Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : hellosehat.com

Dalam hasil riset tahun 2021, Indonesia disebut menghasilkan food loss dan food waste hingga mencapai 48 juta ton dalam setahun. Beberapa faktor utama dari penyebab tingginya angka food loss dan food waste adalah penanganan makanan yang kurang baik saat dipanen, didistribusikan, dan bahkan saat sedang dikonsumsi sekalipun. Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari seringkali menyimpan makanan di dalam kulkas hingga membusuk dan akhirnya terbuang. Jumlah makanan yang terbuang itu turut menyumbang 1,73 giga ton emisi CO2 atau setara dengan rata-rata 7% total emisi GRK Indonesia dalam setahun. Padahal jumlah makanan yang terbuang dapat menangani masalah stunting di Indonesia dan memberi makan sebanyak 125 juta orang bisa dialokasikan dan ditangani dengan baik. Banyak penelitian yang mengatakan untuk menangani fisiologi pascapanen buah dan sayuran agar memiliki masa penyimpanan tahan lama adalah dengan mengaplikasikan edible coating. 

Edible Coating diartikan sebagai lapisan yang berbentuk tipis seperti plastik namun dapat dikonsumsi, biasanya digunakan sebagai pembungkus primer. Edible coating umumnya terbuat dari material-material biologis yang sering diketahui banyak orang seperti bahan polisakarida berbentuk karbohidrat, protein, dan senyawa organik lipid. Bahan dasar polisakarida diutamakan memiliki suatu sifat yang selektif di bagian membran permeabel nya, karena akan terjadi sebuah pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen. Peristiwa itu yang membuat edible coating mampu membuat umur simpan buah dan sayuran lebih panjang. 

Munculnya teknologi edible coating merupakan salah satu langkah nyata di bidang teknologi sebagai bentuk solusi meningkatkan masa penyimpanan buah dan sayuran serta memperkuat keamanan mikrobiologis produk-produk berbahan segar dan bermutu. Oleh karena itu, edible coating hadir dengan membawa banyak tawaran keuntungan antara lain: 1). Menurunkan Water Activity (aw) pada permukaan bahan sehingga permukaan tampil mengkilap dan lebih menarik; 2). Mengurangi penyusutan bobot bahan pangan dan mencegah terjadinya dehidrasi pada buah dan sayuran; 3). Mencegah kerusakan pada permukaan bahan pangan yang diakibatkan oleh mikroorganisme; 4). Mengatasi ketengikan yang terjadi pada buah dan sayuran yang diakibatkan oleh pertukaran kontak fisik antara permukaan produk dengan O2 di alam bebas sehingga terjadi proses oksidasi; 5). Mempertahankan sifat asli dari produk pangan seperti flavor, tekstur, aroma, dan rasa; 6). Produk pangan akan tampil dengan menarik dan lebih bermutu. 

Selain kelebihan, edible coating pada umumnya juga memiliki kekurangan yang berdasarkan pada bahan dasar yang digunakan. Jika, edible coating dibuat dari bahan dasar hidrokoloid karbohidrat maka edible coating memiliki kekurangan yakni, kurang baik dalam hal mengatur migrasi uap air. Edible coating yang berbahan dasar hidrokoloid protein sangat bergantung pada pH lingkungannya, maksudnya jika lingkungan tidak memiliki pH yang sesuai maka edible coating bisa gagal. Lalu, untuk edible coating dari lipida cenderung memiliki tambahan dari zat-zat kimia sehingga edible yang dihasilkan kurang murni. Jika ada edible coating berbahan dasar lipid mungkin, kebanyakan ada campuran kimia sehingga penggunaan dengan tingkat kemurnian yang tinggi cukup terbatas.

