Apa yang dimaksud dengan sanitasi berbasis masyarakat

Apa yang dimaksud dengan sanitasi berbasis masyarakat

Penerbit
Sekretariat Bersama STBM - Pokja AMPL (Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan), 2010, 6 hal

Tahun Terbit
Th. 2010

No. Klasifikasi
363.7 SEK s

Kata Kunci
leaflet, STBM, sanitasi total berbasis masyarakat, profil

Lokasi
Perpustakaan AMPL, Telp. 021 - 31904113

Dilihat
15.638 kali

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM menekankan kepada 5 (lima) pilar perubahan perilaku higienis, yaitu:1.    Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS),2.    Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),3.    Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga (PAM RT),4.    Pengelolaan Sampah Rumah Tangga,5.    Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga.

Leaflet ini berisi profil mengenai STBM, meliputi fakta sanitasi, tujuan, prinsip, strategi STBM, serta alamat Sekretariat STBM.

Apa yang dimaksud dengan sanitasi berbasis masyarakat
BAPPELITBANGDA NTT – Kesadaran akan sanitasi yang masih rendah dalam masyarakat, bisa memicu terjadinya pencemaran lingkungan, penurunan kualitas kesehatan, hingga penyebaran penyakit menular. Oleh karena itu, sanitasi harus dimulai dari perubahan perilaku dari setiap warga masyarakat baik secara individu, kelompok maupun komunitas.

Program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan sesuatu yang penting untuk daerah-daerah di Provinsi NTT, lantaran sekarang pariwisata merupakan program pendukung daerah ini dalam menuju NTT sejahtera.

Melalui program kerjasama UNICEF NTT bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Provinsi NTT dalam mendukung keberadaan STBM, telah di bangun sanitasi di 40 Sekolah Dasar guna mendukung pola kebersihan dan kesehatan. Sanitasi secara mendasar dapat diartikan sebagai kemampuan menjaga kebersihan dan tempat buang air yang layak.  Lebih luas lagi, sanitasi juga mengacu pada pemeliharaan kondisi higienis melalui layanan seperti pengumpulan sampah, pengolahan dan pembuangan air limbah, serta pengelolaan limbah berbahaya industri.

Penerapan sanitasi yang telah di bangun oleh Unicef tahun 2018 dukungan DAK Fisik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, dengan pola manajemen berbasis kesehatan menstruasi terlaksana di sekolah dasar inpres (SDI) Lola Rano kecamatan Wewewa Barat, desa Waima Ngura, kabupaten Sumba Barat Daya. SDI Lola Rano, yang jaraknya 18 km dari ibukota kabupaten SBD-Tambolaka, dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan baik roda 4 maupun roda 2, dengan waktu tempuh 15 s/d 20 menit perjalanan.

Adanya Infrastruktur sanitasi di SDI Lola Rano tersebut, menurut kepala sekolah Ibu Maria Mallo, menurutnya, sangat mendukung aktifitas proses belajar mengajar bagi kami sebagai guru dan para siswa/i setiap hari. Selain itu, Maria berharap supaya fasilitas dasar seperti sanitasi ini perlu ditingkatkan keberadaannya pada setiap lembaga pendidikan yang ada di setiap kecamatan dan desa, serta tempat publik lainnya di kabupaten SBD.

SDI Lola Rano, memiliki toilet berbasis pola manajemen kesehatan, baik bagi pria maupun wanita yang sangat terjaga dengan baik dalam pengelolaannya oleh pihak sekolah. Kami, tim dari Bappelitbangda NTT, bersama Bappelitbangda kabupaten SBD (Marthen Umbu Wokura, ST), serta dari Unicef sebagai pendamping, ketika melakukan kunjungan dan melihat langsung dilokasi pembangunan sanitasi yang telah digunakan pihak sekolah, sungguh luar biasa menyaksikan fasilitas yang ada, antaranya adanya pemisahan ruangan toilet wanita dan pria, juga kami menyaksikan pada ruangan toilet wanita tersedia pembalut bagi wanita bila mengalami mentruasi sehingga dapat digunakan.

Selain itu ada fasilitas tempat mencuci tangan setelah buang air besar maupun kecil dengan sabun yang selalu tersedia, juga hal yang sama terdapat pada toilet pria. Bagian kamar mandi yang selalu dibersihkan dengan rutin, mulai dari bak, toilet, wastafel, dinding dan lantai kamar mandi, menggunakan bahan pembersih yang sesuai untuk mengusir kuman-kuman dilakukan setiap hari yang selalu diawasi petugas sekolah. Menurut Bapak Carles pendamping dari Unicef menginformasikan, penerapan sanitasi berbasis manajemen kesehatan menstruasi tersebut merupakan pertama dan salasatunya yang kami bangun di NTT, tepatnya di SDI Lola Rano.

