Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Lingkungan sangat membutuhkan air bersih. Ketika yang tersedia hanya ada air yang kotor atau malah sudah terkontaminasi kandungan berbahaya, akibatnya adalah pencemaran lingkungan.

Pencemaran ini akan menimpa tanah dan udara. Kehidupan manusia pun juga mendapatkan imbasnya. Berbagai macam kerugian dapat muncul secara alami. Termasuk penyakit menular yang berbahaya berbahaya.

Air bersih tidak hanya memberikan dampak positif untuk manusia saja, tetapi juga bagi hewan dan tumbuhan. Kedua makhluk hidup itu membutuhkan asupan air bersih juga untuk bisa bertumbuh.

Jika tidak terpenuhi dengan baik, maka kontaminasi berbahaya menjadi akibatnya. Malah dampak buruknya juga bisa berefek pada manusia juga.

Mengambil kesimpulan dari empat akibat yang telah diberikan di atas, hasil akhir dari kekurangan air bersih membuat kualitas hidup menjadi rendah.

Angka kematian pasti meninggi dengan pencemaran lingkungan, nutrisi yang berkurang, kontaminasi berbahaya di sekitar ekosistem makhluk hidup, dan penyakit menular berbahaya. 

Kondisi seperti ini memang cukup mengerikan jika terjadi. Oleh karena itu, jangan sampai tidak mampu mendapatkan air bersih yang cukup sehari-hari. Ketersediaan air bersih harus dijaga keberlanjutannya demi kualitas hidup yang baik.

Baca Juga:  GEMAR, Inisiatif Mahasiswa KKN UNDIP Manfaatkan Air Hujan

Air merupakan kebutuhan utama untuk makhluk hidup. Sehingga air bersih yang baik merupakan elemen yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Sayangnya, tidak semua masyarakat belum bisa mendapatkan air bersih. Bahkan beberapa daerah di Indonesia masih mengalami krisis air bersih.

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Berdasarkan temuan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, lebih dari 1,1 milyar orang yang memiliki kekurangan akses terhadap air bersih baik yang berada di wilayah pedesaan atau perkotaan. Kekurangan akses terhadap air bersih ini tentu memberikan dampak bagi kesehatan tubuh, terutama pada anak-anak. Bahkan WHO memperkirakan sebanyak 1,6 juta balita pada tahun 2005 yang kehilangan nyawa akibat air yang tidak bersih. Sebab anak-anak secara khusus memiliki risiko cukup tinggi terhadap penyakit akibat kekurangan air bersih. Maka dari itu, berikut ini merupakan dampak krisis air bersih bagi kesehatan.

1. Kesulitan minum dan membersihkan makanan

Krisis air bersih tentu akan mengurangi jumlah konsumsi air putih. Padahal air memiliki peran penting untuk menjaga fungsi otak, menjaga tingkat hidrasi tubuh, hingga menunjang kinerja organ tubuh. Memang kebutuhan cairan tiap orang berbeda-beda, tergantung pada tingkat aktivitas, suhu, dan kondisi kesehatan seseorang. Namun rata-rata orang dewasa perlu mengonsumsi air putih sebanyak 8-9 gelas dalam sehari.

Kekurangan minum air putih dapat menyebabkan turunnya tekanan darah, mual dan muntah, kram otot, munculnya penyakit batu ginjal, hingga stroke. Selain itu, kurang mengonsumsi air bersih juga berpengaruh pada kesehatan mental, sehingga Anda dapat menjadi mudah murung dan sedih. Kondisi krisis air bersih juga membuat masyarakat sulit membersihkan makanan yang akan dikonsumsi. Sehingga makanan yang dikonsumsi juga masih memiliki risiko tercemar oleh bahan kimia seperti pestisida atau kotoran lainnya.

2. Fasilitas sanitasi menjadi berkurang

Selain penting, fasilitas sanitasi juga perlu diperhatikan kebersihannya agar layak digunakan. Sebab fasilitas yang kotor, dapat menimbulkan dampak terhadap penyebaran berbagai penyakit. Sayangnya, berdasarkan data tahun 2018, di Indonesia baru sekitar 69,27% rumah tangga yang memiliki akses sanitasi yang layak. Padahal toilet yang kotor dapat menyebabkan penyakit demam tifoid, disentri, hepatitis A, serta kolera. Hal ini terjadi karena adanya siklus kontaminasi oleh tinja manusia melalui pencemaran air dan tanah, penyebaran serangga, tangan yang kotor, dan selanjutnya dipindahkan ke makanan yang dikonsumsi oleh manusia.

