Berikut yang termasuk dalam publik masa depan kecuali

Istilah Public Relation sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20, namun gejalanya sudah tampak pada abad-abad sebelumnya bahkan pada sejak manusia masih primitive. Dimana unsur-unsur dasarnya adalah memberikan informasi, membujuk, dan mengintegrasikan kepada khalayak atau public sudah terjadi pada kehidupan masyarakat zaman dahulu, contohnya Cleopatra dengan keindahannya sebagai ratu menerapkan kegiatan Public Relations sewaktu menyambut Marc Anthony ditepi sungai Nil. Selain itu, pada zaman kejayaan Mesir kuno Public Relation dilaksanakan para pemimpin dan penguasanya malalui seni dan sastra dalam bentuk pyramid, Obelisk, Candi, Spink, atau patung-patung lainnya mengenai keagungan dan keindahan raja.

Suatu langkah maju kegiatan Public Relation terlihat pada abad pertengahan dimana timbul perserikatan-perserikatan dagang yang disebut Gilda yang merupakan suau organisasi dari orang- orang yang bermata-pencaharian sama dengan tujuan untuk membatasi persaingan dari dalam dan dari luar. Sejalan dengan itu, perkembangan public relation di dunia pun semakin cepat dan pesat yang dapat dibagi menjadi beberapa fase perkembangan antara lain, perkembangan demokrasi, revolusi industri, perkembangan Serikat-serikat Buruh dan public relation modern.

  • Perkembangan Public Relations di Indonesia

1. Perkembangan Public Relation Pada Masa Kerajaan

Pada dasarnya praktik public relation sudah ada di Indonesia sebelum kedatangan Belanda. Hal ini terbukti bahwa, pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia yaitu pada masa kerajaan Mataram dimana adanya usaha penembahan Senopati untuk menyebarkan ”gosip” bahwa keturunannya akan menjadi pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul. Menurut salah satu versi sejarah, usaha itu dimaksudkan untuk menyaingi pengaruh pada adipati di pesisir utara Jawa yang kekuasaannya drestui oleh para Sunan atau Wali yang sangat disegani.

2. Perkembangan Public Relation Pada Masa Kemerdekaan

Ketika merumuskan konstitusi, ada banyak jurnalis atau wartawan yang menunggu kelanjutan peritiwa setelah proklamasi kemerdekaan sehari sebelumnya. Akhirnya pertemuan itu ditunda untuk memilih presiden dan wakil presiden pertama Indonesia dan diumumkan kepada para jurnalis yang ada. Itu, fase media relations yang penting.

Ketika perang kemerdekaan, adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga mendukung diplomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri. RRI juga disebut sebagai bagian dari aktivitas public relation ketika mengeluarkan program siaran luar negeri, yang kini pemancarnya ada di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ada pula upaya untuk membantu India dalam mengatasi kelaparan dalam Program Rice for India, sekalipun Indonesia belum memiliki surplus beras.

3. Perkembangan Public Relation Pada Masa Orde Baru

Setelah perang kemerdekaan, mulai berdatangan beberapa perusahaan minyak diantaranya Shell, Stanvac, Caltex. Sebagai perusahaan multinasional, mereka memiliki organ bernama public relation. Dimana S. Maimoen, R Imam Sajono dan Soedarso yang di tahun 1950-an mulai dikenal sebagai PR Officer yang berlatar belakang dari kalangan jurnalistik. Tahun 1954, Garuda Indonesian Airways mulai mengembangkan unit public relation. Di tahun 1955, Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit public relation. Kemudian diikuti oleh RRI. Sekalipun demikian, beberapa angkatan bersenjata juga memiliki unit informasi yang dibawa kontrol presiden waktu itu. Di tahun 60-an, istilah ”purel” sebagai akronim public relations makin populer digunakan ketimbang term kehumasan.

Konsultan public relation “Pertama” Adalah PT Inscore Zecha yang dipimpin M. Alwi Dahlan tercatat sebagai konsultan public relation pertama yang berdiri di Indonesia tahun 1972. Kebanyakan mereka mengelola kepentingan publisitas dalam bentuk iklan. Sejak tahun 1970, sekitar 20 tahun national Development Information Office mendukung pengelolalaan public relation pemerintah RI untuk dunia internasional.

