Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali menjadi Rhazes di dunia barat adalah salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia keluar dari kandungan di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Show
Ar-Razi sejak muda telah mendalami filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bagian kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga dikenal menjadi ilmuwan serbabisa[1] dan diasumsikan menjadi satu diantara ilmuwan terbesar dalam Islam. BiografiAr-Razi keluar dari kandungan pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang telah tersedia di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya. Kala sedang kecil, ar-Razi tertarik untuk dibuat menjadi penyanyi atau musisi tetapi beliau kemudian lebih tertarik pada bagian alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi menetapkan untuk berjeda menekuni bagian alkemi diakibatkan bermacam eksperimen yang menyebabkan matanya dibuat menjadi cacat. Kemudian beliau berupaya menemukan dokter yang mampu menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mendalami ilmu kedokteran. Beliau berupaya dapat ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang keluar dari kandungan di Merv. Dahulu, gurunya adalah seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama dibuat menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk dibuat menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal menjadi seorang dokter disana. Kemudian beliau dibuat menjadi pemimpin Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan dibuat menjadi pemimpin sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi menetapkan untuk kembali ke kota lahirnya di Rayy, dimana beliau mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena beliau mempunyai banyak pelajar. Selain itu, ar-Razi dikenal menjadi dokter yang patut dan tidak membebani biaya pada pasiennya kala berobat kepadanya. KontribusiBagian KedokteranCacar dan campakMenjadi seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi adalah orang pertama yang membikin penjelasan seputar penyakit cacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mempunyai dampak keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah dibuat menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar ditunjukkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini mampu terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menjauhi penyakit ini yaitu mencegah kontak dengan penyakit ini, karena probabilitas wabah cacar mampu dibuat menjadi epidemi."Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang telah tersedianya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada masa seratus tahun ke-9 yaitu Rhazes, dimana beliau menguraikan secara jelas gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dinyatakan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut." Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) yaitu buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak menjadi dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diartikan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam riset klinis memandukan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini. Berikut ini yaitu penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit dibuat menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di hadapan mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada hadapan dan kantung mata. Satu diantara gejala lainnya yaitu perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan." Alergi dan demamRazi dikenal menjadi seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada satu diantara tulisannya, beliau menguraikan secara jelas timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga adalah ilmuwan pertama yang menguraikan secara jelas demam menjadi mekanisme tubuh untuk melindungi diri. FarmasiPada bagian farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membikin peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga menjadi mengembang obat-obatan yang berasal dari merkuri. Etika kedokteranAr-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bagian etika kedokteran. Satu diantaranya yaitu ketika beliau mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan kampung untuk menjual ramuan. Pada kala yang sama beliau juga mengaku bahwa dokter tidak mungkin memahami jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin mampu menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tetapi untuk mengembangkan kualitas seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap berupaya dapat dan terus berupaya menemukan informasi baru. Beliau juga membikin perbedaan antara penyakit yang mampu disembuhkan dan yang tidak mampu disembuhkan. Ar-Razi kemudian mengaku bahwa seorang dokter tidak mampu dilempar kesalahan ke karena tidak mampu menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Menjadi tambahan, ar-Razi mengaku bahwa beliau merasa kasihan pada dokter yang melakukan mata pencaharian di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter. Ar-Razi juga menyebutkan bahwa tujuan dibuat menjadi dokter yaitu untuk berbuat patut, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga berfaedah untuk warga sekitar.[2] Buku-buku Ar-Razi pada bagian kedokteranBerikut ini yaitu karya ar-Razi pada bagian kedokteran yang dituliskan dalam buku:
Referensi
Pranala luar
Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, p2k.nomor.net, dsb. Page 2Abu Abdillah Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu`lu`i al-Bashri (bahasa Arab: أبو عبد الله محمد بن المتوكل اللؤلؤي البصري), atau lebih dikenal sebagai Ruwais (Mati di Basra pada tahun 238 H), yaitu seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an. Ia merupakan perawi qira'at Ya'qub al-Hadhrami Ia meriwayatkan qira'atnya ke jumlah pelajar, selang lain Muhammad bin Harun at-Tammar dan Abu Abdillah bin az-Zubair. Daftar konten