Fasilitas lainnya yang telah di bangun Unicef di SDI Lola Rano, seperti pada halaman area depan ruangan kelas tersedia sarana cuci tangan lengkap dengan sabun melalui keran air sambungan pipa yang terhubung langsung dengan bak penampung air yang tersedia disekolah tersebut. Manfaat ganda dari air cuci tangan yang terpasang tepat berdampingan dengan tanaman seperti yang kami saksikan yaitu, airnya dapat dialirkan langsung dengan tanaman pohon berbagai jenis tanaman hias/ bunga yang tumbuh subur depan ruangan kelas, dan ini sala satu praktik cerdas yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, dan unicef dalam memanfaatkan air limbah mengatasi kesulitan air pada saat musim kemarau serta terbentuknya prilaku hidup bersih dan sehat serta keberlangsungan menjaga ekosistem tumbuhan yang ada pada lingkungan sekolah.

Kehadiran program seperti sanitasi membawa angin segar bagi sekolah dasar setempat yang di intervensi melalui dukungan mitra pemerintah dan tentunya perlu menjadi perhatian pemda setempat sebagai tindak lanjut setelah program Unicef usai, untuk mendapat perhatian melalui lokasi dukungan dana APBD kabupaten.

Menyadari akan berbagai langkah strategis pemerintah provinsi yang selaras dengan kegiatan pembangunan di daerah kabupaten terkait pariwisata, pola dukungan kerjasama semua pihak/stakeholders terus di pantau secara saksama oleh pemda dalam mengatasi penanganan akan sampah dan limbah rumah tangga melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan tempat Pengelolaan Sampah dengan pendekatan Reduce, Reuce, dan Recycle (TPS3R)pun turut mendukung kenyamanan pariwisata.                                                          
STBM, sebagai program yang bermanfaat ganda. Tak hanya tersedianya bangunan fisik, terserapnya tenaga kerja, dan partisipasi masyarakat, tapi juga terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sangat penting terutama di daerah-daerah yang berhubungan dengan sektor pariwisata.

Unicef NTT dalam mendukung program kesehatan di NTT, melalui DInas Kesehatan kabupaten SBD selama kurun waktu 2014- 2019 terus memberikan dukungan dalam mendekatkan pelayanan yang terbaik di bidang kesehatan untuk masyarakat., bersama 16 puskesmas yang ada di kabupaten SBD. Kabupaten SBD terdiri dari 173 desa dan 2 kelurahan. Bersama Unicef sejumlah desa telah merasakan beberapa bentuk pelayanan diberikan kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan Dinas Kesehatan itu sendiri, seperti Yayasan Kristen Sumba, Puskesmas, Posyandu dan Pustu.

Program kesehatan yang diprioritaskan melalui intervensi Unicef antaranya, kesehatan ibu dan anak, pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui, Malaria, peningkatan SDM kesehatan, dan dukungan terhadap STBM. Untuk mengoptimalkan program ini, maka , pelayanan masyarakat di bidang kesehatan juga dilakukan oleh Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, terjangkau oleh masyarakat, namun tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Dalam menjalankan tugasnya, Puskesmas mengusung visi Bupati/Wakil Bupati kabupaten Sumba Barat Daya yaitu Menuju Desa Sehat “ Melalui program 7 Jembatan Emas. dengan indikator yaitu lingkungan sehat, bebas malaria, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk desa. (Edy Latu - Bappelitbangda NTT).

Last modified on Thursday, 12 December 2019 08:13

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah program pemerintah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat.

Tujuan dan Manfaat :Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dipercaya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tersebut; adalah :

  1. Stop Buang Air Besar Sembarangan; adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.
  2. Cuci Tangan Pakai Sabun; adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
  3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga; adalah melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
  4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; adalah melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.
  5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga; adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standarbaku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.

Sanitasi di lingkungan rumah tangga sudah seharusnya menjadi perilaku sehari hari setiap individu dan masyarakat dengan motivasi dan harapan hidup sehat; sehingga mengurangi permasalahan yang dapat ditimbulkan akibat kesehatan; seperti : kematian, kesakitan, biaya kesehatan; dll.


Referensi :Permenkes Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Baca Juga :