Universitas Padjajaran menjadi universitas pertama yang membuka Fakultas Public Relations di tahun 1964 dengan ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi dekannya. Setelah itu, banyak berkembang pendidikan public relation dalam bentuk program studi hingga pendidikan di tingkat diploma. Tanggal 15 Desember 1972 merupakan momen deklarasi asosiasi public relation Indonesia yaitu Perhumas yang dihadiri oleh beberapa PRO perusahaan minyak dan konsultan serta akademisi term Asosiasi PR.

Di tahun 1974 posisi unit public relation dalam organisasi pemerintah sudah mulai dipegang pejabat eselon III. Beberapa tahun kemudian meningkat menjadi eselon II. Karena itulah di tahun 1974 ada Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) yang diketuai Direktur Humas Pembangunan Menteri Penerangan.

Dalam pertemuan di Kuala Lumpur, 26 Oktober 1977, Perhumas bersama asosiasi humas di negara-negara ASEAN bergabung dalam Federasi Organisasi public relation ASEAN dan menggelar Kongres PR Asean pertama di tahun 1978 di Manila. Pada tanggal 10 April 1987, Asosiasi Perusahaan public relation Indonesia dibentuk suatu wadah profesi Humas yg disebut APPRI ( Assosiasi Perusahaan Public relation Independen ) yang mempunyai tujuan :

  1. Mewujudkan fungsi PR yang jujur,Bertanggung jawab sesuai dengan kode etik
  2. Memberi Informasi terhadap Klien bahwa APPRI memberi Nasehat dalam PR
  3. Mengembangkan kepercayaan umum atas public relation
  4. Dan kemudian tanggal 11 November 2003, tercatat sebagai kelahiran PR Society Indonesia.
  • Pengertian Public Relation

Public relation adalah proses interaksi dimana public relation menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya. Crystallizing Public Opinion menyebutkan bahwa public relation adalah profesi yang mengurusi hubungan antara suatu perusahaan dan publiknya yang menentukan hidup perusahaan itu (Widjaja,2001).

Public relation adalah fungsi khusus manajemen yang membantu membangun dan memelihara komunikasi bersama, pengertian, dukungan, dan kerjasama antara organisasi dan publik, melibatkan masalah manajemen, membantu manajemen untuk mengetahui dan merespon opini publik, menjelaskan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani minat publik, membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, berguna sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi tren, dan menggunakan penelitian dan teknik suara yang layak dalam komunikasi sebagai alat utama (Maria, 2002).

a. Tujuan Public Relation

Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan (Davis, 2003).

b. Fungsi Public Relation

Menurut Maria (2002, p.31), “public relation merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut”. Hal ini sekedar memberikan gambaran tentang fungsi public relation yaitu:

1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangatberguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa public relation lebih berorientasi kepada pihak perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari konsumen.

A. Apa Yang Dibutuhkan Public Relations Di Era Social Media

Public Relations (PR) adalah sebuah profesi yang sudah terbangun berpuluh-puluh tahun lalu. Ilmu ke-PR-an sudah tertata begitu bagus dan mapan, serta diajarkan di berbagai Perguruan Tinggi, baik di Jurusan Komunikasi, maupun di sekolah-sekolah khusus ke-PR-an. Namun, ilmu-ilmu yang sudah mapan itu kini harus diperbarui lantaran munculnya fenomena social media seperti Facebook, Twitter, Plurk, dan sebagainya.

Internet membuat kerja praktisi PR masa kini mengalami perubahan yang sangat luar biasa. PR masa kini bukan hanya harus lihai berhubungan dengan influencer, termasuk media, tetapi juga dituntut untuk fasih berhubungan langsung dengan konsumen. Dan kita semua paham, karakter konsumen maya sudah pasti tidak sama dengan karakter jurnalis, media atau industri media, atau karakter medium dan influencer lain.

Konsumen yang bergabung di social media tidak butuh bahasa yang manis dan formal ala siaran pers. Yang mereka butuhkan adalah juru bicara perusahaan yang mengerti kebutuhan mereka dan sekaligus merespon keluhan mereka secepat mungkin. Konsumen juga butuh seorang praktisi PR yang bisa berinteraksi langsung dengan mereka dan melakukan percakapan. Tentu saja, ini bukan pekerjaan mudah. Apalagi praktisi PR itu wajib “berbicara” sesuai brand personality yang diwakilinya.