Pujian ulama terhadapnya
GurunyaMurid-muridnya
ReferensiSumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya. Page 3Abu Abdillah Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu`lu`i al-Bashri (bahasa Arab: أبو عبد الله محمد بن المتوكل اللؤلؤي البصري), atau lebih dikenal sebagai Ruwais (Buntu di Basra pada tahun 238 H), yaitu seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an. Ia adalah perawi qira'at Ya'qub al-Hadhrami Ia meriwayatkan qira'atnya ke jumlah siswa, selang lain Muhammad bin Harun at-Tammar dan Abu Abdillah bin az-Zubair. Daftar konten
Pujian ulama terhadapnya
GurunyaMurid-muridnya
ReferensiSumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya. Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Abu Abdillah Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu`lu`i al-Bashri (bahasa Arab: أبو عبد الله محمد بن المتوكل اللؤلؤي البصري), atau lebih dikenal sebagai Ruwais (Buntu di Basra pada tahun 238 H), yaitu seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an. Ia adalah perawi qira'at Ya'qub al-Hadhrami Ia meriwayatkan qira'atnya ke jumlah siswa, selang lain Muhammad bin Harun at-Tammar dan Abu Abdillah bin az-Zubair. Daftar konten
Pujian ulama terhadapnya
GurunyaMurid-muridnya
ReferensiSumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya. Page 9Abu Abdillah Muhammad bin al-Mutawakkil al-Lu`lu`i al-Bashri (bahasa Arab: أبو عبد الله محمد بن المتوكل اللؤلؤي البصري), atau lebih dikenal sebagai Ruwais (Mati di Basra pada tahun 238 H), yaitu seorang ulama dibidang Qira'at al-Qur'an. Ia merupakan perawi qira'at Ya'qub al-Hadhrami Ia meriwayatkan qira'atnya ke jumlah pelajar, selang lain Muhammad bin Harun at-Tammar dan Abu Abdillah bin az-Zubair. Daftar konten
Pujian ulama terhadapnya
GurunyaMurid-muridnya
ReferensiSumber : id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya. Page 10Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali menjadi Rhazes di dunia barat adalah salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia keluar dari kandungan di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mendalami filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bagian kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga dikenal menjadi ilmuwan serbabisa[1] dan diasumsikan menjadi satu diantara ilmuwan terbesar dalam Islam. BiografiAr-Razi keluar dari kandungan pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang telah tersedia di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya. Kala sedang kecil, ar-Razi tertarik untuk dibuat menjadi penyanyi atau musisi tetapi beliau kemudian lebih tertarik pada bagian alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi menetapkan untuk berjeda menekuni bagian alkemi diakibatkan bermacam eksperimen yang menyebabkan matanya dibuat menjadi cacat. Kemudian beliau berupaya menemukan dokter yang mampu menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mendalami ilmu kedokteran. Beliau berupaya dapat ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang keluar dari kandungan di Merv. Dahulu, gurunya adalah seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama dibuat menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk dibuat menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal menjadi seorang dokter disana. Kemudian beliau dibuat menjadi pemimpin Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan dibuat menjadi pemimpin sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi menetapkan untuk kembali ke kota lahirnya di Rayy, dimana beliau mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena beliau mempunyai banyak pelajar. Selain itu, ar-Razi dikenal menjadi dokter yang patut dan tidak membebani biaya pada pasiennya kala berobat kepadanya. KontribusiBagian KedokteranCacar dan campakMenjadi seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi adalah orang pertama yang membikin penjelasan seputar penyakit cacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mempunyai dampak keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah dibuat menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar ditunjukkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini mampu terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menjauhi penyakit ini yaitu mencegah kontak dengan penyakit ini, karena probabilitas wabah cacar mampu dibuat menjadi epidemi."Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang telah tersedianya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada masa seratus tahun ke-9 yaitu Rhazes, dimana beliau menguraikan secara jelas gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dinyatakan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut." Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) yaitu buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak menjadi dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diartikan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam riset klinis memandukan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini. Berikut ini yaitu penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit dibuat menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di hadapan mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada hadapan dan kantung mata. Satu diantara gejala lainnya yaitu perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan." Alergi dan demamRazi dikenal menjadi seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada satu diantara tulisannya, beliau menguraikan secara jelas timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga adalah ilmuwan pertama yang menguraikan secara jelas demam menjadi mekanisme tubuh untuk melindungi diri. FarmasiPada