Mengapa para dai pada masa Bani Umayyah menggunakan pendekatan politik

Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriah dan berakhir pada tahun 132 H. Dapat dikatakan bahwa Bani Umayyah berkuasa selama 91 tahun. Para ahli sejarah telah mencatat, bahwa kekhalifahan Bani Umayyah berdiri dengan proses yang diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, tipu daya, dan pemilihan khalifah tidak melalui pemilihan secara demokrasi. Nama-nama khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abd al-Malik ibn Marwan(685-705 M), al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz(717-720 M), dan Hisyam ibn Abd al-Maalik (724-743 M).

Diantara program besar, mendasar dan strategis di zaman Bani Umyyah adalah perluasan wilayah Islam. Di zaman Muawiyah Tunisa dapat ditaklukan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Axus dan Afghanistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punyab sampai ke Maltan.

Selanjutnya ekspansi besar-besaran dilanjutkan pada masa al-Walid bin Abdul Malik. Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahan al-Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran, kertiban, dan kebahagiaan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama 10 tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M dilakukannya suatu ekpedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, Benua Eropa. Setelah al-Jazair dan Maroko dapat ditundukan Tariq bin Ziyad pemimpin pasukan islam menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Erofa, dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan Gibraltal.

Tentara Spanyol dapat dikalahkan dan dengan demikian ibu kota Spanyol Kordofa dengan cepat dapat dikuasai begitu juga dengan kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo. Di zaman Umar bin Abd Al-Aziz, perluasan wilayah dilanjutkan ke Perancis melalui pegunungan Piranee, dibawah Komandan Abd al-Rahman Ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Boredeau, Politiers, dan terus ke Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi dikota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.

Melalui berbagai keberhasilan yang tercapai dalam ekspansi tersebut, maka wilayah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, di samping Jazirah Arabia dan sekitarnya, juga telah menjangkau Spanyol, Afganistan, Pakistan, Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Dalam bidang sosial dan pembangunan, Bani Umayyah telah berhasil untuk mendirikan berbagai bangunan untuk kebutuhan berbagai bidang. Seperti saat Muawiyah mendirikan dinas pos di tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang qadli  adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah--daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak mata uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.

Khalifah Abdul Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Administrasi pemerintahan Islam. Selanjutnya dizaman al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715) seorang yang berkemauan keras dan berkemampaun melaksanakan pembangunan panti-panti untuk orang cacat yang para petugasnya digaji oleh negara. Selain itu, al-Walid juga membangun jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik, gedung pemerintahan, dan masjid yang megah.

Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik ideologis. Mereka itu antara lain golongan Syi'ah, Khawarij dengan berbagai sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah, Ibadiyah, Ajaridah dan Shafariyah, golongan Mu'tazilah, Maturidiyah, Asy'ariyah, Qadariyah, dan Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang melakukan gerakan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dengan terbunuhnya Husein di Karbela, perlawanan orang-orang Syi'ah tidak pernah padam. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi'ah. Yang terkenal diantaranya pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Selain itu, terdapat pula gerakan Abdullah bin Zubair. Ia membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh.

Selain  gerakan diatas, gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah kekuasaan diwilayah timur yang meliputi kota disekitar Asia Tengah dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.

Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwasannya memperbaiki dan meningkatkan kualitas negri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannyas sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-Aziz dapat dikatakan berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi'ah. Dia juga memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan dan kedudukan Mawali (umat Islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia, dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim Arab


Mengapa para dai pada masa Bani Umayyah menggunakan pendekatan politik

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 2

Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriah dan berakhir pada tahun 132 H. Dapat dikatakan bahwa Bani Umayyah berkuasa selama 91 tahun. Para ahli sejarah telah mencatat, bahwa kekhalifahan Bani Umayyah berdiri dengan proses yang diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, tipu daya, dan pemilihan khalifah tidak melalui pemilihan secara demokrasi. Nama-nama khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abd al-Malik ibn Marwan(685-705 M), al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz(717-720 M), dan Hisyam ibn Abd al-Maalik (724-743 M).

Diantara program besar, mendasar dan strategis di zaman Bani Umyyah adalah perluasan wilayah Islam. Di zaman Muawiyah Tunisa dapat ditaklukan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Axus dan Afghanistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punyab sampai ke Maltan.

Selanjutnya ekspansi besar-besaran dilanjutkan pada masa al-Walid bin Abdul Malik. Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahan al-Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran, kertiban, dan kebahagiaan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama 10 tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M dilakukannya suatu ekpedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, Benua Eropa. Setelah al-Jazair dan Maroko dapat ditundukan Tariq bin Ziyad pemimpin pasukan islam menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Erofa, dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan Gibraltal.

Tentara Spanyol dapat dikalahkan dan dengan demikian ibu kota Spanyol Kordofa dengan cepat dapat dikuasai begitu juga dengan kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo. Di zaman Umar bin Abd Al-Aziz, perluasan wilayah dilanjutkan ke Perancis melalui pegunungan Piranee, dibawah Komandan Abd al-Rahman Ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Boredeau, Politiers, dan terus ke Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi dikota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.

