Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan
taupasar.com Tuesday, May 26, 2020

Metode Penetapan Harga - Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasisi biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. 

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan
Berbagai Jenis Metode Penetapan Harga - Pixels

Metode Penetapan Harga Berbasis PermintaanAdalah suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferansi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu:
  • Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli).
  • Kemauan pelanggan untuk membeli.
  • Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.
  • Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan.
  • Harga produk-produk substitusi.
  • Pasar potensial bagi produk tersebut.
  • Sifat persaingan non harga.
  • Perilaku konsumen secara umum.
  • Segmen-segmen dalam pasar.
Paling sedikit terdapat tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode penetapan harga berbasis permintaan, yaitu:

a. Skimming Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga yang tinggi bagi suatu produk baru atau inovasi dalam tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan baik jika konsumen tidak sensitif terhadap harga, tetapi lebih menekankan pertimbanganpertimbangan kualitas, inovasi, dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhan.


b. Penetrasion Pricing

Dalam Strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat. Tujuan dari strategi ini untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi biaya per unit. Pada saat bersamaan strategi penetrasi juga dapat mengurangi minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh setiap peusahaan menjadi terbatas.


c. Prestige Pricing

Merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk tersebut, dan kemudian membelinya. Sedangkan apabila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan turun. Produk-produk yang sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain adalah permata, berlian, mobil mewah, dan sebagainya.

d. Price Lining

Lebih banyak digunakan pada tingkat pengecer. Di sini, penjual menentukan beberapa tingkatan harga pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh: sebuah toko yang menjual berbagai macam sepatu dengan model, ukuran dan kualitas yang berbeda, menentukan 3 tingkatan harga yaitu Rp. 30.000, -; Rp. 50.000,-; dan Rp. 100.000, -. Hal ini akan memudahkan dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli dengan harga yang sesuai kemampuan keuangan mereka.


e. Old-Even Pricing

Metode penetapan harga ini sering digunakan untuk penjualan barang pada tingkat pengecer. Dalam metode ini, harga yang ditetapkan dengan angka ganjil atau harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Misalnya harga Rp. 2.975 bagi sekelompok konsumen tertentu masih beranggapan harga tersebut masih berada dalam kisaran harga Rp 2.000-an.

f. Demand-Backward Pricing

Adalah penetapan harga dimana melalui proses berjalan ke belakang, maksudnya perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen, kemudian perusahaan menentukan margin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah itu baru harga jualnya dapat ditentukan.

g. Bundle Pricing

Merupakan strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam satu harga paket. Metode ini didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu paket tertentu secara keseluruhan daripada nilai masing-masing item secara individual. Misalnya travel agency, menawarkan paket liburan yang mencakup transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Metode ini memberikan manfat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total, sedangkan penjual dapat menekan biaya pemasarannya.


Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead, dan laba. Metode penetapan harga berbasis biaya terdiri dari:

a. Standard Markup Pricing

Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase (markup) tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk. Persentase markup besarnya bervariasi tergantung pada jenis produk yang dijual. Biasanya produk yang tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup yang lebih kecil daripada produk yang tingkat perputarannya rendah.

b. Cost Plus Persentage of Cost Pricing

Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase tertentu terhadap biaya produksi atau kontruksi. Metode ini seringkali digunakan untuk menentukan harga satu item atau hanya beberapa item. Misalnya suatu perusahaan arsitektur menetapkan tarif sebesar 15% dari biaya konstruksi sebuah rumah. Jadi, bila biaya konstruksi sebuah rumah senilai Rp 100 juta dan fee arsitek sebesar 15% dari biaya konstruksi (Rp 15 juta), maka harga akhirnya sebesar Rp 115 juta.


c. Cost Plust Fixed Fee Pricing

Metode ini banyak diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya sangat teknikal, seperti mobil, pesawat, atau satelit. Dalam strategi ini, pemasok atau produsen akan mendapat ganti atas semua biaya yang dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi produsen atau pemasok tersebut hanya memperoleh fee tertentu sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final proyek tersebut yang disepakati bersama.


Metode Penetapan Harga Berbasis Laba

Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam mpenetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volumelaba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Metode penetapan harga berbasis laba ini terdiri dari target profit pricing, target return on sales pricing, dan target return on investment pricing.


Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan

Salah satu metode penetapan harga yang akan dijabarkan adalah penetapan harga berdasarkan persaingan. Competitive price merupakan metode penetapan harga dengan menggunakan harga pesaing. Metode penetapan harga berbsis persaingan terdiri dari :


a. Customary pricing

Yaitu metode penetapan harga yang dilakukan dengan berpegang teguh pada tingkat harga tradisional dimana perusahaan berusaha tidak mengubah harga diluar batas yang diterima dengan menyesuaikan ukuran dan isi produk guna mempertahankan harga. Misalnya pada produk makanan ringan.


b. Above, At, or  Below Market Pricing

Yaitu metode penetapan harga dimana perusahaan secara cermat memilih penetapan harga yang berada di atas, sama, atau dibawah harga pasar. Above-market pricing menetapkan harga lebih tinggi dari pada harga pasar, biasanya digunakan pada perusahaan yang memiliki reputasi atau yang memproduksi barang prestise. Dalam market pricing harga diterapkan sebesar harga pasar yang biasanya dikaitkan dengan harga pesaing. Contoh perusahaan yang menerapkannya diantaranya Revlon dan produsen kemeja Arrow. Sementara itu below-market pricing yang menerapkan harga dibawah harga pasar, biasanya banyak diterapkan oleh produsen-produsen produk generik.

c.  Loss leader Pricing

Yaitu metode yang menjual suatu produk di bawah harga biayanya.Tujannyabukan untuk meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan, tetapi menarik konsumen danmembeli produk lainnya, khususnya produk yang ber-markup cukup tinggi. Jadi suatu produk dijadikan semacam pancingan agar produk lainnya juga laku.

d. Sealed Bid Pricing

Yaitu metode yang menggunakan sistem penawaran harga dan biasanya melibatkan agen pembelian. Jadi, bila ada perusahaan atau lembaga yang ingin membeli suatu produk, maka yang bersangkutan menggunakan jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi produk yang dibutuhkan kepada para calon produsen. Setiap calon produsen diminta menyampaikan harga penawaranya untuk produk yang dibutuhkan. Harga penawaran tersebut diajukan dalam jangka waktu tertentu, kemudian diadakan semacam lelang.

_ A. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan

SKIMMING PRICING

Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat.

Contoh :  Nokia N-70


Pada tahun 2005, Nokia mengeluarkan tipe NSeries, salah satunya ialah Nokia N-70. Ponsel smartphone ini berorientasi pada games dan musik, serta memiliki aplikasi 3G, dimana pada saat itu terbilang cukup baru. Berdasarkan pengalaman saya ketika membelinya (pada waktu SMA), harga awal yang ditawarkan pada saat itu cukup tinggi, yaitu sekitar Rp 3.800.000-an. Penjualan N-70 ini cukup besar di Indonesia, terlihat dari pemakaian masyarakat yang sering saya temui saat berjalan-jalan. Tidak jauh-jauh, ketika saya membelinya, teman-teman sekelas saya pun ikut membelinya.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Tetapi popularitas N-70 semakin menurun seiring berkembangnya teknologi dan muncul banyak pesaing, salah satunya pada saat itu muncul ponsel Sony Walkman Series (W800i) yang booming di pasar dan menyebabkan harga N-70 ini jatuh. Lambat laun harga menurun menjadi 2juta sampai 1juta-an.

PENETRATION PRICING Strategi harga penetrasi ialah dimana perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah, dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat.

Contoh : Operator Seluler 3


Pada awal operator ini diluncurkan, promo yang dilakukan terbilang besar-besaran dan murah. Ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat dengan promo murahnya yang gencar dipromosikan, baik dari media televisi, koran, papan iklan, dan sebagainya.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Salah satu promo 3 yaitu “Isi ulang dapet 3x lipat”, dimana pelanggan bisa mendapatkan tiga kali lipat jumlah pulsa setiap isi ulang berupa 1x pulsa utama ke semua operator dan bonus pulsa 2x lipat ke sesama pengguna 3. Jadi setiap isi ulang Rp 10.000, pelanggan akan mendapatkan pulsa Rp 30.000 (Rp 10.000 ke semua operator, Rp 20.000 ke sesama 3).

PRESTIGE PRICING Strategi dimana menetapkan harga yang tinggi demi membentuk image kualitas produk yang tinggi dan umumnya dipakai untuk produk shopping dan specialty. Contoh: Harley Davidson

Berdasarkan website resmi perusahaan Harley Davidson Indonesia, harga pada katalog motor, spare part, dan aksesori-nya sangat mahal dan hanya menjangkau untuk target pasar dalam kalangan konsumen menengah atas atau tertentu saja. Boleh dibilang, hanya mereka yang fanatiklah yang memiliki motor ini, mengingat harga dan biaya perawatannya sangat mahal. Para pelanggan Harley-Davidson bukan hanya memperoleh kenikmatan berkendara, tetapi mereka juga membentuk suatu komunitas. Para pemilik motor ini mengaku baru benar-benar dapat menikmati asyiknya bermotor setelah berada di atas sadel Harley. Ada kebanggaan tersendiri karena kesannya yang jantan, apalagi jika ditambah pernak-pernik jaket dan sarung tangan kulit plus lars tinggi, yang semuanya dipakai untuk kenyamanan dan keselamatan dalam berkendara.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Strategi prestige pricing ini diterapkan oleh perusahaan Harley Davidson dengan tujuan agar konsumen yang sangat peduli dengan statusnya, tertarik dengan produk dan kemudian membelinya. Maka dari itu, perusahaan harus mampu memahami knowledge/segala hal tentang kualitas produk, harapan tertinggi konsumen, dan target marketnya. Perusahaan harus terus menerus memahami kebutuhan konsumennya dan meningkatkan skill untuk meningkatkan prestige dari produk yang ditawarkan.