3. Timbul penyakit dari serangga yang hidup di air

Beberapa serangga memiliki siklus perkebangbiakan di dalam atau di dekat genangan air. Apalagi pada air yang tidak bersih. Sehingga pada daerah yang mengalami krisi air bersih dapat berisiko mengalami penyakit malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh cacing filaria, hingga demam kuning yang disebabkan oleh nyamuk dengan infeksi virus.

4. Terkena penyakit yang ditularkan melalui air

Air yang terkontaminasi oleh virus atau bakteri akan menimbulkan penyakit, yang disebut sebagai water-borne. Apalagi jika air yang terkontaminasi tersebut dikonsumsi, dan menyebabkan diare. Diare terjadi karena adanya infeksi pada saluran cerna yaitu usus oleh parasit. Diare juga dapat menyebabkan demam, kram, mual, dehidrasi, hingga penurunan berat badan. Pada kondisi serius, diare dapat menyebabkan kematian terutama pada orang dengan sistem tubuh yang lemah, seperti anak-anak, orang tua, atau memiliki riwayat penyakit berat.

5. Timbul penyakit dari organisme yang hidup di air

Air yang tidak bersih bisa menjadi tempat hidup organisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti cacing. Infeksi cacing pada air dapat menyebabkan schistosomiasis atau penyakit akibat infeksi parasit cacing trematoda. Lalu ada juga dracunculiasis atau infeksi cacing guinea. Cacing-cacing ini dapat masuk ke dalam tubuh tidak hanya dengan cara diminum. Tetapi juga bisa masuk ke dalam tubuh saat Anda menggunakan air kotor untuk mandi, dan menginfeksi tubuh.

Itulah beberapa dampak yang dapat muncul karena krisis air bersih. Untuk itu, mari bersama-sama membantu saudara-saudara kita yang mengalami krisis air bersih. Selain itu, Anda juga bisa menghemat penggunaan air bersih sebagai upaya menjaga ketersediaan air bersih. Jangan lupa untuk tetap mengonsumsi air putih sesuai dengan kebutuhan ya Fams.

Sebagai tambahan Anda bisa menambah cairan dengan mengonsumsi Hydro Coco. Hydro Coco merupakan minuman air kelapa asli, yang dikemas tanpa menggunakan pengawet, pewarna buatan, atau pemanis buatan. Bahkan Hydro Coco bisa digunakan bagi Anda yang sedang dalam masa pemulihan dan diare. Anda bisa mendapatkan Hydro Coco dengan mudah di sini.

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Salam,

KALCare

Sumber:

https://www.kemkes.go.id/article/print/875/kekurangan-akses-terhadap-air-minum-dan-sanitasi-dasar.html

https://www.sehatq.com/artikel/akibat-kekurangan-air-bersih-bisa-sebabkan-infeksi-penyakit-menular-ini

Peran Air Untuk Kehidupan

Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital dan diperlukan untuk menentukan keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi ini (Mawardi, 2014). Dalam segala macam kegiatan manusia, air merupakan kebutuhan pokok untuk melangsungkan berbagai kegiatan, seperti keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, mencuci, keperluan industri, keperluan perdagangan, keperluan pertanian dan peternakan, keperluan pelayaran dan lain sebagainya. Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini (Ambarwati, 2014).

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Data Konsumsi Air 

Menurut (Rustan, dkk., 2019) kebutuhan air merupakan jumlah air yang cukup dibutuhkan untuk kebutuhan dasar manusia dan kegiatannya lainnya yang memerlukan air. Sedangkan pemakaian air adalah jumlah air yang digunakan dari sistem yang ada bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air bersih menurut Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Departemen Pekerjaan Umum

KeperluanKonsumsi (Liter/Orang/Hari)
Mandi, cuci, kakus12,0
Minum2,0
Cuci pakaian10,7
Kebersihan rumah31,4
Taman11,8
Cuci kendaraan21,1
Wudhu16,2
Lain-lain21,7
Jumlah126,9
Sumber: Slamet, 1994 dalam Rustan, dkk., 2019

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Ciri Air Bersih dan Layak Minum

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Standar Air Bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Air yang sesuai untuk kebutuhan sanitasi yaitu air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh atau memiliki tingkat kekeruhan yang rendah. Selain itu, air tersebut juga tidak mengandung bakteri E. coli serta mengandung kadar kimiawi yang rendah, seperti PH, zat besi, deterjen, sianida, pestisida, timbal, seng, dan lain-lain. Adapun standar air bersih untuk minum yaitu seharusnya terlindung dari sumber pencemaran, binatang yang membawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan hewan atau bakteri. Secara fisik air bersih untuk layak minum yaitu tidak berbau, warnanya jernih, rasanya tawar, dan tidak terpapar secara langsung dengan sinar matahari atau memiliki suhu sejuk sekitar 10–25 derajat Celcius, dan tidak memiliki endapan di bagian bawah air (Safitri, 2020).

