Mengapa di Eropa harga rempah rempah sangat mahal?

Harga rempah-rempah pada masa penjajahan sangat mahal, semahal harga emas. Bangsa Eropa membutuhkan rempah-rempah untuk

  1. bahan campuran emas
  2. bahan obat-obatan
  3. bahan parfum
  4. bahan kapal
  5. Semua jawaban benar

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: B. bahan obat-obatan.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban B benar, dan 0 orang setuju jawaban B salah.

Harga rempah-rempah pada masa penjajahan sangat mahal, semahal harga emas. Bangsa Eropa membutuhkan rempah-rempah untuk bahan obat-obatan.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. bahan campuran emas menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. bahan obat-obatan menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban C. bahan parfum menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. bahan kapal menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Semua jawaban benar menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah B. bahan obat-obatan

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Ini pertanyaan yang ditanyakan Teena dipostingan saya Berlayar Demi Rempah-rempah (2).  Kenapa rempah-rempah yang tidak tumbuh di Eropa begitu dibutuhkan dan didambakan, sampai-sampai mereka ‘terpaksa’ melakukan penemuan-penemuan dan riset bercampur nekat untuk bisa membuat kapal-kapal besar yang bisa berlayar di samudera luas yang penuh bahaya menuju pulau rempah-rempah…..


Sumber gambar oldmap

Ternyata digunakanannya rempah-rempah jaman dulu ini bukan melulu untuk pengawetan makanan.  Rempah-rempah terlalu mahal untuk hanya menjadi pengawet makanan, sedangkan orang eropa sudah mengawetkan daging dengan cara penggaraman atau pengasapan.  Ternyata kecintaan orang eropa dengan rempah-rempah dipengaruhi oleh persepsi dan hal lain yang ada diluar indra perasa.

Perdagangan antara 'orient' (timur/arab) dan 'occident' (barat/eropa) sudah terjalin dari dulu dan tidak pernah berhenti sampai jaman Yunani-Roma, tapi pada awal abad pertengahan perdagangan ini sangat kecil jumlahnya.  Ketika perang salib dimulai pada abad ke 11, bangsa Eropa mulai bersinggungan langsung dengan orang-orang arab dan 'Orient' menjadi kenyataan bagi orang eropa.  Dari sini dimulailah gegar budaya yang dialami bangsa Eropa.

Bangsa Eropa mulai menggunakan angka arab yang akibatnya sangat fenomenal bagi ilmu pembukuan dan organisasi kapitalis mereka, juga ilmu astronomi dan kelautan.  Tapi yang paling mempengaruhi mereka adalah kemewahan yang ada di istana-istana arab.  Karpet, sofa, tirai-tirai, mahligai diatas singgasana (baldachin), kain sutera, beludru, damask, taffeta.  Tidak ketinggalan wewangian dan rempah-rempah.  Secara keseluruhan kehidupan sosial masyarakat kelas atas Eropa mulai berubah sama sekali.  Tidak ada lagi ruangan kosong melompong, sekarang  kastil-kastil bangsawan dihias dengan bahan-bahan dan gaya yang baru, begitu pula dengan makanan mereka, diberi bumbu 'oriental'.

Rempah-rempah sangat berharga karena asal-usulnya yang kabur.  Orang Eropa mengenal rempah-rempah dari orang arab yang sebagai broker berusaha menjaga sumber rempah-rempahnya supaya tidak diketahui asal muasalnya.  Orang Eropa mengasosiasikan rempah-rempah dengan negara antah berantah yang berhubungan dengan surga.  Tidak ada penulis abad pertengahan yang mengasosiasikan surga tanpa bau atau rasa rempah-rempah.  Taman bagi para santo maupun kekasih digambarkan  berbau kayumanis, pala, jahe dan cengkeh.