Mengapa harus demikian? Sebab konsumen bebas berteriak di Internet. Produk yang mengecewakan atau cacat tak mudah ditutupi dengan taktik-taktik PR tradisional. Kita tidak bisa begitu saja mengancam dan membungkam mereka. Bahkan upaya membungkam akan menimbulkan gerakan melawan yang lebih kencang, bahkan mendapat dukungan dari konsumen lain yang merasa mendapat pengalaman yang serupa. hanya perilaku konsumen yang berubah dengan adanya social media. Yang juga juga berpotensi memusingkan banyak praktisi PR adalah kecepatan perubahan medium di social media. Tiga tahun lalu Friendster merajalela di Indonesia. Namun sejak setahun Facebooklah yang menjadi fenomena. Jika sebelumnya Plurk mendominasi microblogging di Indonesia,kini giliran Twitter yang lagi dipuja-puja.

Nah, yang memusingkan para praktisi PR, perilaku konsumen di setiap media baru ini juga berbeda-beda, tergantung pada fitur yang menjadi andalannya. Apa boleh buat, praktisi PR juga harus berpacu melawan kencangnya laju perkembangan media online di soial media ini.

Tidak mengherankan bila sekarang sedang tren lowongan pekerjaan untuk posisi PR, terutama di konsultan dan agency, ditambahi dengan kualifikasi “familiar dengan social media, dan media online”. Jika anda ingin tetap mengkilap di dunia ke-PR-an masa kini, saya rekomendasikan untuk segera memiliki kompetensi di tiga bidang di bawah ini:

1. Komunikasi

Ini kemampuan wajib tentunya. Tapi perlu ditekankan bahwa kompetensi komunikasi yang dimiliki buka hanya sekedar kemampuan untuk membuat siaran pers dan berhubungan dengan media. Komunikasi disini adalah kemampuan untuk menulis ala internet dengan bahasa yang kasual, sebuah revolusi komunikasi lisan yang ditulis.  Sebuah kemampuan komunikasi bukan hanya mampu menulis yang baik, tapi mampu berinteraksi dengan konsumen.

2. Pemasaran

Para praktisi PR pada akhirnya juga harus mengerti konsep-konsep pemasaran. Ketika PR harus berhubungan langsung dengan konsumen, maka ilmunya harus diperluas dengan ilmu pemasaran. Konsep 4P (kalau bisa malah sampai 7P) sebaiknya semakin dipahami, sehingga lebih mudah berkomunikasi dengan konsumen. Di era social media, apa boleh buat, batas antara peran PR dan Marketing semakin kabur.

Praktisi PR kini juga harus bisa menganalisis, medium mana di internet dimana mereka harus terjuni. Mereka mau tak mau harus belajar mengenai tren perilaku konsumen di Online, dan bagaimana mendekati mereka.

3. Teknologi

PR pada akhirnya harus update dengan teknologi terbaru. Mereka harus terus mengikuti perkembangan teknologi. Bila sekarang sedang tren Twitter, maka mereka harus terjun ke dalamnya biar mengerti bagaimana sebenarnya Twitter itu. Apa yang bisa dilakukan, aplikasi apa saja yang ada di Twitter yang bisa mendukung pekerjaan mereka.

Praktisi PR juga wajib mempelajari Facebook. PR harus mengerti apa beda Profile Page, Fans Page, Groups, dan Causes di Facebook, termasuk memantau perkembangan yang sangat pesat. Fans Page Facebook misalnya, terus menerus mengalami perubahan dan perbaikan yang bermanaaf untuk komunikasi merek. Pada saat yang sama praktisi PR juga perlu memahami aplikasi Facebook yang juga berkembang sangat cepat. Dengan memahami teknologi ini, praktisi PR diharapkan memahami implikasi aplikasi baru tersebut terhadap perusahaan dan merek yang ditangani.

Ketiga kemampuan itu, saya yakin, harus menyatu dalam diri praktisi PR masa kini dan masa depan. Setelah kita membahas dari mulai awal sejarah PR, perkembangan Public relation dan perkembangan Public Relation saat ini, sekarang kita akan membahas bagaimana Public Relation Di Masa Yang Akan datang.

