Apa hubungan antara tingkat pengangguran dengan pendapatan nasional?

Pendapatan Nasional Dan Inflasi

Pendapatan Nasional merupakan inti dari teori dan kebijakan ekonomi makro. tingkat pendapatan nasional, selain memberikan informasi tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, juga sebagai gambaran awal atas masalah-masalah struktur (mendasar) yang dihadapi dalam suatu perekonomian. Dengan demikian, analisis atas pendapatan nasional sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah pokok yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi. Data pendapatan nasional membantu para perumus kebijakan (pemerintah) untuk menjalankan roda perekonomian menuju tercapai nya sasaran atau tujuan nasional.

A.    Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun.

Besarnya pendapatan nasional dapat ditentukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1.      Pendekatan produksi.

2.      Pendekatan pendapatan.

3.      Pendekatan pengeluaran. 

Tujuan dan manfaat mempelajari pendapatan nasional antara lain :

1.      Untuk mengetahui struktur perekonomian suatu negara.

2.      Untuk mengetahui perkembangan perekonomian suatu negara.

3.      Untuk mengetahui tingkat kemakmuran negara.

4.      Untuk membandingkan perekonomian antarnegara di dunia.

5.      Untuk pengambilan kebijakan ekonomi

Komponen pendapatan nasional terdiri atas:

1.      Sisi produksi, dapat dirumuskan: PN =  PnQn

2.      Sisi pengeluaran, dapat dirumuskan: GNP = C + I + G + (X – M)

3.      Sisi pendapatan, dapat dirumuskan: PN = r + w + i + p

Faktor-faktor yang memengaruhi komponen pendapatan nasional, yakni:

1. Pihak pembeli atau konsumen, yang dirumuskan: Y = C + S

2. Pihak penjual atau produsen, yang dirumuskan: Y = C + I

  • Konsep Pendapatan Nasional

1.      PDB/GDP (Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product) 

Produk Domestik Bruto, PDB dapat didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam waktu satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri. Besarnya nilai PDB Indonesia ditentukan dengan menghitung jumlah barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh seluruh warga negara, tetapi tidak mengikutsertakan nilai barang dan jasa atau pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia di luar negeri. Istilah PDB digunakan untuk tingkat nasional. Sedangkan untuk  tingkat regional dikenal istilah Produk Domestik Regional Bruto, PDRB. PDRB merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh masyarakat di satu wilayah (region), baik di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota.

Seperti juga dengan PDB, PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan besarnya nilai tambah yang diperoleh dari berbagai aktivitas perekonomian di suatu wilayah. Besar kecilnya PDRB suatu provinsi, kabupaten atau kota sangat ditentukan oleh potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mengelolanya. Oleh karena itu, jika perolehan PDRB di tiap daerah akan bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap daerah. PDRB Provinsi DKI Jakarta, dapat berbeda dengan PDRB Nanggroe Aceh Darussalam atau Papua. Begitu pun PDRB Kota Bandung tentu akan berbeda dengan PDRB Kota Surabaya.

2.      PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)

Produk Nasional Bruto, PNB merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap warga negara dalam jangka waktu satu tahun, termasuk nilai barang dan jasa warga negara tersebut yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri. Besarnya nilai PNB Indonesia ditentukan dengan menghitung jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia (baik di Indonesia maupun di luar negeri), tetapi tidak mengikut sertakan nilai barang dan jasa atau pendapatan warga negara asing yang ada di Indonesia.

Produk Domestik Bruto hanya menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah suatu negara. Produk Domestik Bruto masih disebut bruto (kotor) karena belum dikurangi dengan penyusutan. Pendapatan dari faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam suatu perekonomian dinotasikan sebagai FPLN, sedangkan faktor-faktor produksi di dalam negeri dinotasikan sebagai FPDN. Secara aljabar, PNB dapat dirumuskan sebagai berikut :

PNB = PDB – (FPLN – FPDN)

Selisih antara FPLN dan FPDN adalah pendapatan faktor produksi neto dari luar negeri (net factor income from abroad, yang dinotasika dengan FPNLN).  Secara aljabar PNB dapat dihitung dengan rumus berikut:

PNB = PDB – FPNLN

Umumnya, pada negara-negara berkembang, nilai PDB cenderung lebih besar daripada nilai PNB. Hal ini disebabkan penanaman modal asing di negara tersebut lebih besar dengan hasil produk warga negaranya di luar negeri. Oleh karena itu, bagi negara berkembang umumnya PDB lebih banyak digunakan dibandingkan PNB.