Edible coating juga bisa diaplikasikan kepada buah-buahan seperti apel, jeruk, lemon, alpukat, pisang, stroberi, dan lain-lain. Untuk sayur seperti brokoli, wortel, bok choy, paprika, cabai, bunga kol, terong, tomat, bayam, dan sebagainya. Namun, secara komersial edible coating masih belum disebarluaskan secara sempurna padahal produk yang diolah dan dijual di pasar modern semakin meningkat jumlahnya. Sementara itu, masyarakat telah sadar dengan menentukan bahan-bahan alami sebagai pengawet sehingga edible coating memiliki nilai jual yang tinggi. Edible coating sangat dianjurkan untuk digunakan demi mencegah food waste dan food loss di Indonesia. 

Dengan menggunakan edible coating, secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam mengurangi food loss dan food waste yang akan mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menyimpan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat untuk semua orang, termasuk bagi pelanggan yang kurang dalam segi penghasilan, dapat menciptakan peluang ekonomi yang materiil serta memberikan efek positik terhadap lingkungan sekitar, itulah kehadiran dari sistem pangan berkelanjutan. Hal ini membuat kita harus lebih tepat dalam mengelola makanan karena mempengaruhi beberapa hal seperti: memberikan profitabilitas di seluruh dunia; mendukung kesejahteraan sosial pemangku kepentingan sistem pangan dan menghormati atau memperbaiki lingkungan. Dari beberapa hal tersebut, edible coating hadir untuk memastikan makanan semua orang di masa depan yang lebih higienis, sehat dan bermutu tinggi.


Page 2

Dalam hasil riset tahun 2021, Indonesia disebut menghasilkan food loss dan food waste hingga mencapai 48 juta ton dalam setahun. Beberapa faktor utama dari penyebab tingginya angka food loss dan food waste adalah penanganan makanan yang kurang baik saat dipanen, didistribusikan, dan bahkan saat sedang dikonsumsi sekalipun. Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari seringkali menyimpan makanan di dalam kulkas hingga membusuk dan akhirnya terbuang. Jumlah makanan yang terbuang itu turut menyumbang 1,73 giga ton emisi CO2 atau setara dengan rata-rata 7% total emisi GRK Indonesia dalam setahun. Padahal jumlah makanan yang terbuang dapat menangani masalah stunting di Indonesia dan memberi makan sebanyak 125 juta orang bisa dialokasikan dan ditangani dengan baik. Banyak penelitian yang mengatakan untuk menangani fisiologi pascapanen buah dan sayuran agar memiliki masa penyimpanan tahan lama adalah dengan mengaplikasikan edible coating. 

Edible Coating diartikan sebagai lapisan yang berbentuk tipis seperti plastik namun dapat dikonsumsi, biasanya digunakan sebagai pembungkus primer. Edible coating umumnya terbuat dari material-material biologis yang sering diketahui banyak orang seperti bahan polisakarida berbentuk karbohidrat, protein, dan senyawa organik lipid. Bahan dasar polisakarida diutamakan memiliki suatu sifat yang selektif di bagian membran permeabel nya, karena akan terjadi sebuah pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen. Peristiwa itu yang membuat edible coating mampu membuat umur simpan buah dan sayuran lebih panjang. 

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Pixabay.com

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Republika.co.id

Munculnya teknologi edible coating merupakan salah satu langkah nyata di bidang teknologi sebagai bentuk solusi meningkatkan masa penyimpanan buah dan sayuran serta memperkuat keamanan mikrobiologis produk-produk berbahan segar dan bermutu. Oleh karena itu, edible coating hadir dengan membawa banyak tawaran keuntungan antara lain: 1). Menurunkan Water Activity (aw) pada permukaan bahan sehingga permukaan tampil mengkilap dan lebih menarik; 2). Mengurangi penyusutan bobot bahan pangan dan mencegah terjadinya dehidrasi pada buah dan sayuran; 3). Mencegah kerusakan pada permukaan bahan pangan yang diakibatkan oleh mikroorganisme; 4). Mengatasi ketengikan yang terjadi pada buah dan sayuran yang diakibatkan oleh pertukaran kontak fisik antara permukaan produk dengan O2 di alam bebas sehingga terjadi proses oksidasi; 5). Mempertahankan sifat asli dari produk pangan seperti flavor, tekstur, aroma, dan rasa; 6). Produk pangan akan tampil dengan menarik dan lebih bermutu. 