bagian farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membikin peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga menjadi mengembang obat-obatan yang berasal dari merkuri. Etika kedokteranAr-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bagian etika kedokteran. Satu diantaranya yaitu ketika beliau mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan kampung untuk menjual ramuan. Pada kala yang sama beliau juga mengaku bahwa dokter tidak mungkin memahami jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin mampu menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tetapi untuk mengembangkan kualitas seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap berupaya dapat dan terus berupaya menemukan informasi baru. Beliau juga membikin perbedaan antara penyakit yang mampu disembuhkan dan yang tidak mampu disembuhkan. Ar-Razi kemudian mengaku bahwa seorang dokter tidak mampu dilempar kesalahan ke karena tidak mampu menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Menjadi tambahan, ar-Razi mengaku bahwa beliau merasa kasihan pada dokter yang melakukan mata pencaharian di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter. Ar-Razi juga menyebutkan bahwa tujuan dibuat menjadi dokter yaitu untuk berbuat patut, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga berfaedah untuk warga sekitar.[2] Buku-buku Ar-Razi pada bagian kedokteranBerikut ini yaitu karya ar-Razi pada bagian kedokteran yang dituliskan dalam buku:
Referensi
Pranala luar
Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, p2k.nomor.net, dsb. Page 11Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di alam barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup selang tahun 864 - 930. Ia keluar dari kandungan di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak belum tua telah menelaah filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam babak kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk mengetuai sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga mengetuai Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga dikenal sebagai ilmuwan serbabisa[1] dan diasumsikan sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. BiografiAr-Razi keluar dari kandungan pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya. Kala sedang kecil, ar-Razi tertarik untuk dibuat sebagai penyanyi atau musisi tetapi beliau kemudian lebih tertarik pada babak alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi menetapkan untuk berjeda menekuni babak alkemi diakibatkan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya dibuat sebagai cacat. Kemudian beliau berusaha menemukan dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai menelaah ilmu kedokteran. Beliau berusaha dapat ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang keluar dari kandungan di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama dibuat sebagai Islam setelah mengambil sumpah untuk dibuat sebagai pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Razi lagi ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian beliau dibuat sebagai ketua Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan dibuat sebagai ketua sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi menetapkan untuk lagi ke kota lahirnya di Rayy, dimana beliau mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena beliau memiliki banyak pelajar. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang patut dan tidak membebani biaya pada pasiennya kala berobat kepadanya. KontribusiBabak KedokteranCacar dan campakSebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membikin penjelasan seputar penyakit cacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan berdampak ke luarnya uap. Kemudian darah belum tua (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berganti dibuat sebagai darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar ditunjukkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Acara terbaik untuk meninggalkan penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena probabilitas wabah cacar bisa dibuat sebagai epidemi."Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang telah tersedianya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada masa seratus tahun ke-9 yaitu Rhazes, dimana beliau menguraikan secara tegas gejalanya secara tegas, patologi penyakit yang dinyatakan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan acara mencegah wabah tersebut." Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berlainan. Buku ini kemudian diartikan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Acara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam riset klinis memandukan acara berpikir ar-Razi dalam buku ini. Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit dibuat sebagai semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua babak tubuh. Bintik-bintik di hadapan mulai muncul bertubi-tubi dan terjadi perubahan warna merah pada hadapan dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan." Alergi dan demamRazi dikenal sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, beliau menguraikan secara tegas timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menguraikan secara tegas demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. FarmasiPada babak farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membikin peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga sebagai mengembang obat-obatan yang berasal dari merkuri. Etika kedokteranAr-Razi juga membuktikan pendapatnya dalam babak etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika beliau mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan kampung untuk menjual ramuan. Pada kala yang sama beliau juga mengaku bahwa dokter tidak mungkin memahami balasan atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tetapi untuk memperkembangkan kualitas seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap berusaha dapat dan terus berusaha menemukan informasi baru. Beliau juga membikin perbedaan selang penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian mengaku bahwa seorang dokter tidak bisa dilempar kesalahan ke karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi mengaku bahwa beliau menghadapi rasa kasihan pada dokter yang melangsungkan mata pencaharian di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter. Ar-Razi juga menyebutkan bahwa tujuan dibuat sebagai dokter adalah untuk berbuat patut, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga berfaedah untuk warga sekitar.