada siklus 2, hasil tes dapat diketahui bahwa siswa yang menempuh waktu ≥ 12.60 detik sebanyak 15 siswa. Siswa yang menempuh waktu 12.61 - 13.60 sebanyak 5 siswa. Siswa yang menepuh waktu 10.61 - 11.60 sebanyak 0 siswa. Siswa yang mendapat menempuh waktu 09.00 -10.60 sebanyak 0 siswa. Hasil tes pada siklus 2 dapat disajikan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel : 3

Data hasil tes pada siklus II siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan

No

Waktu

Frekuensi

Batas tuntas

Keterangan

1

12.61”- 13.60’

5

12.60 detik

Belum tuntas

2

11.61’-12.60’

15

12.60 detik

Tuntas

3

10.61’- 11.60’

0

12.60 detik

Tuntas

4

09.00’- 10.60’

0

12.60 detik

Tuntas

Tingkat ketuntasan : Tuntas 15 anak (75 %) Tdk tuntas 5 anak (25%)

Rata-rata = Target ketuntasan tercapai

Data komulatif hasil belajar siswa kelas VIII pada pokok bahasan latihan kecepatan pada lari 100 m pada cabang atletik menunjukkan peningkatan yang baik yakni pada siklus 1 dengan 50 % meningkat menjadi 75% pada akhir siklus 2. Kenaikan tersebut menunjukan keberhasilan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 yang telah dilaksanakan oleh guru dengan latihan akselerasi. Dengan kata lain latihan akselerasi dapat meningkatkan prestasi olahraga siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada Kompetensi Dasar 1.3 Mempraktikan variasi gerak dasar kedalam modifikasi atletik, serta nilai semangat, sportifitas, percaya diri dan kejujuran pada siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo semester 1 tahun pelajaran 2019 - 2020. Adapun peningkatan hasil siklus 2 ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 4.2

Grafik peningkatan hasil Latihan Akselerasi siklus 2

3. Refleksi

Berdasarkan hasil refleksi putaran 2 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan latihan telah mengalami peningkatan keaktifan dari hasil latihan siswa. Dengan mengamati perubahan-perubahan perilaku yang terjadi setelah dua putaran ke arah yang lebih baik yaitu adanya peningkatan-peningkatan yang cukup signifikan seperti peningkatan keaktifan dan hasil latihan, maka peneliti tidak melakukan revisi maupun tindakan lapangan berikutnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode Akselerasi berpengaruh dalam peninqkatan prestasi lari 100 meter pada siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dengan hasil tes awal ketuntasan 50 % dan tes akhir 75%.

2. Sebelum perlakuan anak mempunyai kreteria lari 100 meter pada siswa kelas VIII MTsN 9 Magetan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dengan ketuntasan hanya 12%.

3. Pengaruh latihan akselerasi baik untuk peningkatan prestasi lari 100 meter untuk para pemula. Latihan akaselerasi berpengaruh terhadpa prestasi lari 100 meter pada tingkat pemula tetapi dilihat dari hasil % dan korelasi tersebut diatas.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini ada1ah pengaruh latihan akselerasi baik untuk peningkatan prestasi lari 100 meter bagi pemula dibandingkan dengan latihan dengan metode konfensional. Dari penelitian ini pula diharapkan penelitian sejenis mengetahui efektifitas bermacam-macam nomor pada cabang olahragaa atletik khususnya, dan cabang olahraga pada umumnya.

C. Saran

Berdasarkan simpulan di atas hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran supaya pemahaman siswa terhadap materi meningkat antara lain: 1) Dalam pembelajaran Olahraga, guru dapat menggunakan model latihan akselerasi.2) Suasana latihan akselerasi hendaknya menciptaan suasana yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk meningkatkan kreatifitas siswa agar berprestasi dalam bidang olahraga.3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, menanamkan konsep kepada anak dari yang sederhana kemudian secara bertahap ke yang kompleks.4) Melakukan perbaikan pembelajaran jika mengalami kegagalan dalam menyampaikan materi.

DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman. 2001. Pembelajaran Atletik. Jakarta : Direktorat Jendral Olahraga

Arma Abdoellah. 1996. Pendidikan Jasmani Adaptif. Yogyakarta : Sastra

Hudaya

Budi Sutrisno. 2010. Pendidikan Jasmani. Olahraga. dan Kesehatan 2. Jakarta : CV Global Medika Grafika

Djumidar. 2001. Dasar Dasar Atletik. Jakarta : Universitas Terbuka

Engkos Kosasih. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Bandung : Akademika Presindo C.V

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Olahraga. Jakarta : Departeman Pedidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Jess Jarver. 2009. Belajar dan berlatih atletik. Bandung : CV. Pioner Jaya

Martini. 2005. Prosedur dan Prinsip-Prinsip Statistika. Surabaya : Unesa University Press

Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan praktek . Jakarta : Erlangga

Muklis. 2007. Olahraga Kegemaranku Atletik. Klaten : PT Intan Pariwara

Siswandari. 2009. Statistika Computer Based. Surakarta : LPP dan UPT. UNS Press

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rikena Cipta.

U. Jonath. 1987. Atletik. Jakarta : PT. Rosda Jaya Putra

Yunyun Yudiana. 2007. Dasar Dasar Kepelatihan. Jakarta : Universitas Terbuka

Yusuf Hadisasmita. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.