Dominasi Islam sebelah selatan dan timur laut Tengah yang terus ke timur hingga Persia menjadikan pedagang arab sebagai pemain terbesar rempah-rempah diabad pertengahan.  Para pedagang arab membeli rempah-rempah dari India hingga pelabuhan-pelabuhan diselat Malaka, bahkan ke kepulauan satu-satunya di dunia tempat asal dari pala, kemiri dan cengkeh, Maluku.

Rempah-rempah ini dari pelabuhan Alexandria dan Gaza diangkut ke Venesia dan Genoa yang sejak abad ke 8 memegang monopoli perdagangan merica, kayumanis, pala dan cengkeh untuk Eropa.  Venesia menjadi sangat kaya akibat perdagangan ini.

Trend ini terus berlangsung hingga abad ke 16.  Rempah-rempah menjadi simbol status.  Semakin kaya seseorang maka makanan pestanya semakin mahal karena rempah-rempahnya semakin banyak.  Dalam sebuah catatan banquet abad pertengahan dicatat bahan makanan yang diperlukan untuk pesta dengan 40 orang tamu: 1 pon bubuk colombine, 1/2 pon bubuk kayumanis, 2 pon gula, 1 ons safron, 1/4 pon cengkeh, 1/8 pon merica, 1/8 pon lengkuas, 1/8 pon pala, 1/8 pon daun bay.  Ketika Raja Skotland berkunjung ke raja Inggris Richard I pada tahun 1194, setiap hari dia diberi 2 pon merica dan 4 pon kayumanis sebagai tanda keramahtamahan.

Rempah-rempah menjadi simbol status yang untuk menikmatinya harus dipamerkan daripada dikonsumsi sendiri.  Rempah-rempah akan diedarkan kepada para tamu dengan baki perak dan emas untuk dibawa pulang.   Rempah-rempah disimpan sebagaimana permata berharga.  Merica seringkali digunakan untuk pembayaran karena harganya sama dengan emas.  Rempah-rempah juga diasosiasikan dengan pengobatan dan kesehatan.  Cengkeh dikunyah untuk menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi.

Ketergantungan occident terhadap orient tidak bisa dibendung.  Ketika  jalur perdagangan rempah ini ditutup oleh kekalifahan Ottoman yang menguasai Turki dan Mesir dan menaikkan harga rempah-rempah dengan semena-mena, Eropa mengalami kelangkaan rempah-rempah yang parah.  Ini menjadi peristiwa terpenting bagi sejarah dunia ketika Portugal dan Spanyol di abad ke 16 mulai menjalankan misi mencari pulau rempah-rempah dengan armada lautnya untuk mengakhiri dominasi arab dalam perdagangan rempah-rempah.


Page 2

Ini pertanyaan yang ditanyakan Teena dipostingan saya Berlayar Demi Rempah-rempah (2).  Kenapa rempah-rempah yang tidak tumbuh di Eropa begitu dibutuhkan dan didambakan, sampai-sampai mereka ‘terpaksa’ melakukan penemuan-penemuan dan riset bercampur nekat untuk bisa membuat kapal-kapal besar yang bisa berlayar di samudera luas yang penuh bahaya menuju pulau rempah-rempah…..


Sumber gambar oldmap

Ternyata digunakanannya rempah-rempah jaman dulu ini bukan melulu untuk pengawetan makanan.  Rempah-rempah terlalu mahal untuk hanya menjadi pengawet makanan, sedangkan orang eropa sudah mengawetkan daging dengan cara penggaraman atau pengasapan.  Ternyata kecintaan orang eropa dengan rempah-rempah dipengaruhi oleh persepsi dan hal lain yang ada diluar indra perasa.

Perdagangan antara 'orient' (timur/arab) dan 'occident' (barat/eropa) sudah terjalin dari dulu dan tidak pernah berhenti sampai jaman Yunani-Roma, tapi pada awal abad pertengahan perdagangan ini sangat kecil jumlahnya.  Ketika perang salib dimulai pada abad ke 11, bangsa Eropa mulai bersinggungan langsung dengan orang-orang arab dan 'Orient' menjadi kenyataan bagi orang eropa.  Dari sini dimulailah gegar budaya yang dialami bangsa Eropa.