Selain kelebihan, edible coating pada umumnya juga memiliki kekurangan yang berdasarkan pada bahan dasar yang digunakan. Jika, edible coating dibuat dari bahan dasar hidrokoloid karbohidrat maka edible coating memiliki kekurangan yakni, kurang baik dalam hal mengatur migrasi uap air. Edible coating yang berbahan dasar hidrokoloid protein sangat bergantung pada pH lingkungannya, maksudnya jika lingkungan tidak memiliki pH yang sesuai maka edible coating bisa gagal. Lalu, untuk edible coating dari lipida cenderung memiliki tambahan dari zat-zat kimia sehingga edible yang dihasilkan kurang murni. Jika ada edible coating berbahan dasar lipid mungkin, kebanyakan ada campuran kimia sehingga penggunaan dengan tingkat kemurnian yang tinggi cukup terbatas.

Edible coating juga bisa diaplikasikan kepada buah-buahan seperti apel, jeruk, lemon, alpukat, pisang, stroberi, dan lain-lain. Untuk sayur seperti brokoli, wortel, bok choy, paprika, cabai, bunga kol, terong, tomat, bayam, dan sebagainya. Namun, secara komersial edible coating masih belum disebarluaskan secara sempurna padahal produk yang diolah dan dijual di pasar modern semakin meningkat jumlahnya. Sementara itu, masyarakat telah sadar dengan menentukan bahan-bahan alami sebagai pengawet sehingga edible coating memiliki nilai jual yang tinggi. Edible coating sangat dianjurkan untuk digunakan demi mencegah food waste dan food loss di Indonesia. 

Dengan menggunakan edible coating, secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam mengurangi food loss dan food waste yang akan mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menyimpan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat untuk semua orang, termasuk bagi pelanggan yang kurang dalam segi penghasilan, dapat menciptakan peluang ekonomi yang materiil serta memberikan efek positik terhadap lingkungan sekitar, itulah kehadiran dari sistem pangan berkelanjutan. Hal ini membuat kita harus lebih tepat dalam mengelola makanan karena mempengaruhi beberapa hal seperti: memberikan profitabilitas di seluruh dunia; mendukung kesejahteraan sosial pemangku kepentingan sistem pangan dan menghormati atau memperbaiki lingkungan. Dari beberapa hal tersebut, edible coating hadir untuk memastikan makanan semua orang di masa depan yang lebih higienis, sehat dan bermutu tinggi.


Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Lihat Nature Selengkapnya


Page 3

Dalam hasil riset tahun 2021, Indonesia disebut menghasilkan food loss dan food waste hingga mencapai 48 juta ton dalam setahun. Beberapa faktor utama dari penyebab tingginya angka food loss dan food waste adalah penanganan makanan yang kurang baik saat dipanen, didistribusikan, dan bahkan saat sedang dikonsumsi sekalipun. Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari seringkali menyimpan makanan di dalam kulkas hingga membusuk dan akhirnya terbuang. Jumlah makanan yang terbuang itu turut menyumbang 1,73 giga ton emisi CO2 atau setara dengan rata-rata 7% total emisi GRK Indonesia dalam setahun. Padahal jumlah makanan yang terbuang dapat menangani masalah stunting di Indonesia dan memberi makan sebanyak 125 juta orang bisa dialokasikan dan ditangani dengan baik. Banyak penelitian yang mengatakan untuk menangani fisiologi pascapanen buah dan sayuran agar memiliki masa penyimpanan tahan lama adalah dengan mengaplikasikan edible coating. 

Edible Coating diartikan sebagai lapisan yang berbentuk tipis seperti plastik namun dapat dikonsumsi, biasanya digunakan sebagai pembungkus primer. Edible coating umumnya terbuat dari material-material biologis yang sering diketahui banyak orang seperti bahan polisakarida berbentuk karbohidrat, protein, dan senyawa organik lipid. Bahan dasar polisakarida diutamakan memiliki suatu sifat yang selektif di bagian membran permeabel nya, karena akan terjadi sebuah pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen. Peristiwa itu yang membuat edible coating mampu membuat umur simpan buah dan sayuran lebih panjang. 