3.      NNP (Net National Product)

NNP adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.

RUMUS :

NNP = GNP – Penyusutan

4.      NNI (Net National Income)

NNI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax)

RUMUS :

NNI = NNP – Pajak tidak langsung

5.      PI (Personal Income)

PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.

RUMUS :

PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan )

6.      DI (Disposible Income)

DI (Disposible Income) adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.

RUMUS :

DI = PI – Pajak langsung

B.     Definisi Pengangguran dan inflasi

·         Definisi pengangguran

Pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang yang ingin bekerja dan mempunyai kemampuan di bidang masing-masing tetapi dikarenakan terbatasnya suatu pekerjaan yang tersedia dan tidak memadai bahkan bisa juga tidak tersedianya lapangan kerja. Pengangguran juga dapat didefinisikan sebagai berikut yaitu seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. 

Golongan penduduk yang termasuk sebagai angkatan kerja adalah sebagai berikut : Penduduk yang berumur antara 15 hingga 65 tahun kecuali ibu rumah tangga yang lebih suka menjaga keluarganya. Orang yang belum mencapai umur 65 tahun tetapi sudah pensiun dan tidak mau bekerja lagi. Pengangguran sukarela yaitu golongan penduduk dalam lingkungan umur tersebut yang tidak aktif mencari pekerjaan.

Pengangguran menyebabkan produktivitas masyarakat berkurang sehingga banyak menyebabkan timbulnya kemiskinan, tingkat kriminalitas meningkat dan masalah sosial lainnya yang akan terjadi. Yang jika dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kekacauan politik dan sosial disuatu negara ini sehingga dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi disuatu negara  sehingga dapat mengakibatkan menurunnya GNP dan pendapatan perkapita disuatu Negara. Hal demikian sangat dapat membahayakan untuk suatu Negara bahkan jika suatu Negara tersebut sedang berkembang pesat disuatu bidang.

·         Jenis-jenis pengangguran :

1.      Pengangguran friksional  (frictional unemployment)

Adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja untuk meninggalkan kerjaannya dan mencari kerjaan lebih baik lagi atau mencari kerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya.

Contoh :

  • seorang guru di Medan, misalnya berhenti bekerja karena mengikuti suaminya yang dipindahkan ke Jakarta. Di tempat yang baru ini guru tersebut mencari kerjaan kembali. 
  • seorang wanita yang bekerja sedang mengandung anaknya yang pertama dan memutuskan untuk berhenti kerja. Setelah anaknya berumur beberapa bulan ia memutuskan mencari kerja kembali.

2.        Pengangguran Musiman (seasonal unemployment)

Adalah suatu keadaan dimana seseorang harus menganggur, karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek.

Contoh :

  • Petani, misalnya akan selalu dapat digolongkan sebagai penganggur musiman karena mereka tidak selalu dapat bekerja sepanjang tahun. Dan diantara menanam dan panen meraka harus menganggur karena beberapa bulan diperlukan agar tanamannya mendapatkan hasil.

3.        Pengangguran siklikal

Adalah jenis pengangguran yang disebabkan karena adanya imbas dari naik turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran pekerjaan.

4.      Pengangguran struktural

Adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan ekonomi (berkembang atau mengalami kemunduran), yang disebabkan karena perkembangan teknologi, persaingandari luar negeri atau luar daerah, dan pertumbuhan yang pesat dari kawasan lain.

Contoh :

  • Sebelum industri komputer berkembang permintaan yang besar ke atas untuk mesin tik. Dengan penggunaan computer yang semakin meluas, permintaan mesin tik pun menjadi berkurang dan industrinya mengalami kemunduran,dan sebagian pekerja dalam industri ini akan menganggur.

5.      Pengangguran sukarela

Adalah pengangguran yang dikarenakan adanya kesempatan kerja tetapi orang yang menganggur itu tidak bersedia menerimanya pada tingkat gaji yang berlaku.

6.      Pengangguran terpaksa

Adalah pengangguran yang diakibatkan apabila seseorang bersedia menerima pekerjaan pada tingkat gaji yang berlaku , tetapi pekerjaan itu tidak bersedia.

Contoh :

  • Seseorang yang memang sangat ingin mendapatkan pekerjaan tetapi perusahaan tersebut tidak membutuhkan karyawan lagi atau persyaratannya untuk menjadi karyawan tersebut tidak sesuai atau kurang.