Bangsa Eropa mulai menggunakan angka arab yang akibatnya sangat fenomenal bagi ilmu pembukuan dan organisasi kapitalis mereka, juga ilmu astronomi dan kelautan.  Tapi yang paling mempengaruhi mereka adalah kemewahan yang ada di istana-istana arab.  Karpet, sofa, tirai-tirai, mahligai diatas singgasana (baldachin), kain sutera, beludru, damask, taffeta.  Tidak ketinggalan wewangian dan rempah-rempah.  Secara keseluruhan kehidupan sosial masyarakat kelas atas Eropa mulai berubah sama sekali.  Tidak ada lagi ruangan kosong melompong, sekarang  kastil-kastil bangsawan dihias dengan bahan-bahan dan gaya yang baru, begitu pula dengan makanan mereka, diberi bumbu 'oriental'.

Rempah-rempah sangat berharga karena asal-usulnya yang kabur.  Orang Eropa mengenal rempah-rempah dari orang arab yang sebagai broker berusaha menjaga sumber rempah-rempahnya supaya tidak diketahui asal muasalnya.  Orang Eropa mengasosiasikan rempah-rempah dengan negara antah berantah yang berhubungan dengan surga.  Tidak ada penulis abad pertengahan yang mengasosiasikan surga tanpa bau atau rasa rempah-rempah.  Taman bagi para santo maupun kekasih digambarkan  berbau kayumanis, pala, jahe dan cengkeh.

Dominasi Islam sebelah selatan dan timur laut Tengah yang terus ke timur hingga Persia menjadikan pedagang arab sebagai pemain terbesar rempah-rempah diabad pertengahan.  Para pedagang arab membeli rempah-rempah dari India hingga pelabuhan-pelabuhan diselat Malaka, bahkan ke kepulauan satu-satunya di dunia tempat asal dari pala, kemiri dan cengkeh, Maluku.

Rempah-rempah ini dari pelabuhan Alexandria dan Gaza diangkut ke Venesia dan Genoa yang sejak abad ke 8 memegang monopoli perdagangan merica, kayumanis, pala dan cengkeh untuk Eropa.  Venesia menjadi sangat kaya akibat perdagangan ini.

Trend ini terus berlangsung hingga abad ke 16.  Rempah-rempah menjadi simbol status.  Semakin kaya seseorang maka makanan pestanya semakin mahal karena rempah-rempahnya semakin banyak.  Dalam sebuah catatan banquet abad pertengahan dicatat bahan makanan yang diperlukan untuk pesta dengan 40 orang tamu: 1 pon bubuk colombine, 1/2 pon bubuk kayumanis, 2 pon gula, 1 ons safron, 1/4 pon cengkeh, 1/8 pon merica, 1/8 pon lengkuas, 1/8 pon pala, 1/8 pon daun bay.  Ketika Raja Skotland berkunjung ke raja Inggris Richard I pada tahun 1194, setiap hari dia diberi 2 pon merica dan 4 pon kayumanis sebagai tanda keramahtamahan.

Rempah-rempah menjadi simbol status yang untuk menikmatinya harus dipamerkan daripada dikonsumsi sendiri.  Rempah-rempah akan diedarkan kepada para tamu dengan baki perak dan emas untuk dibawa pulang.   Rempah-rempah disimpan sebagaimana permata berharga.  Merica seringkali digunakan untuk pembayaran karena harganya sama dengan emas.  Rempah-rempah juga diasosiasikan dengan pengobatan dan kesehatan.  Cengkeh dikunyah untuk menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi.

Ketergantungan occident terhadap orient tidak bisa dibendung.  Ketika  jalur perdagangan rempah ini ditutup oleh kekalifahan Ottoman yang menguasai Turki dan Mesir dan menaikkan harga rempah-rempah dengan semena-mena, Eropa mengalami kelangkaan rempah-rempah yang parah.  Ini menjadi peristiwa terpenting bagi sejarah dunia ketika Portugal dan Spanyol di abad ke 16 mulai menjalankan misi mencari pulau rempah-rempah dengan armada lautnya untuk mengakhiri dominasi arab dalam perdagangan rempah-rempah.