PUBLIC RELATION DI MASA DEPAN

Pandangan saya terhadap Public Relation di masa depan pastinya akan makin maju dan di butuhkan oleh Perusahann-perusahaan berkembang. Perusahaan membutuhkan Public Relation (PR) sebagai mata dan telinga. PR pun memainkan peran besar dalam membentuk opini publik tentang sebuah perusahaan. mengingat PR memiliki posisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi maupun perusahaan. Terutama jika perusahaan tersebut kerap berinteraksi dengan masyarakat luas. Posisi PR sangat menentukan opini publik sebuah perusahaan. Sebab, PR merupakan salah satu front liner (ujung tombak) penting dalam membangun citra perusahaan.

Banyak anggapan jika ingin menjadi seorang PR yang handal, maka hanya bisa didapatkan dengan menuntut ilmu di luar negeri. Padahal, perguruan tinggi kini semakin berbenah diri meningkatkan kualitas mutu pendidikan untuk menelurkan lulusan yang kompeten.

PR di Era ini adalah ere berkibarnya Web 2.0. Apa sih sebenarnya arti istilah ini ? O’Reilly Media adalah yang pertama dalam mencetuskan istilah Web 2.0 ini pada tahun 2003. Baru pada tahun 2004 lah istilah ini dipopulerkan dalam suatu konferensi pertama dengan tema ini. Web 2.0 merujuk pada orld wide web yang merupakan generasi ke-2 internet. Web 2. 0 bukanlah berisi spesifikasi-soesifikasi baru akan dunia internet. Melainkan lebih ditujukan kepada pengembangan content yang sebelumnya sudah dimiliki pada generasi pertama.

Pengembangan itu seperti layanan-layanan pengembangan berbasis web seperti situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial tersebut melingkupi situs facebook, twitter, skype, dan sebagainya. Layanan ini menekankan kepada perpaduan antara format online dan sharing antar pengguna internet,

Maka sejak hadirnya media sosial ataupun situs jejaring sosial dalam beberapa tahun terakhir ini. Dunia Public Relations yang adalah sesuatu yang berhubunganan dengan interaksi kepada public pun ikit berubah. Maka orang-orang ataupun sistem di dalam public relation pun harus bisa beradpatasi dengan perkembangan web 2.0 ini

Untuk mengahadapi ini public relation pun mulai mengatur ulang bagaimana posisi diri mereka dalam suatu masyarakat. Hal tersebut perlu dipertimbangkan ulang karena adanya perubahan dalam masyarakat saat ini. Cara-cara konvensional pun mau tidak mau hars segera ditinggalkan.

Dengan adanya media sosial seperti itu, public relation tidak lagi bisa menggunakan cara lama denagn hanya menutupi keburukan dan memolesi citra suatu perusahaan. Dengan mengadakan jumpa pers dengan wartawan. Atau dengan memabuat iklan yang sangat banyak di media-media cetak.

Saat ini citra yang mereka coba bangun dengan cara konvensioanal akan segera terhapus dengan beredarnya komentar,cerita,ataupun sharring pengguna dengan pengguna lainnya dalam suatu situs jejaring sosial. Dan hal tersebut susah dibendung dan dibatasi oleh seorang public relation ahli pun di Indonsia. Public relation harus menggunakan media sosial baru ini sebagai wadah atau alat dalam menyampaikan pesannya atau gambaran kepada khalyak luas. Dan dengan public relation ini kita bisa memanfaatkan menu dari media sosial untuk berinteraksi langsung kepada khalayak atau targen pasaran suatu klien perusahaan.

Dengan menjalin hubungan lansung dengan target khalayak akan jauh lebih bisa membangun citra perusahaan yang baik di depan public. Dan jangan lupa saat para humas bekerja membangun image perusahaan atau suatu produk haruslah sesuai dengan kegiatan pemasaran mereka ( sesuai dengan konsep integraeted media communication). Sehingga jangan sampai saat public menangkap ketidakselarasan antara tujuan bagian pemasaran dan bagian pubic relations.

