Apa yang membuktikan bahwa agama yang berkembang di kerajaan Kutai adalah Hindu

Kerajaan Kutai. Sumber: Gurupendidikan.com

Sejarah Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu Buddha ini perlu untuk kamu ketahui. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua dan kerajaan pertama bercorak Hindu Buddha di Indonesia. Kerajaan ini diperkirakan telah berdiri sejak abad kelima masehi (Kemendikbud, 2017: 87).

Kutai kuat dengan hubungan dagang dengan India karena itulah kerajaan ini terpengaruh Hindu Buddha. Bukti sejarah yang menjelaskan pengaruh agama Hindu Buddha di Kerajaan Kutai adalah prasasti Yupa, yakni batu yang memiliki pahatan tulisan dengan Bahasa Sansekerta. Dilansir dari beberapa situs, Bahasa Sansekerta itu sendiri merupakan bahasa Hindu asli yang menggunakan huruf palawa.

Bukti Sejarah Kerajaan Kutai

Yupa yang merupakan bukti sejarah adanya Kerajaan Kutai merupakan pahatan sebuah tiang batu andesit yang berukuran ± 1 meter yang ditanam di tanah. Adapun fungsi dari Yupa adalah sebagai berikut.

  1. Tiang pengikat hewan untuk upacara keagamaan.

Prasasti Yupa. Sumber: id.wikipedia.org

Prasasti peninggalan Kutai ditemukan di Sungai Mahakam di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti Yupa menjelaskan kisah-kisah pada zaman Kerajaan Kutai. Berikut adalah garis besar kisah yang tercantum dalam tujuh prasasti Yupa.

  • Yupa I berisi tentang silsilah Raja Mulawarman yang menyebutkan bahwa Sri Maharaja Kundungga yang berputra Aswawarman mempunyai tiga orang anak.

  • Yupa II berisi tentang Sri Mulawarman adalah raja mulia dan terkemuka. Pada saat itu, Sri Mulawarman telah memberikan sedekah 20 ribu ekor sapi untuk kaum Brahmana (kasta dalam Agama Hindu).

  • Yupa III berisi tentang kebaikan dan kebesaran Raja Mulawarman.

  • Yupa IV memiliki tulisan yang sudah terhapus sehingga isinya tidak dapat dipahami. Jika diterjemahkan hanya ada tulisan “Kepala Aksara”.

  • Yupa V berisi tentang peringatan dua sedekah yang telah diberikan oleh Raja Mulawarman.

  • Yupa VI berisi tentang Sri Maharaja Mulawarman yang terkenal telah menaklukan raja-raja lain seperti Raja Yudhistira dan Diwa Prakeswara.

  • Yupa VII, serupa dengan Yupa IV tulisan dalam Yupa VII telah memudar sehingga tidak dapat dibaca lagi.

Seru, ya belajar sejarah! Kerajaan apa lagi yang ingin kamu tahu? Tulis di kolom komentar, ya! (AA)

JAKARTA - Sejarah Kerajaan Kutai merupakan sesuatu yang patut disimak oleh pelajar Indonesia. Ini mengingat sejarah Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia.

Menyadur dari buku Sejarah Indonesia untuk Kelas X keluaran Kemedikbud tahun 2013, terdapat beberapa sumber peninggalan yang bisa digunakan untuk mempelajari sejarah Kerajaan Kutai.

Apa saja yang harus diperhatikan dalam mempelajari sejarah Kerajaan Kutai? Berikut pembahasannya.

Bicara soal perkembangan Kerajaan Kutai, tidak lepas dari sosok Raja Mulawarman. Kerajaan Kutai diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup besar dan memiliki beberapa anak sungai.

Baca juga: Mau Beasiswa Program Sarjana di Hokkaido University? Ini Info Lengkapnya

Baca juga: Tragedi Trisakti: Sejarah, Latar Belakang dan Kronologinya

Daerah di sekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam dengan anak sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu. Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke Muarakaman, sehingga baik untuk perdagangan. Inilah posisi yang sangat menguntungkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Untuk memahami perkembangan Kerajaan Kutai itu, tentu memerlukan sumber sejarah yang dapat menjelaskannya. Sumber sejarah Kutai yang utama adalah prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa batu bertulis. Yupa juga sebagai tugu peringatan dari upacara kurban.

Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Dengan melihat bentuk hurufnya, para ahli berpendapat bahwa yupa dibuat sekitar abad ke-5 M.

Hal menarik dalam prasasti itu adalah disebutkannya nama kakek Mulawarman yang bernama Kudungga. Kudungga berarti penguasa lokal yang setelah terkena pengaruh Hindu-Buddha daerahnya berubah menjadi kerajaan.

Walaupun sudah mendapat pengaruh Hindu-Buddha namanya tetap Kudungga, berbeda dengan puteranya yang bernama Aswawarman dan cucunya yang bernama Mulawarman. Oleh karena itu yang terkenal sebagai wamsakerta adalah Aswawarman.

Satu di antara yupa itu memberi informasi penting tentang silsilah Raja Mulawarman. Diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman. Raja Aswawarman dikatakan seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga anak, tetapi yang terkenal adalah Mulawarman.

Raja Mulawarman dikatakan sebagai raja terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat dekat dengan kaum brahmana dan rakyat.

Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana. Oleh karena itu, sebagai rasa terima kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para brahmana mendirikan sebuah yupa.

Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami jaman keemasan. Kehidupan ekonomi pun mengalami perkembangan. Kutai terletak di tepi sungai, sehingga masyarakatnya melakukan pertanian.

Selain itu, mereka banyak melakukan perdagangan, yang bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina. Dalam pelayarannya diperikirakan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai, membuat kerajaan ini semakin ramai dan rakyat hidup makmur.

Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan yang artinya: “Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara”.