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Pengelolaan Air di Indonesia Secara Umum

Menurut (Kadek, dkk., 2010) pengolahan air bersih merupakan suatu upaya teknis yang dilakukan untuk melindungi sumber daya air dengan meningkatkan kualitas mutu asal air sampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar lebih aman dipergunakan oleh masyarakat. Menurut (Fitria, 2015) secara umum, proses pengolahan air lengkap dengan sumber air baku yang berasal dari air permukaan adalah sebagai berikut.

  1. Bangunan Penangkap Air (Intake)
Intake merupakan tempat pengumpul air baku dari suatu sumber yang kemudian air tersebut dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya diolah. Bangunan prasedimentasi merupakan tempat penampungan air baku dari air permukaan yang bertujuan untuk menangkap benda kasar yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku seperti pasir atau partikel diskrit dan lainnya yang tidak tersaring pada screen. Proses koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid. Pada pengolahan koagulasi terjadi pengadukan cepat (flash mixing) antara koagulan dan air dengan tujuan pencampuran tersebut dapat terjadi dengan sempurna dan merata. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Sedimentasi merupakan proses pengendapan massa flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi. Filtrasi dalam sistem pengolahan air bersih atau minum merupakan proses menghilangkan flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi, dimana flok-flok tersebut akan tertahan pada media penyaring saat air melewati media tersebut. Desinfeksi air minum bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang terdapat di dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pemanasan, penyinaran dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan chlorinasi. Reservoir merupakan tempat penampungan air minum sebelum dilakukan pendistribusian ke masyarakat yang terletak di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Apa yang terjadi jika kita kekurangan air bersih

Kondisi Krisis Air Saat Ini

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2019 mencatat bahwa 2,2 miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi. Sementara itu, 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang aman dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar. Adapun menurut laporan Bappenas, ketersediaan air di sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan Bali saat ini sudah tergolong langka hingga kritis. Sementara itu, ketersediaan air di Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan diproyeksikan akan menjadi langka atau kritis pada tahun 2045. Kelangkaan air bersih juga berlaku untuk air minum. Menurut RPJMN 2020-2024, hanya 6,87 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum aman. Adapun berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 dari BPS juga menunjukkan ada sebesar 90,21 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum layak, meskipun distribusinya tidak merata (Iswara, 2021).

Penyebab Krisis Air Bersih

Menurut Bappenas, kerusakan hutan akan menjadi pemicu terjadinya kelangkaan air baku, terutama untuk pulau-pulau yang tutupan hutannya sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Menurut Bappenas pula, tutupan hutan akan semakin berkurang, yakni dari sebanyak 50 persen dari luas lahan total Indonesia (188 juta hektar) di tahun 2017, menjadi hanya sekitar 38 persen di tahun 2045. Bertambahnya populasi di Indonesia juga menjadi beban baru dalam penyediaan air bagi masyarakat Tanah Air. Menurut Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia berjumlah 270,21 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sebanyak 32,56 juta jiwa dibandingkan dengan hasil sensus pada 2010 (Iswara, 2021). Penyebab krisis air lainnya yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, tingginya tingkat pencemaran terhadap sumber-sumber air, adanya konflik kepentingan ekonomi yang didukung oleh kebijakan yang kurang tepat, serta perusakan lingkungan dan sumber-sumber mata air (Adlina, S., 2011).