PRICE LINING

Strategi lining pricing adalah strategi dimana memberikan cakupan harga yang berbeda pada lini produk yang beda (mengelompokkan).

Contoh : Cineplex 21 Group


Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) membentuk jaringan bioskopnya menjadi 3 merek terpisah, yakni Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere untuk target pasar berbeda.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Setelah Cinema XXI berdiri, perlahan Cinema 21 berubah menjadi jaringan bioskop kelas dua, dengan sebagian besar film yang diputar merupakan film-film karya negeri sendiri dan film-film asing yang tidak diputar di Cinema XXI lagi. Harga tiket sebagai contoh di PIM berkisar antara Rp 15.000-Rp 25.000.

Perbedaan mencolok antara Cinema XXI dengan Cinema 21 adalah dengan disediakannya sejumlah fasilitas seperti games, cafe, lounge, hingga ruang merokok di sejumlah gerai XXI. Harga tiket berkisar antara Rp 20.000-Rp35.000._

The Premiere ditargetkan untuk pecinta film yang menginginkan fasilitas yang lebih mewah, seperti lobby khusus, kursi khusus layaknya kelas bisnis di dalam sebuah pesawat, dan juga selimut serta kemewahan-kemewahan lainnya. Harga tiket berkisar antara Rp 50.000 - Rp100.000._

_ODD-EVEN PRICING Strategi menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih murah.

Contoh: Katalog harga supermarket

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

DEMAND-BACKWARD PRICING Strategi harga demand-backaward ialah menentukan harga akhir yang dapat diterima oleh pelanggan dan bekerja dibelakang untuk menentukan apa yang dapat dibebankan oleh perusahaan terhadap pelanggan.

Contoh: Produsen Makanan Ringan


Strategi ini banyak ditemui pada produsen makanan ringan atau snack. Mereka mengurangi isinya sedikit demi sedikit untuk menjaga harga snack tersebut tetap diterima oleh konsumen.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

BUNDLE PRICING Penetapan harga dengan cara menjual produk dalam satu paket dengan satu harga tertentu yang lebih murah dibanding membeli satu unik produk masing-masing.

Contoh: DBroth Online Store - Blackberry Torch Accessories Bundle

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

Perusahaan jual beli online DBroth menawarkan paket aksesoris untuk Blackberry Torch dengan harga $69.99. Bila dibandingkan dengan harga eceran, akan jatuh lebih mahal. Seperti harga baterainya $24.99, travel charger $9.99, sync/charge Pod+micro SD card reader $26.99, data cable $7.99,  dan car charger $6.99. Bila ditotal harganya mencapai $76,95 dan selisih dengan harga paket ialah $6,96.


Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

STANDARD MARKUP PRICING

Harga ditentukan dengan jalan menambahkan presentase tertentu dan biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.

Contoh: Carrefour


Supermarket Carrefour menjual berbagai macam kebutuhan mulai dari grocery, pakaian, elektronik, accessories, furniture, buku, dan masih banyak peralatan lainnya. Dari jenis-jenis kebutuhan tersebut, tentunya memasang markup pricing yang berbeda-beda sesuai dengan jenis took eceran dan jenis produk yang dijual. Sebagai contoh, pakaian dikenai tambahan 15%, sepatu 20%, furniture 35%, dan lain-lain.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan


Metode Penetapan Harga Berbasis Penyesuaian Geografis
(Uniform Delivered Pricing)

SINGLE-ZONE PRICING

Semua pembeli membayar delivered price yang sama dimana pun mereka berada.

Contoh: Dove


Harga shampoo dan sabun Dove di minimarket seperti Alfa Mart Bandung sama dengan Alfa Mart di Surabaya.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan

MULTIPLE-ZONE PRICING Perusahaan membagi daerah penjualannya menjadi beberapa daerah geografis, setiap pembeli yang berada dalam daerah yang sama akan menanggung delivered price yang sama. Besarnya delivered price tergantung pada biaya trasportasi, tingkat persaingan, dan tingkat permintaan di daerah tersebut.

Contoh: Majalah dan surat kabar


Strategi ini sering kita temukan pada harga langganan surat kabar atau majalah untuk lokasi di pulau jawa dan luar pulau jawa. Contohnya harga majalah Kawanku untuk Pulau Jawa Rp 15.000 dan untuk luar Pulau Jawa Rp 16.000.

Contoh metode PENETAPAN harga berbasis Permintaan