Melalui berbagai keberhasilan yang tercapai dalam ekspansi tersebut, maka wilayah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, di samping Jazirah Arabia dan sekitarnya, juga telah menjangkau Spanyol, Afganistan, Pakistan, Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Dalam bidang sosial dan pembangunan, Bani Umayyah telah berhasil untuk mendirikan berbagai bangunan untuk kebutuhan berbagai bidang. Seperti saat Muawiyah mendirikan dinas pos di tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang qadli  adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah--daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak mata uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.

Khalifah Abdul Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Administrasi pemerintahan Islam. Selanjutnya dizaman al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715) seorang yang berkemauan keras dan berkemampaun melaksanakan pembangunan panti-panti untuk orang cacat yang para petugasnya digaji oleh negara. Selain itu, al-Walid juga membangun jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik, gedung pemerintahan, dan masjid yang megah.

Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik ideologis. Mereka itu antara lain golongan Syi'ah, Khawarij dengan berbagai sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah, Ibadiyah, Ajaridah dan Shafariyah, golongan Mu'tazilah, Maturidiyah, Asy'ariyah, Qadariyah, dan Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang melakukan gerakan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dengan terbunuhnya Husein di Karbela, perlawanan orang-orang Syi'ah tidak pernah padam. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi'ah. Yang terkenal diantaranya pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Selain itu, terdapat pula gerakan Abdullah bin Zubair. Ia membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh.

Selain  gerakan diatas, gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah kekuasaan diwilayah timur yang meliputi kota disekitar Asia Tengah dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.

Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwasannya memperbaiki dan meningkatkan kualitas negri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannyas sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-Aziz dapat dikatakan berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi'ah. Dia juga memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan dan kedudukan Mawali (umat Islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia, dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim Arab


Mengapa para dai pada masa Bani Umayyah menggunakan pendekatan politik

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 3

Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriah dan berakhir pada tahun 132 H. Dapat dikatakan bahwa Bani Umayyah berkuasa selama 91 tahun. Para ahli sejarah telah mencatat, bahwa kekhalifahan Bani Umayyah berdiri dengan proses yang diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, tipu daya, dan pemilihan khalifah tidak melalui pemilihan secara demokrasi. Nama-nama khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abd al-Malik ibn Marwan(685-705 M), al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz(717-720 M), dan Hisyam ibn Abd al-Maalik (724-743 M).

Diantara program besar, mendasar dan strategis di zaman Bani Umyyah adalah perluasan wilayah Islam. Di zaman Muawiyah Tunisa dapat ditaklukan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Axus dan Afghanistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punyab sampai ke Maltan.

Selanjutnya ekspansi besar-besaran dilanjutkan pada masa al-Walid bin Abdul Malik. Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahan al-Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran, kertiban, dan kebahagiaan. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama 10 tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M dilakukannya suatu ekpedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, Benua Eropa. Setelah al-Jazair dan Maroko dapat ditundukan Tariq bin Ziyad pemimpin pasukan islam menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Erofa, dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan Gibraltal.

Tentara Spanyol dapat dikalahkan dan dengan demikian ibu kota Spanyol Kordofa dengan cepat dapat dikuasai begitu juga dengan kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo. Di zaman Umar bin Abd Al-Aziz, perluasan wilayah dilanjutkan ke Perancis melalui pegunungan Piranee, dibawah Komandan Abd al-Rahman Ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Boredeau, Politiers, dan terus ke Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi dikota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.

Melalui berbagai keberhasilan yang tercapai dalam ekspansi tersebut, maka wilayah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, di samping Jazirah Arabia dan sekitarnya, juga telah menjangkau Spanyol, Afganistan, Pakistan, Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Dalam bidang sosial dan pembangunan, Bani Umayyah telah berhasil untuk mendirikan berbagai bangunan untuk kebutuhan berbagai bidang. Seperti saat Muawiyah mendirikan dinas pos di tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang qadli  adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah--daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak mata uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.

Khalifah Abdul Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Administrasi pemerintahan Islam. Selanjutnya dizaman al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715) seorang yang berkemauan keras dan berkemampaun melaksanakan pembangunan panti-panti untuk orang cacat yang para petugasnya digaji oleh negara. Selain itu, al-Walid juga membangun jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik, gedung pemerintahan, dan masjid yang megah.

Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik ideologis. Mereka itu antara lain golongan Syi'ah, Khawarij dengan berbagai sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah, Ibadiyah, Ajaridah dan Shafariyah, golongan Mu'tazilah, Maturidiyah, Asy'ariyah, Qadariyah, dan Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang melakukan gerakan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dengan terbunuhnya Husein di Karbela, perlawanan orang-orang Syi'ah tidak pernah padam. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi'ah. Yang terkenal diantaranya pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Selain itu, terdapat pula gerakan Abdullah bin Zubair. Ia membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh.

Selain  gerakan diatas, gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah kekuasaan diwilayah timur yang meliputi kota disekitar Asia Tengah dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.

Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwasannya memperbaiki dan meningkatkan kualitas negri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannyas sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-Aziz dapat dikatakan berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi'ah. Dia juga memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan dan kedudukan Mawali (umat Islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia, dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim Arab


Mengapa para dai pada masa Bani Umayyah menggunakan pendekatan politik

Lihat Sosbud Selengkapnya