7.      Pengangguran tersembunyi

Adalah pengangguran yang keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.

Contoh :

  • Dalam kegiatan ekonomi dapat dijalankan secara efisien dengan menggunakan 5 pekerja, tetapi pekerja yang sebenarnya adalah 8 orang.Dalam contoh ini kelebihan 3 pekerja tersebut yang digolongkan sebagai penganggur tersembunyi.

8.        Pengangguran setengah menganggur

Adalah keadaan pengangguran dimana seseorang, pekerja itu melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal.

·         Definisi Inflasi

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suatu harga atas barang-barang secara umum dari waktu ke waktu secara terus menerus.

Tingkat kenaikan harga baru dapat dikatakan sebagai inflasi bila kenaikan itu meluas dan mempengaruhi kenaikan harga untuk barang yang lain. Sehingga kenaikan harga untuk satu atau dua barang saja dapat dikatakan sebagai inflasi, kecuali bila telah mempengaruhi harga barang lainnya.

·         Jenis-jenis Inflasi

Jenis-jenis inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan berbagai faktor yang membedakannya.

Berdasarkan asalnya :

a.      Inflasi Dalam Negeri (Domestic Inflation)

Adalah inflasi yang terjadi didalam negeri, umumnya disebabkan karena defisit anggaran belanja yang dibiayai oleh percetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dll.

b.      Inflasi Luar Negeri (Imported Inflation)

Adalah inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor, yang terjadi karena kenaikan tarif impor barang atau karena tingginya biaya produksi di luar negeri.

Berdasarkan tingkat tingginya inflasi :

·         Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun)

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, biasanya kurang dari 10% setahun, kenaikan harga berjalan secara lambat dan biasanya berlangsung relatif lama.

·         Inflasi sedang (10% sampai 30% pertahun)

Inflasi berkisar antara 10%–30% per tahun yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan biasanya berlangsung relatif singkat. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, berkisar antara 10–100%.

·         Hiper inflasi (diatas 100% pertahun)

Hiperinflasi adalah inflasi yang sangat tinggi atau tak terkontrol. Garis pembatas antara inflasi wajar dengan hiperinflasi agak kabur. Namun para ekonom kontemporer umumnya menggunakan istilah hiperinflasi untuk situasi yang tingkat harga meningkat melewati level 50% per bulan atau per tahun. Hiperinflasi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Karena naiknya harga secara drastis sehingga mencapai 4 digit (>100%).

Hubungan antara Inflasi dengan Pengangguran

Setiap negara mengharapkan untuk mencapai tahap kegiatan ekonomi pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. Dalam prakteknya, hal ini sulit dilakukan. Ahli- ahli ekonomi menyadari bahwa hubungan antara tingkat inflasi ( prosentase ) dengan tingkat pengangguran ( prosentase ) adalah berbanding terbalik, artinya semakin tinggi tingkat pengangguran maka tingkat inflasi akan semakin rendah dan sebaliknya.semakin rendah tingkat pengangguran maka inflasi akan semakin tinggi.

Kalau hubungan ini digambarkan secara statistik dalam kurva salib sumbu, dimana sumbu tegak mewakili tingkat inflasi sedang sumbu datar mewakili tingkat pengangguran, maka bentuk kurva yang terjadi adalah melandai dari kiri atas kekanan bawah. Secara teori kalau terjadi pengurangan jumlah penganggur ( yang bekerja bertambah ) maka jumlah barang yang diminta akan bertambah. Tekanan permintaan ini akan menekan inflasi keatas dan sebaliknya.

Secara teori amat jelas apabila pengangguran mencapai 0 % maka tingkat inflasi juga akan tinggi tak terkendali . Dengan demikian tingkat inflasi harus dikendalikan oleh pemerintah sampai pada tingkat  tertentu yang tetap mendorong produksi barang barang, tapi juga dapat terbeli oleh sebagian terbesar konsumen.

Sebagai risikonya apabila pemerintah menetapkan tingkat inflasi tersebut diatas, maka akan ada tingkat pengangguran pada tingkat tertentu. Tingkat inflasi merupakan salah satu tolok ukur keberhasialan pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Secara umum tingkat inflasi yang dapat diterima untuk setiap negara adalah pada level  antara 2% sampai dengan 4 %. Dengan demikian secara teori menurut kurva diatas maka setiap negara pasti ada tingkat penggangguran  atau sejumlah orang yang tidak dapat terserap dalam kesempatan kerja yang tersedia.