[2] Buku-buku Ar-Razi pada babak kedokteranBerikut ini adalah karya ar-Razi pada babak kedokteran yang dituliskan dalam buku:
Referensi
Pranala luar
Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, p2k.nomor.net, dsb-nya. Page 12Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di alam barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup selang tahun 864 - 930. Ia keluar dari kandungan di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak belum tua telah menelaah filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam babak kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk mengetuai sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga mengetuai Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga dikenal sebagai ilmuwan serbabisa[1] dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. BiografiAr-Razi keluar dari kandungan pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya. Kala sedang kecil, ar-Razi tertarik untuk dibuat sebagai penyanyi atau musisi tetapi beliau kemudian lebih tertarik pada babak alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi menetapkan untuk berjeda menekuni babak alkemi diakibatkan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya dibuat sebagai cacat. Kemudian beliau berusaha menemukan dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai menelaah ilmu kedokteran. Beliau berusaha dapat ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang keluar dari kandungan di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama dibuat sebagai Islam setelah mengambil sumpah untuk dibuat sebagai pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Razi lagi ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian beliau dibuat sebagai ketua Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan dibuat sebagai ketua sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi menetapkan untuk lagi ke kota lahirnya di Rayy, dimana beliau mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena beliau memiliki banyak pelajar. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang patut dan tidak membebani biaya pada pasiennya kala berobat kepadanya. KontribusiBabak KedokteranCacar dan campakSebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membikin penjelasan seputar penyakit cacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan berdampak ke luarnya uap. Kemudian darah belum tua (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berganti dibuat sebagai darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar ditunjukkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Acara terbaik untuk meninggalkan penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena probabilitas wabah cacar bisa dibuat sebagai epidemi."Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang telah tersedianya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada masa seratus tahun ke-9 yaitu Rhazes, dimana beliau menguraikan secara tegas gejalanya secara tegas, patologi penyakit yang dinyatakan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan acara mencegah wabah tersebut." Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berlainan. Buku ini kemudian diartikan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Acara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam riset klinis memandukan acara berpikir ar-Razi dalam buku ini. Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit dibuat sebagai semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua babak tubuh. Bintik-bintik di hadapan mulai muncul bertubi-tubi dan terjadi perubahan warna merah pada hadapan dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan." Alergi dan demamRazi dikenal sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, beliau menguraikan secara tegas timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menguraikan secara tegas demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. FarmasiPada babak farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membikin peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga sebagai mengembang obat-obatan yang berasal dari merkuri. Etika kedokteranAr-Razi juga membuktikan pendapatnya dalam babak etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika beliau mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan kampung untuk menjual ramuan. Pada kala yang sama beliau juga mengaku bahwa dokter tidak mungkin memahami balasan atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tetapi untuk memperkembangkan kualitas seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap berusaha dapat dan terus berusaha menemukan informasi baru. Beliau juga membikin perbedaan selang penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian mengaku bahwa seorang dokter tidak bisa dilempar kesalahan ke karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi mengaku bahwa beliau menghadapi rasa kasihan pada dokter yang melangsungkan mata pencaharian di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter. Ar-Razi juga menyebutkan bahwa tujuan dibuat sebagai dokter adalah untuk berbuat patut, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga berfaedah untuk warga sekitar.[2] Buku-buku Ar-Razi pada babak kedokteranBerikut ini adalah karya ar-Razi pada babak kedokteran yang dituliskan dalam buku:
