Apa yang menyebabkan kriminalitas meningkat?

PIKIRAN RAKYAT - Tingkat kriminalitas di Kota Bandung, Jawa Barat akhir-akhir ini semakin meningkat dan menghawatirkan warga.

Seperti kasus yang terbaru pada Sabtu 15 Agustus 2020 sekitar pukul 23.30 WIB telah terjadi aksi pembacokan.

Aksi pembacokan ini dilakukan oleh Orang Tidak Dikenal (OTK) di kawasan Jalan Sudirman, Astanaanyar, hingga menewaskan satu orang warga Bandung.

Baca Juga: Hasil Semifinal Liga Europa Sevilla vs Man United: MU Gagal Melaju ke Partai Puncak

Aksi kriminal yang terjadi di Kota Bandung ini telah membuat Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Muradi angkat bicara.

Muradi menilai bahwa ada 5 faktor yang melatarbelakangi aksi kriminalitas semakin meningkat di Kota Bandung.

Pertama, menyangkut dinamika Kota Bandung dari kota kecil menampak ke kota besar. Hal itu menyebabkan karakteristik masyarakatnya berubah.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 17 Agustus 2020, Saatnya Libra Bertemu 'Teman' Baru

"Kota Bandung menampak dari kota kecil ke kota besar, karakteristik masyarakatnya pasti berubah," kata Muradi saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu 16 Agustus 202


Page 2

Sebagaimana diberitakan PRFMNews.id sebelumnya dalam artikel "Aksi Kriminalitas di Kota Bandung Meningkat, Guru Besar Unpad Ungkap Penyebabnya", Faktor kedua lanjut dia, dari dulu Bandung dikenal dengan banyak perkumpulan atau komunitas yang memiliki karakter berbeda satu sama lain.

"Misalnya komunitas otomotif dari motor, mobil dan sebagainya," katanya.

Baca Juga: Wacana Data Pasien Positif Covid-19 Disebarluaskan agar Waspada, Gubernur DIY Beri Tanggapan

Sementara faktor ketiga lanjut dia, menyangkut pada efek dari dinamika kota menengah ke kota besar. Hal ini menimbulkan potensi konflik semisal antar komunitas.

"Beberapa kali latar belakang komunitas menjadi konflik, ini menyangkut soal dinamika yang mau tidak mau, Bandung sudah mengarah kesana," kata dia.

Keempat, Muradi menyampaikan meningkatnya kriminalitas terjadi karena situasi kemtibmas di Kota Bandung antara hari ini dengan 5 atau 10 tahun yang lalu berbeda.

Baca Juga: Wacana Data Pasien Positif Covid-19 Disebarluaskan agar Waspada, Gubernur DIY Beri Tanggapan

Model kriminalitas dan tindakan yang sifatnya mengganggu keamanan saat ini berada pada posisi lebih tinggi dibanding pada 5 atau 10 tahun yang lalu.

"Butuh upaya serius untuk mengelola itu (kamtimbas)," katanya.

Yang terakhir ia katakan, meningkatnya angka kriminalitas juga terjadi lantaran Pemerintah Kota (Pemkot) menganggap bahwa Bandung baik-baik saja.


Page 3

Apa yang menyebabkan kriminalitas meningkat?

Ilustrasi kriminalitas: Akhir-akhir ini aksi kriminalitas di Kota Bandung meningkat, Guru Besar Unpad ungkap 5 faktor penyebabnya, salah satunya dinamika. /DOK.PRFM

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyatakan tingkat kriminalitas meningkat selama pandemi corona. Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Argo Yuwono menyatakan peningkatan kriminalitas sebesar 19,72 persen dari masa sebelum pandemi.

“Pada Februari ada 17.411 kasus. Di Maret ada 20.845 kasus,” kata Argo, di Mabes Polri, Senin (13/4).

Argo menyatakan, kasus yang terjadi meliputi kejahatan, pelanggaran, gangguan dan bencana. Dari seluruhnya, ia menyatakan gangguan seperti penemuan mayat dan bunuh diri paling banyak. Namun, ia tak merinci jumlahnya dan lokasi sebarannya.

Data Polda Bali bisa dirujuk untuk melihat peningkatan kriminalitas selama pandemi. Laporan harian Biro Operasi Polda Bali pada 10 April mencatatkan 12 kasus kejahatan. Angka ini meningkat menjadi 15 kasus kejahatan dalam laporan harian tanggal 20 April. Jumlah tahanan selama rentang 10-15 April di Bali juga meningkat dari 492 orang menjadi 504 orang.   

Melansir Liputan 6, Kabaharkam Polri Irjen Agus Andrianto Senin (20/4) lalu menyatakan naiknya tingkat kriminalitas salah satunya disebabkan banyak orang terdampak secara ekonomi di tengah pandemi. Mereka akhirnya memilih jalan pintas melakukan kriminalitas.

Agus menyatakan pula, para pelaku kriminal memanfaatkan situasi pembatasan sosial yang membuat lingkungan sepi untuk melakukan aksinya.

(Baca: Napi Berulah Lagi dan Masalah Lain Iringi Asimilasi Corona Kemenkumham)

Sementara, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menyatakan di tengah corona kejahatan yang paling banyak terjadi di wilayahnya adalah pencurian, penjambretan dan perampokan minimarket.

“Pelaku kejahatan sekarang sudah jarang membongkar rumah, karena masyarakat sekarang di rumah saja,” kata Yusri, Senin (20/4).  