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Pixabay.com

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Republika.co.id

Munculnya teknologi edible coating merupakan salah satu langkah nyata di bidang teknologi sebagai bentuk solusi meningkatkan masa penyimpanan buah dan sayuran serta memperkuat keamanan mikrobiologis produk-produk berbahan segar dan bermutu. Oleh karena itu, edible coating hadir dengan membawa banyak tawaran keuntungan antara lain: 1). Menurunkan Water Activity (aw) pada permukaan bahan sehingga permukaan tampil mengkilap dan lebih menarik; 2). Mengurangi penyusutan bobot bahan pangan dan mencegah terjadinya dehidrasi pada buah dan sayuran; 3). Mencegah kerusakan pada permukaan bahan pangan yang diakibatkan oleh mikroorganisme; 4). Mengatasi ketengikan yang terjadi pada buah dan sayuran yang diakibatkan oleh pertukaran kontak fisik antara permukaan produk dengan O2 di alam bebas sehingga terjadi proses oksidasi; 5). Mempertahankan sifat asli dari produk pangan seperti flavor, tekstur, aroma, dan rasa; 6). Produk pangan akan tampil dengan menarik dan lebih bermutu. 

Selain kelebihan, edible coating pada umumnya juga memiliki kekurangan yang berdasarkan pada bahan dasar yang digunakan. Jika, edible coating dibuat dari bahan dasar hidrokoloid karbohidrat maka edible coating memiliki kekurangan yakni, kurang baik dalam hal mengatur migrasi uap air. Edible coating yang berbahan dasar hidrokoloid protein sangat bergantung pada pH lingkungannya, maksudnya jika lingkungan tidak memiliki pH yang sesuai maka edible coating bisa gagal. Lalu, untuk edible coating dari lipida cenderung memiliki tambahan dari zat-zat kimia sehingga edible yang dihasilkan kurang murni. Jika ada edible coating berbahan dasar lipid mungkin, kebanyakan ada campuran kimia sehingga penggunaan dengan tingkat kemurnian yang tinggi cukup terbatas.

Edible coating juga bisa diaplikasikan kepada buah-buahan seperti apel, jeruk, lemon, alpukat, pisang, stroberi, dan lain-lain. Untuk sayur seperti brokoli, wortel, bok choy, paprika, cabai, bunga kol, terong, tomat, bayam, dan sebagainya. Namun, secara komersial edible coating masih belum disebarluaskan secara sempurna padahal produk yang diolah dan dijual di pasar modern semakin meningkat jumlahnya. Sementara itu, masyarakat telah sadar dengan menentukan bahan-bahan alami sebagai pengawet sehingga edible coating memiliki nilai jual yang tinggi. Edible coating sangat dianjurkan untuk digunakan demi mencegah food waste dan food loss di Indonesia. 

Dengan menggunakan edible coating, secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam mengurangi food loss dan food waste yang akan mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menyimpan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat untuk semua orang, termasuk bagi pelanggan yang kurang dalam segi penghasilan, dapat menciptakan peluang ekonomi yang materiil serta memberikan efek positik terhadap lingkungan sekitar, itulah kehadiran dari sistem pangan berkelanjutan. Hal ini membuat kita harus lebih tepat dalam mengelola makanan karena mempengaruhi beberapa hal seperti: memberikan profitabilitas di seluruh dunia; mendukung kesejahteraan sosial pemangku kepentingan sistem pangan dan menghormati atau memperbaiki lingkungan. Dari beberapa hal tersebut, edible coating hadir untuk memastikan makanan semua orang di masa depan yang lebih higienis, sehat dan bermutu tinggi.


Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Lihat Nature Selengkapnya


Page 4

Dalam hasil riset tahun 2021, Indonesia disebut menghasilkan food loss dan food waste hingga mencapai 48 juta ton dalam setahun. Beberapa faktor utama dari penyebab tingginya angka food loss dan food waste adalah penanganan makanan yang kurang baik saat dipanen, didistribusikan, dan bahkan saat sedang dikonsumsi sekalipun. Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari seringkali menyimpan makanan di dalam kulkas hingga membusuk dan akhirnya terbuang. Jumlah makanan yang terbuang itu turut menyumbang 1,73 giga ton emisi CO2 atau setara dengan rata-rata 7% total emisi GRK Indonesia dalam setahun. Padahal jumlah makanan yang terbuang dapat menangani masalah stunting di Indonesia dan memberi makan sebanyak 125 juta orang bisa dialokasikan dan ditangani dengan baik. Banyak penelitian yang mengatakan untuk menangani fisiologi pascapanen buah dan sayuran agar memiliki masa penyimpanan tahan lama adalah dengan mengaplikasikan edible coating. 

Edible Coating diartikan sebagai lapisan yang berbentuk tipis seperti plastik namun dapat dikonsumsi, biasanya digunakan sebagai pembungkus primer. Edible coating umumnya terbuat dari material-material biologis yang sering diketahui banyak orang seperti bahan polisakarida berbentuk karbohidrat, protein, dan senyawa organik lipid. Bahan dasar polisakarida diutamakan memiliki suatu sifat yang selektif di bagian membran permeabel nya, karena akan terjadi sebuah pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen. Peristiwa itu yang membuat edible coating mampu membuat umur simpan buah dan sayuran lebih panjang. 

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Pixabay.com

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Republika.co.id

Munculnya teknologi edible coating merupakan salah satu langkah nyata di bidang teknologi sebagai bentuk solusi meningkatkan masa penyimpanan buah dan sayuran serta memperkuat keamanan mikrobiologis produk-produk berbahan segar dan bermutu. Oleh karena itu, edible coating hadir dengan membawa banyak tawaran keuntungan antara lain: 1). Menurunkan Water Activity (aw) pada permukaan bahan sehingga permukaan tampil mengkilap dan lebih menarik; 2). Mengurangi penyusutan bobot bahan pangan dan mencegah terjadinya dehidrasi pada buah dan sayuran; 3). Mencegah kerusakan pada permukaan bahan pangan yang diakibatkan oleh mikroorganisme; 4). Mengatasi ketengikan yang terjadi pada buah dan sayuran yang diakibatkan oleh pertukaran kontak fisik antara permukaan produk dengan O2 di alam bebas sehingga terjadi proses oksidasi; 5). Mempertahankan sifat asli dari produk pangan seperti flavor, tekstur, aroma, dan rasa; 6). Produk pangan akan tampil dengan menarik dan lebih bermutu. 

Selain kelebihan, edible coating pada umumnya juga memiliki kekurangan yang berdasarkan pada bahan dasar yang digunakan. Jika, edible coating dibuat dari bahan dasar hidrokoloid karbohidrat maka edible coating memiliki kekurangan yakni, kurang baik dalam hal mengatur migrasi uap air. Edible coating yang berbahan dasar hidrokoloid protein sangat bergantung pada pH lingkungannya, maksudnya jika lingkungan tidak memiliki pH yang sesuai maka edible coating bisa gagal. Lalu, untuk edible coating dari lipida cenderung memiliki tambahan dari zat-zat kimia sehingga edible yang dihasilkan kurang murni. Jika ada edible coating berbahan dasar lipid mungkin, kebanyakan ada campuran kimia sehingga penggunaan dengan tingkat kemurnian yang tinggi cukup terbatas.

Edible coating juga bisa diaplikasikan kepada buah-buahan seperti apel, jeruk, lemon, alpukat, pisang, stroberi, dan lain-lain. Untuk sayur seperti brokoli, wortel, bok choy, paprika, cabai, bunga kol, terong, tomat, bayam, dan sebagainya. Namun, secara komersial edible coating masih belum disebarluaskan secara sempurna padahal produk yang diolah dan dijual di pasar modern semakin meningkat jumlahnya. Sementara itu, masyarakat telah sadar dengan menentukan bahan-bahan alami sebagai pengawet sehingga edible coating memiliki nilai jual yang tinggi. Edible coating sangat dianjurkan untuk digunakan demi mencegah food waste dan food loss di Indonesia. 