Referensi
Pranala luar
Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, p2k.nomor.net, dsb-nya. Page 13Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali menjadi Rhazes di dunia barat adalah salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia keluar dari kandungan di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mendalami filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bagian kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga dikenal menjadi ilmuwan serbabisa[1] dan diasumsikan menjadi satu diantara ilmuwan terbesar dalam Islam. BiografiAr-Razi keluar dari kandungan pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang telah tersedia di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya. Kala sedang kecil, ar-Razi tertarik untuk dibuat menjadi penyanyi atau musisi tetapi beliau kemudian lebih tertarik pada bagian alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi menetapkan untuk berjeda menekuni bagian alkemi diakibatkan bermacam eksperimen yang menyebabkan matanya dibuat menjadi cacat. Kemudian beliau berupaya menemukan dokter yang mampu menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mendalami ilmu kedokteran. Beliau berupaya dapat ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang keluar dari kandungan di Merv. Dahulu, gurunya adalah seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama dibuat menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk dibuat menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal menjadi seorang dokter disana. Kemudian beliau dibuat menjadi pemimpin Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan dibuat menjadi pemimpin sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi menetapkan untuk kembali ke kota lahirnya di Rayy, dimana beliau mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena beliau mempunyai banyak pelajar. Selain itu, ar-Razi dikenal menjadi dokter yang patut dan tidak membebani biaya pada pasiennya kala berobat kepadanya. KontribusiBagian KedokteranCacar dan campakMenjadi seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi adalah orang pertama yang membikin penjelasan seputar penyakit cacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mempunyai dampak keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah dibuat menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar ditunjukkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit ini mampu terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menjauhi penyakit ini yaitu mencegah kontak dengan penyakit ini, karena probabilitas wabah cacar mampu dibuat menjadi epidemi."Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang telah tersedianya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada masa seratus tahun ke-9 yaitu Rhazes, dimana beliau menguraikan secara jelas gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dinyatakan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut." Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) yaitu buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak menjadi dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diartikan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam riset klinis memandukan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini. Berikut ini yaitu penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit dibuat menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di hadapan mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada hadapan dan kantung mata. Satu diantara gejala lainnya yaitu perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan." Alergi dan demamRazi dikenal menjadi seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada satu diantara tulisannya, beliau menguraikan secara jelas timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga adalah ilmuwan pertama yang menguraikan secara jelas demam menjadi mekanisme tubuh untuk melindungi diri. FarmasiPada bagian farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membikin peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga menjadi mengembang obat-obatan yang berasal dari merkuri. Etika kedokteranAr-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bagian etika kedokteran. Satu diantaranya yaitu ketika beliau mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan kampung untuk menjual ramuan. Pada kala yang sama beliau juga mengaku bahwa dokter tidak mungkin memahami jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin mampu menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tetapi untuk mengembangkan kualitas seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap berupaya dapat dan terus berupaya menemukan informasi baru. Beliau juga membikin perbedaan antara penyakit yang mampu disembuhkan dan yang tidak mampu disembuhkan. Ar-Razi kemudian mengaku bahwa seorang dokter tidak mampu dilempar kesalahan ke karena tidak mampu menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Menjadi tambahan, ar-Razi mengaku bahwa beliau merasa kasihan pada dokter yang melakukan mata pencaharian di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter. Ar-Razi juga menyebutkan bahwa tujuan dibuat menjadi dokter yaitu untuk berbuat patut, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga berfaedah untuk warga sekitar.[2] Buku-buku Ar-Razi pada bagian kedokteranBerikut ini yaitu karya ar-Razi pada bagian kedokteran yang dituliskan dalam buku:
Referensi
Pranala luar
Sumber : wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, p2k.nomor.net, dsb. |