Dalam seminggu terakhir, dari pantauan kami atas pemberitaan kriminalitas, terdapat lima kasus perampokan dan pencurian di minimarket wilaya Jabodetabek. Pertama, di minimarket kawasan Cipondoh, Kota Tangerang pada 12 April malam. Pelakunya dua orang berinisial FS dan A. Mereka mencuri alat kosmetik, deterjen, pewangi, dan minyak wangi. Tersangka berinisial A kini masih buron.

Pencurian kedua terjadi di sebuah minimarket di kawasang Gambir, Jakarta Pusat pada 15 April. Pelakunya pasangan pria dan wanita. Mereka mencuri tiga botol minyak angin dengan modus menjadi pembeli. Aksi ini terpergok setelah petugas minimarket mencurigai gerak-gerik keduanya.

Kedua tersangka sempat mencoba kabur menggunakan sepeda motor. Namun salah satu dari mereka berhasil ditangkap setelah ditabrak seorang pengendara motor yang melintas. Ia menderita patah kaki. Sementara satu tersangka yang kabur telah membawa 3 botol minyak wangi senilai Rp 147 ribu.

(Baca: Pengangguran Bertambah, Pemerintah Antisipasi Lonjakan Kriminalitas)

Di hari sama dengan aksi pencurian di minimarket Gambir, dua orang berusaha membobol minimarket di Depok. Mereka melakukan aksinya dengan membawa celurit dan menakuti pegawai minimarket yang sedang berberes setelah menutup gerai. Para pelaku kemudian menyekap tiga pegawai minimarket dan menggasak uang senilai Rp 35 juta. Mereka lalu kabur.

Dua kasus lainnya terjadi di Jakarta Timur. Empat orang perampok berinisial YS, AA, AR dan A beraksi di sebuah minimarket di Jalan Al-Wustho, Duren Sawit, Kamis pekan lalu. Mereka terpergok polisi yang sedang patroli dan mencurigai sebuah mobil Avanza terparkir di depan minimarket saat dini hari. Saat dihampiri, pengemudi justru menyalakan mesin mobil dan kabur.

Melihat respon tersebut, polisi kemudian masuk ke dalam minimarket. Di sana ditemukan tiga tersangka lain. Salah satu dari ketiganya ditembak mati karena mencoba menyerang polisi.

Kasus lain terjadi di kawasan Arundina, Cibubur, Jakarta Timur, Senin (20/4) lalu. Pelakunya dua ornag menggunakan mobil Suzuki Vitara. Mereka mencuri sembilan kaleng susu. Polisi yang sedang berpatroli memergoki mereka dan melakukan pengejaran. Keduanya ditangkap setelah menabrak pengendara lain karena panik.

Wilayah Polda Metro Jaya memiliki tingkat kejahatan tertinggi pada 2019 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), yakni sebanyak 34.655 kasus. Disusul Polda Sumatera Utara dengan 32.922 kasus. Sementara Polda Jawa Timur berada di urutan ketiga dengan 26.295 kasus. Selengkapnya bisa dilihat dalam Databoks di bawah ini:

Langkah Polisi Mencegah Kejahatan

Terkait kejahatan di saat pandemi, Mabes Polri telah melakukan Operasi Terpusat Kontinjensi Aman Nusa II-Penanganan Covid-19 di seluruh Indonesia. Melalui operasi ini kepolisian melakukan tindakan preventif dan preemtif.

Menurut ketua operasi ini, Irjen Agus Andrianto, langkah yang dilakukan adalah menurunkan pasukan ke lapangan untuk melakukan operasi rutin di semua daerah. Begitupun bekerja sama dengan kepala desa dan bhabinkamtibmas untuk menjaga keamanan di tingkat desa.

Agus menyatakan, pihaknya juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait pandemi covid-19 dan cara menjaga keamanan. Khususnya agar menjaga jarak selama pandemi dan memastikan kondisi rumah aman.

Dari patroli besar yang telah dilakukan, Polri telah membubarkan 205.502 kerumunan sejak 14 Maret hingga 12 April di seluruh daerah.

Khusus di wilayah Polda Metro Jaya, 1.152 personel disiapkan di tingkat polres dan polda guna mendukung kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta. Termasuk untuk mencegah terjadinya kejahatan.

(Baca: Marak Penipuan Atas Nama Ditjen Bea Cukai, Ada Enam Modus)

Kriminalitas di Luar Negeri

Berbeda dengan di Indonesia, angka kriminalitas di Inggris justru menurun selama masa pandemi. Melansir The Guardian, tingkat kejahatan di sejumlah daerah di negara itu turun 20% pada hari ketujuh setelah pemerintah meminta warga berada di rumah, Maret lalu. Kejahatan yang menurun di antaranya adalah pencurian dan tindak kekerasan.

Misalnya di wilayah Durham tercatat penurunan kasus kriminalitas harian dari 165 menjadi 130 dibanding sebelum masa pandemi corona. Komisioner Kepolisian dan Kriminalitas Durham, Stephen White menyatakan kejahatan yang terjadi adalah pencurian karena masyarakat tak bisa memenuhi kebiasaan mabuknya di tengah pandemi.

Hal sama terjadi di Amerika Serikat. Sejumlah daerah di sana, dalam data yang dihimpun USA Today, mencatatkan penurunan angka kriminalitas. Di Santa Monica, misalnya, angka kejahatan menurun dari 51,5% pada periode 15-21 Maret menjadi 43,3% pada periode 22-28 Maret.