Adaptasi dalam humas harus dihadapi perubahan yang harus dimabil bukan hanya masalah saja. Para klien menuntu para agen untuk bisa membangun citra perusahaan atau produk mereka dengan lewat media sosial. Atas tuntutan klien tersebut maka mau tidak mau profesi ini dituntut untuk bisa memanfaatkan media sosial sebagai medium penting penyampaian pesan yang efektif kepada public. Ini merupakan tantangan baru yang harus dapat ditangani bidang humas dengan baik. Dimana mereka harus beradaptasi dengan media ini dengan membuat strategi-strategi baru yang efektif.

Hal yang serupa juga mempengaruhi dunia periklanan dan jurnalisme. Dimana saat ini tercatat bahwa lebih banyak pengiklan yang beriklan dalam media sosial dibandingkan media cetak ataupun media siar. Ini tantangan baru bagi para pihak marketing untuk membuat iklan yang pas untuk medium baru ini.

Dengan cara ini masa depan PR ada pada partisipasi atau gaul dalam masyarakat, bukan pada pitching. Web 2.0 untuk menyampaikan pesan perusahaan, membangun image perusahaan, dengan cara yang lebih efektif daripada sekedar konperensi pers, press release dan media relations konvensional. Pada prinsipnya, PR tidak lagi bisa diandalkan atas kontrol terhadap pesan tapi lebih didasarkan kepada pentingnya partisipasi dalam dialog yang berjalan dalam jaringan-jaringan komunitas di dunia. Peluang baru PR di masa depan perlu dikembangkan dengan memperhatikan perkembangan komunitas pengamat industri melalui media online.

  • Bagaimana Strategi Online Public Relations di Era Web 2.0?

Di dunia maya, konsumen bisa mengekspresikan kehendak mereka tanpa tergantung pada media mainstream. Mereka dapat membentuk komunitas online mereka sendiri, baik berbasis hobi maupun sebuah brand. Mereka juga saling berbagi informasi melalui blog, forum dan media online, sekaligus menjalin network melalui social media seperti Facebook dan Friendster. Bebasnya penyampaian pesan dalam dunia maya antara konsumen, publik, dan perusahaan/brand, membuat posisi konsumen setara dengan produsen dan media.

Apaboleh buat, kehadiran internet telah mengubah dunia Public Relation. Jika sebelumnya para humas lebih banyak bersentuhan dengan media (melalui strategi Media Relations), dengan pemerintah (melalui Goverment Relations) dan sedikit bersentuhan dengan konsumen melalui MarketingPR, maka kini mereka harus bersentuhan langsung dengan publik dan konsumen di dunia maya.

  • Corporate Culture Hambat Corporate Blogging: Wordcamp Indonesia

Hanya segelintir perusahaan Indonesia yang mengadopsi corporate blog di situs korporatnya hingga saat ini. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Padahal sudah terbukti bahwa corporate blog amat dibutuhkan sebuah situs korporat untuk menjalin komunikasi dua arah dengan pasar dan pelanggan menggunakan bahasa yang informal.

Corporate blog adalah konsep blog yang diterapkan di sebuah situs korporat. Berbeda dengan situs web yang bahasanya amat formal, memuat informasi perusahaan, produk dan solusi perusahaan, blog korporat justru ditulis secara santai, bahasanya membumi, dan mengajak bicara audiencenya di dunia maya. Jika situs korporat berisi informasi satu arah dari perusahaan ke konsumen dan pasar, sebaliknya blog korporat berbicara dua arah dengan konsumen dan pasar. Melalui blog korporatlah perusahaan melakukan “conversation“.

Di era digital yang sudah Web 2.0 seperti saat ini, pasar adalah percakapan dua arah, tiga arah, multiarah. Market are conversations. Posisi konsumen dan calon konsumen di dunia maya saat ini sudah setara dengan produsen atau korporasi. Mereka bebas berbicara di dunia maya, baik melalui forum-forum online, menulis di blog mereka sendiri, atau saling berbagi di berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook dan Friendster. Mereka juga bebas bicara dengan perusahaan melalui blog korporat yang dibangun perusahaan.