Mengapa di Eropa harga rempah rempah sangat mahal?

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Ini pertanyaan yang ditanyakan Teena dipostingan saya Berlayar Demi Rempah-rempah (2).  Kenapa rempah-rempah yang tidak tumbuh di Eropa begitu dibutuhkan dan didambakan, sampai-sampai mereka ‘terpaksa’ melakukan penemuan-penemuan dan riset bercampur nekat untuk bisa membuat kapal-kapal besar yang bisa berlayar di samudera luas yang penuh bahaya menuju pulau rempah-rempah…..


Sumber gambar oldmap

Ternyata digunakanannya rempah-rempah jaman dulu ini bukan melulu untuk pengawetan makanan.  Rempah-rempah terlalu mahal untuk hanya menjadi pengawet makanan, sedangkan orang eropa sudah mengawetkan daging dengan cara penggaraman atau pengasapan.  Ternyata kecintaan orang eropa dengan rempah-rempah dipengaruhi oleh persepsi dan hal lain yang ada diluar indra perasa.

Perdagangan antara 'orient' (timur/arab) dan 'occident' (barat/eropa) sudah terjalin dari dulu dan tidak pernah berhenti sampai jaman Yunani-Roma, tapi pada awal abad pertengahan perdagangan ini sangat kecil jumlahnya.  Ketika perang salib dimulai pada abad ke 11, bangsa Eropa mulai bersinggungan langsung dengan orang-orang arab dan 'Orient' menjadi kenyataan bagi orang eropa.  Dari sini dimulailah gegar budaya yang dialami bangsa Eropa.

Bangsa Eropa mulai menggunakan angka arab yang akibatnya sangat fenomenal bagi ilmu pembukuan dan organisasi kapitalis mereka, juga ilmu astronomi dan kelautan.  Tapi yang paling mempengaruhi mereka adalah kemewahan yang ada di istana-istana arab.  Karpet, sofa, tirai-tirai, mahligai diatas singgasana (baldachin), kain sutera, beludru, damask, taffeta.  Tidak ketinggalan wewangian dan rempah-rempah.  Secara keseluruhan kehidupan sosial masyarakat kelas atas Eropa mulai berubah sama sekali.  Tidak ada lagi ruangan kosong melompong, sekarang  kastil-kastil bangsawan dihias dengan bahan-bahan dan gaya yang baru, begitu pula dengan makanan mereka, diberi bumbu 'oriental'.

Rempah-rempah sangat berharga karena asal-usulnya yang kabur.  Orang Eropa mengenal rempah-rempah dari orang arab yang sebagai broker berusaha menjaga sumber rempah-rempahnya supaya tidak diketahui asal muasalnya.  Orang Eropa mengasosiasikan rempah-rempah dengan negara antah berantah yang berhubungan dengan surga.  Tidak ada penulis abad pertengahan yang mengasosiasikan surga tanpa bau atau rasa rempah-rempah.  Taman bagi para santo maupun kekasih digambarkan  berbau kayumanis, pala, jahe dan cengkeh.

Dominasi Islam sebelah selatan dan timur laut Tengah yang terus ke timur hingga Persia menjadikan pedagang arab sebagai pemain terbesar rempah-rempah diabad pertengahan.  Para pedagang arab membeli rempah-rempah dari India hingga pelabuhan-pelabuhan diselat Malaka, bahkan ke kepulauan satu-satunya di dunia tempat asal dari pala, kemiri dan cengkeh, Maluku.

Rempah-rempah ini dari pelabuhan Alexandria dan Gaza diangkut ke Venesia dan Genoa yang sejak abad ke 8 memegang monopoli perdagangan merica, kayumanis, pala dan cengkeh untuk Eropa.  Venesia menjadi sangat kaya akibat perdagangan ini.