Dampak Krisis Air Bersih

Krisis air sudah sering melanda beberapa daerah, sehingga kebutuhan air penduduk untuk keperluan rumah tangga, pertanian dan kebutuhan dasar lainnya tidak tercukupi. Dampak langsung dari kurangnya kebutuhan air antara lain yaitu terjadinya gagal bercocok tanam dan panen yang menyebabkan terganggunya persediaan bahan pangan, sanitasi yang buruk dan kelaparan yang berdampak pada munculnya penyakit akibat kurang pangan dan gizi buruk. Erat kaitannya dengan krisis air dan pangan ini adalah sanitasi buruk yang juga menjadi masalah bagi sekitar 2,0 miliar penduduk dunia. Banyak penyakit akibat krisis air dan sanitasi yang buruk, seperti penyakit akibat kelaparan, kekurangan gizi, kolera, tifus, dan disentri yang hingga saat ini masih merupakan ancaman bagi sebagian penduduk dunia. Berdasarkan laporan oleh FAO (2000), sekitar 2,0 juta orang yang kebanyakan adalah anak-anak yang berasal dari beberapa negara miskin dan berkembang, meninggal setiap tahunnya karena beberapa penyakit tersebut dan akibat kelangkaan air dan kelaparan. Krisis air juga dapat mengganggu perekonomian daerah maupun nasional (Mawardi, M., 2017).

Upaya Menjaga dan Melestarikan Ketersediaan Air Bersih

Menurut (Helmi, 2021) keberadaan air bersih sangat sulit dijumpai terjadi akibat banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sumber mata air, aliran air, dan tampungan air yang dapat membuat air menjadi tercemar. Air yang tercemar akan mengakibatkan timbulnya penyakit bagi makhluk hidup, kepunahan spesies, maupun timbulnya berbagai macam bencana alam. Sehingga kehidupan ekosistem makhluk hidup dibumi menjadi terganggu dan rusak. Untuk itu dibutuhkan salah satu penjagaan dan pengelolaan salah satu sumber daya alam air. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan ketersediaan air bersih:

  1. Melaksanakan program hemat air di lingkungan sekitar agar penggunaan air tetap efisien dan menjaga ketersediaan sumber daya air.
  2. Membuat penampungan air seperti waduk, dam, dan embung agar dapat menjaga keberadaan air untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  3. Menciptakan teknologi yang dapat mendaur ulang air.
  4. Menampung dan mengelola limbah pabrik maupun domestik.
  5. Tidak membuang sampah atau limbah di sungai.
  6. Konservasi pada sumber mata air yaitu upaya mengelola sumber daya air yang dilakukan secara bijak dengan memperhatikan manfaat yang didapat serta mempertahankan komponen penyusunnya agar keberadaannya tetap ada yang dapat dinikmati di masa mendatang.

Referensi:

Adlina, S. (2011). Identifikasi Usaha Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan Bekasi Timur. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 1(1), 24. https://doi.org/10.36722/sst.v1i1.15

Ambarwati, R. D. (2014). Manfaat air bagi kehidupan manusia. Artikel Lingkungan Hidup, 4(2), 1–6.

Fitria, S., 2015. Gambaran Proses Pengolahan Air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirta Sanjung Buana Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 | Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang. [online] Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang. Available at: <http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2691&keywords=> [Accessed 11 September 2021].

Helmi, R., 2021. Kebutuhan Air Berkelanjutan – ILMU LINGKUNGAN UNS. [online] Il.mipa.uns.ac.id. Available at: <https://il.mipa.uns.ac.id/kebutuhan-air-berkelanjutan/> [Accessed 11 September 2021].

Iswara, M., 2021. Krisis Air Bersih Yang Kian Memburuk Saat Pandemi Menerjang. [online] tirto.id. Available at: <https://tirto.id/krisis-air-bersih-yang-kian-memburuk-saat-pandemi-menerjang-gcmz> [Accessed 28 August 2021].

Kadek, N., Lelono, B., & Arifin, S. (2010). Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Dosis Tawas Pada Proses Koagulasi Sistem Pengolahan Air Bersih. Teknik Fisika. http://digilib.its.ac.id/

Mawardi. (2014). Air Dan Masa Depan Kehidupan. Tarjih: Jurnal Tarjih Dan Pengembangan Pemikiran Islam, 12(1), 131–141. https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/view/86/87

Mawardi, M., 2017. Krisis Air, Ketersediaan Pangan dan Kesehatan Masyarakat. [online] Available at: <https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/berita-populer/2017/70-krisis-air-ketersediaan-pangan-dan-kesehatan-masyarakat.html> [Accessed 10 September 2021].

Rustan, F. R., Sriyani, R., & Talanipa, R. (2019). Analisis Pemakaian Air Bersih Rumah Tangga Warga Perumahan Bumi Mas Graha Asri Kota Kendari. Stabilita, 7(2), 151–160.

 Safitri, R., 2020. Ketahui Standar Baku Air Bersih di Rumah Anda – Adika Tirta Daya. [online] Adika Tirta Daya. Available at: <https://adikatirtadaya.co.id/ketahu-standar-baku-air-bersih-di-rumah-anda/> [Accessed 4 September 2021].