Orang orang yang demikian inilah yang sering disebut dengan penganggur alamiah. Mereka mengangur bukannya tak mau bekerja, tapi yang pertama adalah kemampuan sumber sumber produksi untuk menyerapnya terbatas, sedang yang kedua adalah sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah untuk mempertahankan tingkat inflasi pada level tertentu.

Karena tingkat penganggur pada level tertentu ini merupakan tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam bidang ekonomi , maka pemerintah setiap negara berusaha untuk mencapainya, yaitu dengan berusaha menambah kemampuan kapasitas produksi.

·         Teori Inflasi

Beberapa teori yang menjadi landasan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut.

1.      Teori Kuantitas

Menurut teori kuantitas, inflasi disebabkan oleh jumlah uang beredar melebihi kebutuhan dan adanya ekspektasi atau perkiraan masyarakat mengenai kecenderungan kenaikan harga-harga pada masa yang akan datang.

2.      Teori Keynes 

Menurut teori Keynes inflasi disebabkan oleh permintaan total terhadap barang dan jasa yang melebihi kemampuan berproduksi masyarakat.

3.      Teori Strukturalis

Menurut teori strukturalis, inflasi adalah pengiring yang alami bagi pertumbuhan ekonomi, sehingga inflasi tidak dapat dikendalikan melalui kebijakan fiskal maupun moneter tanpa menimbulkan pengangguran atau kemandegan (stagnasi) dalam pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut terjadi karena adanya kekakuan pada beberapa kegiatan ekonomi, seperti kekakuan pada penerimaan ekspor yang tumbuh lebih lamban dari sektor lain serta kekakuan dari tingkat produksi (bahan makanan) di dalam negeri tidak secepat pertumbuhan pendapatan per kapita.

Teori Strukturalis ini, pertama kali muncul di Amerika Latin oleh sekelompok ahli ekonomi yang tergabung dalam sebuah lembaga PBB, Economic Comission for Latin America (ECLA). Tokohnya adalah Raul Prebisch (1901-1986), Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi PBB tersebut, yang juga pernah menjabat Guru Besar Ekonomi Politik di Universitas Buenos Aires, Argentina.

·         Dampak Inflasi terhadap Pendapatan Masyarakat

Beberapa masalah sosial yang timbul akibat inflasi, di antaranya menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan, dan terganggunya stabilitas ekonomi.

·         Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Tingkat kesejahteraan rakyat, umumnya diukur dengan daya beli masyarakat dari pendapatan yang diperolehnya. Adanya inflasi menyebabkan daya beli masyarakat semakin rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap (kecil). Sebagai contoh, jika seseorang memperoleh pendapatan tetap setiap bulannya sebesar Rp500.000,00, sedang laju inflasi sebesar 10%, ia akan mendapat kerugian berupa penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp50.000,00. Dengan kata lain, inflasi sangat merugikan masyarakat yang berpenghasilan tetap dan kecil tersebut.

·         Memburuknya Distribusi Pendapatan

Dampak negatif inflasi terhadap tingkat kesejahteraan sebenarnya dapat dihindari jika laju pertumbuhan tingkat pendapatan lebih besar dari laju inflasi tersebut. Dengan kata lain, bagi pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi akan mendapatkan keuntungan karena adanya inflasi. Akan tetapi, dalam kenyataannya di masyarakat hanya segelintir orang yang memiliki kemampuan meningkatkan pendapatannya melebihi laju inflasi. Dengan demikian, inflasi hanya menyebabkan terjadinya pola pembagian pendapatan masyarakat menjadi lebih timpang. Inflasi ibarat pajak bagi orang yang berpendapatan tetap dan merupakan subsidi bagi mereka yang berpendapatan tidak tetap.

·         Terganggunya Stabilitas Ekonomi

Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan masa depan (ekspektasi) para pelaku ekonomi. Dengan perkiraan bahwa harga-harga akan terus naik, konsumen melakukan pembelian barang dan jasa yang lebih banyak dari seharusnya. Bagi produsen, perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Kondisi ekonomi secara keseluruhan menjadi lebih buruk.

Selain ketiga dampak yang telah disebutkan di atas, inflasi berpengaruh bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, yaitu menurunnya daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa. Namun bagi masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap adanya inflasi tidak menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap daya beli.

·         Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama periode tertentu, di antaranya Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), dan Indeks Harga Implisit (IHI).