Trend ini terus berlangsung hingga abad ke 16.  Rempah-rempah menjadi simbol status.  Semakin kaya seseorang maka makanan pestanya semakin mahal karena rempah-rempahnya semakin banyak.  Dalam sebuah catatan banquet abad pertengahan dicatat bahan makanan yang diperlukan untuk pesta dengan 40 orang tamu: 1 pon bubuk colombine, 1/2 pon bubuk kayumanis, 2 pon gula, 1 ons safron, 1/4 pon cengkeh, 1/8 pon merica, 1/8 pon lengkuas, 1/8 pon pala, 1/8 pon daun bay.  Ketika Raja Skotland berkunjung ke raja Inggris Richard I pada tahun 1194, setiap hari dia diberi 2 pon merica dan 4 pon kayumanis sebagai tanda keramahtamahan.

Rempah-rempah menjadi simbol status yang untuk menikmatinya harus dipamerkan daripada dikonsumsi sendiri.  Rempah-rempah akan diedarkan kepada para tamu dengan baki perak dan emas untuk dibawa pulang.   Rempah-rempah disimpan sebagaimana permata berharga.  Merica seringkali digunakan untuk pembayaran karena harganya sama dengan emas.  Rempah-rempah juga diasosiasikan dengan pengobatan dan kesehatan.  Cengkeh dikunyah untuk menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi.

Ketergantungan occident terhadap orient tidak bisa dibendung.  Ketika  jalur perdagangan rempah ini ditutup oleh kekalifahan Ottoman yang menguasai Turki dan Mesir dan menaikkan harga rempah-rempah dengan semena-mena, Eropa mengalami kelangkaan rempah-rempah yang parah.  Ini menjadi peristiwa terpenting bagi sejarah dunia ketika Portugal dan Spanyol di abad ke 16 mulai menjalankan misi mencari pulau rempah-rempah dengan armada lautnya untuk mengakhiri dominasi arab dalam perdagangan rempah-rempah.


Mengapa di Eropa harga rempah rempah sangat mahal?

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Ini pertanyaan yang ditanyakan Teena dipostingan saya Berlayar Demi Rempah-rempah (2).  Kenapa rempah-rempah yang tidak tumbuh di Eropa begitu dibutuhkan dan didambakan, sampai-sampai mereka ‘terpaksa’ melakukan penemuan-penemuan dan riset bercampur nekat untuk bisa membuat kapal-kapal besar yang bisa berlayar di samudera luas yang penuh bahaya menuju pulau rempah-rempah…..


Sumber gambar oldmap

Ternyata digunakanannya rempah-rempah jaman dulu ini bukan melulu untuk pengawetan makanan.  Rempah-rempah terlalu mahal untuk hanya menjadi pengawet makanan, sedangkan orang eropa sudah mengawetkan daging dengan cara penggaraman atau pengasapan.  Ternyata kecintaan orang eropa dengan rempah-rempah dipengaruhi oleh persepsi dan hal lain yang ada diluar indra perasa.

Perdagangan antara 'orient' (timur/arab) dan 'occident' (barat/eropa) sudah terjalin dari dulu dan tidak pernah berhenti sampai jaman Yunani-Roma, tapi pada awal abad pertengahan perdagangan ini sangat kecil jumlahnya.  Ketika perang salib dimulai pada abad ke 11, bangsa Eropa mulai bersinggungan langsung dengan orang-orang arab dan 'Orient' menjadi kenyataan bagi orang eropa.  Dari sini dimulailah gegar budaya yang dialami bangsa Eropa.