Dengan menggunakan edible coating, secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam mengurangi food loss dan food waste yang akan mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menyimpan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat untuk semua orang, termasuk bagi pelanggan yang kurang dalam segi penghasilan, dapat menciptakan peluang ekonomi yang materiil serta memberikan efek positik terhadap lingkungan sekitar, itulah kehadiran dari sistem pangan berkelanjutan. Hal ini membuat kita harus lebih tepat dalam mengelola makanan karena mempengaruhi beberapa hal seperti: memberikan profitabilitas di seluruh dunia; mendukung kesejahteraan sosial pemangku kepentingan sistem pangan dan menghormati atau memperbaiki lingkungan. Dari beberapa hal tersebut, edible coating hadir untuk memastikan makanan semua orang di masa depan yang lebih higienis, sehat dan bermutu tinggi.


Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Lihat Nature Selengkapnya


Page 5

Dalam hasil riset tahun 2021, Indonesia disebut menghasilkan food loss dan food waste hingga mencapai 48 juta ton dalam setahun. Beberapa faktor utama dari penyebab tingginya angka food loss dan food waste adalah penanganan makanan yang kurang baik saat dipanen, didistribusikan, dan bahkan saat sedang dikonsumsi sekalipun. Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari seringkali menyimpan makanan di dalam kulkas hingga membusuk dan akhirnya terbuang. Jumlah makanan yang terbuang itu turut menyumbang 1,73 giga ton emisi CO2 atau setara dengan rata-rata 7% total emisi GRK Indonesia dalam setahun. Padahal jumlah makanan yang terbuang dapat menangani masalah stunting di Indonesia dan memberi makan sebanyak 125 juta orang bisa dialokasikan dan ditangani dengan baik. Banyak penelitian yang mengatakan untuk menangani fisiologi pascapanen buah dan sayuran agar memiliki masa penyimpanan tahan lama adalah dengan mengaplikasikan edible coating. 

Edible Coating diartikan sebagai lapisan yang berbentuk tipis seperti plastik namun dapat dikonsumsi, biasanya digunakan sebagai pembungkus primer. Edible coating umumnya terbuat dari material-material biologis yang sering diketahui banyak orang seperti bahan polisakarida berbentuk karbohidrat, protein, dan senyawa organik lipid. Bahan dasar polisakarida diutamakan memiliki suatu sifat yang selektif di bagian membran permeabel nya, karena akan terjadi sebuah pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen. Peristiwa itu yang membuat edible coating mampu membuat umur simpan buah dan sayuran lebih panjang. 

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Pixabay.com

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Republika.co.id

Munculnya teknologi edible coating merupakan salah satu langkah nyata di bidang teknologi sebagai bentuk solusi meningkatkan masa penyimpanan buah dan sayuran serta memperkuat keamanan mikrobiologis produk-produk berbahan segar dan bermutu. Oleh karena itu, edible coating hadir dengan membawa banyak tawaran keuntungan antara lain: 1). Menurunkan Water Activity (aw) pada permukaan bahan sehingga permukaan tampil mengkilap dan lebih menarik; 2). Mengurangi penyusutan bobot bahan pangan dan mencegah terjadinya dehidrasi pada buah dan sayuran; 3). Mencegah kerusakan pada permukaan bahan pangan yang diakibatkan oleh mikroorganisme; 4). Mengatasi ketengikan yang terjadi pada buah dan sayuran yang diakibatkan oleh pertukaran kontak fisik antara permukaan produk dengan O2 di alam bebas sehingga terjadi proses oksidasi; 5). Mempertahankan sifat asli dari produk pangan seperti flavor, tekstur, aroma, dan rasa; 6). Produk pangan akan tampil dengan menarik dan lebih bermutu. 