·         Indeks Harga Konsumen (IHK)

IHK adalah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang biasa dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Indeks Harga Konsumen digunakan untuk melihat inflasi dari sisi konsumen. Jadi, Indeks Harga Konsumen mengukur tingkat harga barang atau jasa yang dianggap mencerminkan konsumsi masyarakat secara rata-rata. IHK biasanya dihitung berdasarkan suatu survei biaya hidup di daerah perkotaan yang dilakukan secara berkala. Secara umum, jenis barang dan jasa dalam IHK dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu makanan, pakaian, perumahan, serta aneka barang dan jasa.

·         Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

IHPB adalah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang diterima oleh produsen pada berbagai tingkat produksi. Indeks Harga Perdagangan Besar digunakan untuk melihat inflasi dari sisi produsen. Jadi, IHPB menggambarkan besarnya perubahan harga pada tingkat harga perdagangan besar ataupun harga grosir dari sejumlah komoditas tertentu yang diperdagangkan di suatu negara atau daerah. IHPB dikelompokkan ke dalam lima sektor utama, yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, ekspor, serta impor migas maupun nonmigas.

·         Indeks Harga Implisit (Deflator PDB)

Indeks Harga Implisit (Deflator PDB) adalah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang biasa dibeli konsumen dalam jumlah yang besar dan biasanya meliputi wilayah yang lebih luas. Indeks Harga Implisit digunakan untuk melihat inflasi dari sisi perekonomian secara makro. Indeks Harga Implisit (IHI) atau PDB deflator diperoleh dengan membagi PDB nominal (PDB harga berlaku) dengan PDB riil (PDB harga konstan) pada tahun tertentu.

Untuk menanggulangi inflasi dapat ditempuh tiga kebijakan, yaitu sebagai berikut.

1.      Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang berkaitan dengan pengendalian jumlah uang beredar serta pengaturan tingkat suku bunga dan kredit. Kebijakan moneter biasanya lebih efektif dalam mengatasi masalah inflasi daripada untuk mendorong ekspansi kegiatan ekonomi dalam jangka pendek. Hal tersebut disebabkan oleh inflasi dan dapat diatasi dengan mengendalikan permintaan total masyarakat melalui pengurangan jumlah uang beredar. Instrumen yang biasanya dipakai dalam kebijakan moneter oleh Bank Sentral dalam menanggulangi atau mengatasi masalah inflasi, yaitu sebagai berikut :

       I.            Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah setiap usaha untuk memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk membeli atau menjual surat-surat berharga milik negara. Kegiatan penjualan surat berharga oleh pemerintah di pasar terbuka akan mengurangi cadangan wajib bank umum. Dengan demikian, di masyarakat jumlah uang beredar akan berkurang dan kenaikan harga-harga pun dapat ditekan.

    II.            Kebijakan Tingkat Suku Bunga Diskonto (Discount Rate Policy)

Kebijakan tingkat suku bunga diskonto adalah tindakan Bank Sentral untuk mengubah tingkat suku bunga diskonto yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari Bank Sentral. Kenaikan suku bunga diskonto akan menyebabkan naik suku bunga kredit kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi yang diberikan akan turun. Turunnya kredit investasi berakibat pula pada menurunnya pendapatan nasional, dan berpengaruh terhadap turunnya permintaan agregat yang pada akhirnya harga-harga barang pun akan turun.

 III.            Kebijakan Cadangan Wajib (Reserve Requirement Policy)

Kebijakan cadangan wajib berkaitan dengan tindakan Bank Sentral dalam menetapkan cadangan wajib bagi bank umum di Bank Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh Bank Sentral tinggi, jumlah pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang beredar di masyarakat menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.

 IV.            Kebijakan Kredit Selektif

Kebijakan kredit selektif berkaitan dengan kebijakan bank umum dalam menyalurkan kredit kepada nasabah (masyarakat) dengan memperhatikan unsur 5C (character, collateral, capital, capacity, dan condition of economy)

2.      Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal seperti pengurangan pengeluaran pemerintah dan kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut.

  1. Meningkatkan penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat atau dengan mengenakan jenis-jenis pajak baru.
  2. Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.
  3. Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikan lagi di kemudian hari (misalnya dalam bentuk pensiun).

Sumber :

http://tariarmitaputri.blogspot.co.id/2014/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengertian-konsep-pendapatan-nasional/ 

http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/03/rangkuman-pendapatan-nasional.html

http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/05/rumus-perhitungan-pendapatan-nasional.html