Bangsa Eropa mulai menggunakan angka arab yang akibatnya sangat fenomenal bagi ilmu pembukuan dan organisasi kapitalis mereka, juga ilmu astronomi dan kelautan.  Tapi yang paling mempengaruhi mereka adalah kemewahan yang ada di istana-istana arab.  Karpet, sofa, tirai-tirai, mahligai diatas singgasana (baldachin), kain sutera, beludru, damask, taffeta.  Tidak ketinggalan wewangian dan rempah-rempah.  Secara keseluruhan kehidupan sosial masyarakat kelas atas Eropa mulai berubah sama sekali.  Tidak ada lagi ruangan kosong melompong, sekarang  kastil-kastil bangsawan dihias dengan bahan-bahan dan gaya yang baru, begitu pula dengan makanan mereka, diberi bumbu 'oriental'.

Rempah-rempah sangat berharga karena asal-usulnya yang kabur.  Orang Eropa mengenal rempah-rempah dari orang arab yang sebagai broker berusaha menjaga sumber rempah-rempahnya supaya tidak diketahui asal muasalnya.  Orang Eropa mengasosiasikan rempah-rempah dengan negara antah berantah yang berhubungan dengan surga.  Tidak ada penulis abad pertengahan yang mengasosiasikan surga tanpa bau atau rasa rempah-rempah.  Taman bagi para santo maupun kekasih digambarkan  berbau kayumanis, pala, jahe dan cengkeh.

Dominasi Islam sebelah selatan dan timur laut Tengah yang terus ke timur hingga Persia menjadikan pedagang arab sebagai pemain terbesar rempah-rempah diabad pertengahan.  Para pedagang arab membeli rempah-rempah dari India hingga pelabuhan-pelabuhan diselat Malaka, bahkan ke kepulauan satu-satunya di dunia tempat asal dari pala, kemiri dan cengkeh, Maluku.

Rempah-rempah ini dari pelabuhan Alexandria dan Gaza diangkut ke Venesia dan Genoa yang sejak abad ke 8 memegang monopoli perdagangan merica, kayumanis, pala dan cengkeh untuk Eropa.  Venesia menjadi sangat kaya akibat perdagangan ini.

Trend ini terus berlangsung hingga abad ke 16.  Rempah-rempah menjadi simbol status.  Semakin kaya seseorang maka makanan pestanya semakin mahal karena rempah-rempahnya semakin banyak.  Dalam sebuah catatan banquet abad pertengahan dicatat bahan makanan yang diperlukan untuk pesta dengan 40 orang tamu: 1 pon bubuk colombine, 1/2 pon bubuk kayumanis, 2 pon gula, 1 ons safron, 1/4 pon cengkeh, 1/8 pon merica, 1/8 pon lengkuas, 1/8 pon pala, 1/8 pon daun bay.  Ketika Raja Skotland berkunjung ke raja Inggris Richard I pada tahun 1194, setiap hari dia diberi 2 pon merica dan 4 pon kayumanis sebagai tanda keramahtamahan.

Rempah-rempah menjadi simbol status yang untuk menikmatinya harus dipamerkan daripada dikonsumsi sendiri.  Rempah-rempah akan diedarkan kepada para tamu dengan baki perak dan emas untuk dibawa pulang.   Rempah-rempah disimpan sebagaimana permata berharga.  Merica seringkali digunakan untuk pembayaran karena harganya sama dengan emas.  Rempah-rempah juga diasosiasikan dengan pengobatan dan kesehatan.  Cengkeh dikunyah untuk menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi.

Ketergantungan occident terhadap orient tidak bisa dibendung.  Ketika  jalur perdagangan rempah ini ditutup oleh kekalifahan Ottoman yang menguasai Turki dan Mesir dan menaikkan harga rempah-rempah dengan semena-mena, Eropa mengalami kelangkaan rempah-rempah yang parah.  Ini menjadi peristiwa terpenting bagi sejarah dunia ketika Portugal dan Spanyol di abad ke 16 mulai menjalankan misi mencari pulau rempah-rempah dengan armada lautnya untuk mengakhiri dominasi arab dalam perdagangan rempah-rempah.


Mengapa di Eropa harga rempah rempah sangat mahal?

Lihat Humaniora Selengkapnya