Selain kelebihan, edible coating pada umumnya juga memiliki kekurangan yang berdasarkan pada bahan dasar yang digunakan. Jika, edible coating dibuat dari bahan dasar hidrokoloid karbohidrat maka edible coating memiliki kekurangan yakni, kurang baik dalam hal mengatur migrasi uap air. Edible coating yang berbahan dasar hidrokoloid protein sangat bergantung pada pH lingkungannya, maksudnya jika lingkungan tidak memiliki pH yang sesuai maka edible coating bisa gagal. Lalu, untuk edible coating dari lipida cenderung memiliki tambahan dari zat-zat kimia sehingga edible yang dihasilkan kurang murni. Jika ada edible coating berbahan dasar lipid mungkin, kebanyakan ada campuran kimia sehingga penggunaan dengan tingkat kemurnian yang tinggi cukup terbatas.

Edible coating juga bisa diaplikasikan kepada buah-buahan seperti apel, jeruk, lemon, alpukat, pisang, stroberi, dan lain-lain. Untuk sayur seperti brokoli, wortel, bok choy, paprika, cabai, bunga kol, terong, tomat, bayam, dan sebagainya. Namun, secara komersial edible coating masih belum disebarluaskan secara sempurna padahal produk yang diolah dan dijual di pasar modern semakin meningkat jumlahnya. Sementara itu, masyarakat telah sadar dengan menentukan bahan-bahan alami sebagai pengawet sehingga edible coating memiliki nilai jual yang tinggi. Edible coating sangat dianjurkan untuk digunakan demi mencegah food waste dan food loss di Indonesia. 

Dengan menggunakan edible coating, secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam mengurangi food loss dan food waste yang akan mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menyimpan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat untuk semua orang, termasuk bagi pelanggan yang kurang dalam segi penghasilan, dapat menciptakan peluang ekonomi yang materiil serta memberikan efek positik terhadap lingkungan sekitar, itulah kehadiran dari sistem pangan berkelanjutan. Hal ini membuat kita harus lebih tepat dalam mengelola makanan karena mempengaruhi beberapa hal seperti: memberikan profitabilitas di seluruh dunia; mendukung kesejahteraan sosial pemangku kepentingan sistem pangan dan menghormati atau memperbaiki lingkungan. Dari beberapa hal tersebut, edible coating hadir untuk memastikan makanan semua orang di masa depan yang lebih higienis, sehat dan bermutu tinggi.


Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Lihat Nature Selengkapnya


Page 6

Dalam hasil riset tahun 2021, Indonesia disebut menghasilkan food loss dan food waste hingga mencapai 48 juta ton dalam setahun. Beberapa faktor utama dari penyebab tingginya angka food loss dan food waste adalah penanganan makanan yang kurang baik saat dipanen, didistribusikan, dan bahkan saat sedang dikonsumsi sekalipun. Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari seringkali menyimpan makanan di dalam kulkas hingga membusuk dan akhirnya terbuang. Jumlah makanan yang terbuang itu turut menyumbang 1,73 giga ton emisi CO2 atau setara dengan rata-rata 7% total emisi GRK Indonesia dalam setahun. Padahal jumlah makanan yang terbuang dapat menangani masalah stunting di Indonesia dan memberi makan sebanyak 125 juta orang bisa dialokasikan dan ditangani dengan baik. Banyak penelitian yang mengatakan untuk menangani fisiologi pascapanen buah dan sayuran agar memiliki masa penyimpanan tahan lama adalah dengan mengaplikasikan edible coating. 

Edible Coating diartikan sebagai lapisan yang berbentuk tipis seperti plastik namun dapat dikonsumsi, biasanya digunakan sebagai pembungkus primer. Edible coating umumnya terbuat dari material-material biologis yang sering diketahui banyak orang seperti bahan polisakarida berbentuk karbohidrat, protein, dan senyawa organik lipid. Bahan dasar polisakarida diutamakan memiliki suatu sifat yang selektif di bagian membran permeabel nya, karena akan terjadi sebuah pertukaran gas karbondioksida dengan oksigen. Peristiwa itu yang membuat edible coating mampu membuat umur simpan buah dan sayuran lebih panjang. 