Namun, situasi bebas bicara ini sangat bertentangan dengan corporate cultur Indonesia yang amat mementingkan kosmetik citra perusahaan. Semua eksekutif dan manajemen puncak perusahaan pasti tidak rela jika produk atau perusahaan dicela. Itu sebabnya hampir semua perusahaan besar sangat serius menjaga citra perusahaan melalui berbagai aktivitas public relations. Hanya informasi perusahaan yang positif dan berpotensi meningkatkan citra perusahaanlah yang digelontorkkan ke publik. Sebaliknya, jika ada sedikit saja keluhan pelanggan yang masuk ke ruang publik, terutama dimuat di surat pembaca media cetak besar, mereka kebakaran jenggot dan segera melakukan antisipasi.

Dengan kultur tertutup dan tidak terbuka terhadap celaan konsumen inilah perusahaan enggan masuk ke corporate blog. “Bagaimana nanti jika ada yang memberikan komentar negatif dan menjelek-jelekkan perusahaan?” itulah pertanyaan utama ketika perusahaan akan membuat blog korporat. Karena berbenturan dengan corporate cultur yang sok jaim, akhirnya mereka memilih tidak membangun blog korporat. Itu artinya mereka tidak mau berkomunikasi dengan pasar dan konsumennya di dunia maya.

Para praktisi PR di Indonesia masih berkutat di Public Relations 1.0 — sebuah strategi PR yang menempatkan middle man, yakni para jurnalis, sebagai penyampai pesan.

Yang dilakukan para praktisi PR 1.0 dalam kaitannya dengan media adalah membangun media relation, menjalin hubungan yang amat baik dengan media mainstream, agar pesan-pesan mereka bisa tersampaikan ke publik melalui media. Di era PR 1.0, pekerjaan seorang PR relatif mudah, mengingat jumlah media di Indonesia tidak banyak.

Kini era sudah berubah. Penyampai pesan bukan lagi hanya media mainstream, baik teve, cetak, radio maupun online. Semenjak blog mudah dibuat, forum online bertebaran dan social media bertumbuhan, setiap pengguna Internet bisa menjadi penyampai pesan. Mereka yang biasanya hanya menonton teve,membacakkoran/majalah, medengarkan radio, browsing di Internet, kini juga bisa membuat blog, membuat akun di Facebook atau Friendster, dan menuliskan pesan apa saja yang mereka sukai atau maui. Jika mereka tidak suka dengan pengalamannya mengonsumsi sebuah produk, mereka dengan mudah menulisnya di blog, di Facebook, dan menyebarkannya di forum atau milis. Mereka tidak perlu bersusah payah mengirim surat pembaca ke media cetak yang entah kapan dimuatnya. Demikian juga, jika mereka senang dengan sebuah produk, mereka tak akan segan-segan menulisnya di Internet.

Dengan fenomena itu, praktisi PR masa kini harus menghadapi publisher baru. Mereka adalah para blogger, para facebookers, para friensdters, para plukers serta pemilik akun di Web 2.0 lainnya. Mereka adalah para konsumen. Jadi, PR 2.0 bukan lagi sekadar mengelola jurnalis, tetapi juga mengelola konsumen yang mampu menjadi publisher di dunia maya. Posisi konsumen kini sudah naik pangkat. Mereka tidak lagi sekadar konsumen, tapi juga publisher dan influencer. Jelas, PR 2.0 jauh lebih rumit dan menantang dibanding PR 1.0.

Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Kebanyakan perusahaan besar merupakan milik publik. Harga sahamnya secara signifikan juga dapat mempengaruhi kemampuan dan kebebasan mereka untuk mengelola masa depannya.

PR dapat menyampaikan aspirasi mengenai berbagai bidang termasuk hubungan komunitas, isu-isu lingkungan, bidang keuangan, urusan konsumen, isu-isu manajemen, penanganan krisis dan berbagai isu penting lainnya yang terkait dengan kegiatan PR. Dalam situasi seperti ini, PR sangat dituntut peran aktifnya. PR dapat memainkan peranan sentral pada level perusahaan. PR sangat fleksibel, mungkin melebihi iklan, PR dapat merespons berbagai peristiwa dengan sangat cepat. Dalam hubungan dengan pers kekuatan terbesar yangdapat ditawarkan PR adalah menyangkut kredibilitas. Namun kelemahan uatama dari kegiatan PR adalah kurangnya pengawasan.