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Pixabay.com

Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Sumber : Republika.co.id

Munculnya teknologi edible coating merupakan salah satu langkah nyata di bidang teknologi sebagai bentuk solusi meningkatkan masa penyimpanan buah dan sayuran serta memperkuat keamanan mikrobiologis produk-produk berbahan segar dan bermutu. Oleh karena itu, edible coating hadir dengan membawa banyak tawaran keuntungan antara lain: 1). Menurunkan Water Activity (aw) pada permukaan bahan sehingga permukaan tampil mengkilap dan lebih menarik; 2). Mengurangi penyusutan bobot bahan pangan dan mencegah terjadinya dehidrasi pada buah dan sayuran; 3). Mencegah kerusakan pada permukaan bahan pangan yang diakibatkan oleh mikroorganisme; 4). Mengatasi ketengikan yang terjadi pada buah dan sayuran yang diakibatkan oleh pertukaran kontak fisik antara permukaan produk dengan O2 di alam bebas sehingga terjadi proses oksidasi; 5). Mempertahankan sifat asli dari produk pangan seperti flavor, tekstur, aroma, dan rasa; 6). Produk pangan akan tampil dengan menarik dan lebih bermutu. 

Selain kelebihan, edible coating pada umumnya juga memiliki kekurangan yang berdasarkan pada bahan dasar yang digunakan. Jika, edible coating dibuat dari bahan dasar hidrokoloid karbohidrat maka edible coating memiliki kekurangan yakni, kurang baik dalam hal mengatur migrasi uap air. Edible coating yang berbahan dasar hidrokoloid protein sangat bergantung pada pH lingkungannya, maksudnya jika lingkungan tidak memiliki pH yang sesuai maka edible coating bisa gagal. Lalu, untuk edible coating dari lipida cenderung memiliki tambahan dari zat-zat kimia sehingga edible yang dihasilkan kurang murni. Jika ada edible coating berbahan dasar lipid mungkin, kebanyakan ada campuran kimia sehingga penggunaan dengan tingkat kemurnian yang tinggi cukup terbatas.

Edible coating juga bisa diaplikasikan kepada buah-buahan seperti apel, jeruk, lemon, alpukat, pisang, stroberi, dan lain-lain. Untuk sayur seperti brokoli, wortel, bok choy, paprika, cabai, bunga kol, terong, tomat, bayam, dan sebagainya. Namun, secara komersial edible coating masih belum disebarluaskan secara sempurna padahal produk yang diolah dan dijual di pasar modern semakin meningkat jumlahnya. Sementara itu, masyarakat telah sadar dengan menentukan bahan-bahan alami sebagai pengawet sehingga edible coating memiliki nilai jual yang tinggi. Edible coating sangat dianjurkan untuk digunakan demi mencegah food waste dan food loss di Indonesia. 

Dengan menggunakan edible coating, secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam mengurangi food loss dan food waste yang akan mendukung ketahanan pangan Indonesia. Menyimpan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat untuk semua orang, termasuk bagi pelanggan yang kurang dalam segi penghasilan, dapat menciptakan peluang ekonomi yang materiil serta memberikan efek positik terhadap lingkungan sekitar, itulah kehadiran dari sistem pangan berkelanjutan. Hal ini membuat kita harus lebih tepat dalam mengelola makanan karena mempengaruhi beberapa hal seperti: memberikan profitabilitas di seluruh dunia; mendukung kesejahteraan sosial pemangku kepentingan sistem pangan dan menghormati atau memperbaiki lingkungan. Dari beberapa hal tersebut, edible coating hadir untuk memastikan makanan semua orang di masa depan yang lebih higienis, sehat dan bermutu tinggi.


Bagaimana cara memperpanjang usia produk makanan agar lebih awet

Lihat Nature Selengkapnya