Uraikan perbedaan antara pengawetan iradiasi dan fermentasi

Uraikan perbedaan antara pengawetan iradiasi dan fermentasi

Uraikan perbedaan antara pengawetan iradiasi dan fermentasi
Lihat Foto

freepik

Pengalengan, contoh teknik pengawetan fisika

KOMPAS.com - Secara umum, pangan adalah bahan yang mudah rusak atau perishable foods. Hal ini disebabkan tingginya kadar ari di dalam bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan teknik pengawetan makanan.

Tujuan pengawetan makanan

Dilansir dari BPPSDMK Kementerian Kesehatan, berikut adalah tujuan dari pengawetan makanan:

  1. Mencegah terjadinya kerusakan makanan
  2. Mempertahankan mutu
  3. Memperpanjang umur simpan
  4. Menghindari keracunan
  5. Mempermudah penanganan, penyimpanan, dan pengangkutan

Teknik pengawetan makanan

Ada tiga macam teknik pengawetan makanan, yaitu pengawetan fisika, biologi, dan kimiawi.

1. Teknik pengawetan fisika

Teknik pengawetan fisika adalah teknik yang menggunakan intervensi secara fisik. Yang tergolong ke dalam pengawetan fisika adalah pendinginan, pemanasan, pembekuan, pengasapan, pengeringan, iradiasi, dan pembuatan tepung.

Contoh pengawetan fisika antara lain, memasak rendang hingga kering, menyimpan makanan di kulkas dan freezer, menjemur cabai hingga kering, dan mengasapi ikan hingga kering.

Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Freezer Kulkas Membekukan Makanan?

2. Teknik pengawetan biologi

Pengawetan biologi adalah teknik yang menambahkan mikroorganisme untuk membantu makanan lebih awet. Pengawetan secara biologi terdiri dari tiga jenis, yaitu fermentasi bakteri, peragian, dan fermentasi enzim.

Fermentasi bakteri contohnya pada pembuatan olahan susu, seperti keju dan yoghurt. Sedangkan peragian atau menggunakan jamur umum digunakan pada pembuatan tapai dan tempe.

Teknik yang digunakan dalam pengolahan cokelat adalah fermentasi biji kakao yang melibatkan bakteri dan jamur.

3. Teknik pengawetan kimiawi

Teknik pengawetan kimiawi adalah dengan cara menambahkan beberapa zat kimiawi, contohnya gula, garam, dan zat sintetis. Yang termasuk teknik pengawetan kimiawi, antara lain pengasinan dan pengawetan.

Sedangkan bahan sintetis yang biasa ditambahkan untuk pengawetan kimiawi antara lain asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, kalium benzoat, dan kalsium sorbat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Rilanty Hermita
1901519420

Uraikan perbedaan antara pengawetan iradiasi dan fermentasi

Sumber Gambar: http://pedulisehat.info/trik-mengolah-daging-ayam-beku-dengan-aman/

Pangan adalah salah satu kebutuhan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Makanan yang cepat basi atau busuk adalah masalah dalam penyimpanan bahan makanan. Membeli makanan hingga tidak semuanya termakan, Atau para produsen yang membuat makanannya dan harus di pasarkan dalam waktu yang lama. Hal-hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk melakukan pengawetan makanan. Mengawetkan makanan atau membekukan makanan adalah hal yang biasa dilakukan untuk menjaga kesegaran dan kehigienisan bahan pangan. Salah satunya dengan cara Iradiasi.

Iradiasi merupakan teknologi yang relativ lama. Penggunaan iradiasi untuk mengawetkan produk pangan mulai dipelajari intensif sejak tahun 1950 di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa. Pengawetan menggunakan cara iradiasi ini mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan, karena sifar sinar gamma, sinar X atau sinar electron yang digunakan mempunyai daya tembus besar, serta tidak menimbulkan perubahan suhu pada bahan pangan yang diiradiasi. Tidak berubahnya suhu akan menjaga mutu dan kesegaran bahan pangan, dan tidak menimbulkan residu zat kimia pada bahan atau polusi pada lingkungan (Dwiloka, 2002). Iradiasi secara umum digambarkan sebagai seberkas sinar yang menembus suatu bahan dengan kekuatan yang berbeda tergantung pada panjang gelombang dan berbanding terbalik dengan frekuensinya. Semakin pendek panjang gelombang, maka daya tembusnya semakin tinggi (Irawati, 2007).

Penggunaan iradiasi dapat digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan daya simpan, memperbaiki mutu pangan, dan menjaga ke-higenisan bahan pangan. Salah satu syarat dalam pengawetan bahan dengan cara iradiasi adalah dengan memperhatikan dosis iradiasi nya. Dosis iradiasi berbeda-beda untuk setiap tujuan. Kekeliruan dalam iradiasi menyebabkan bahan pangan mengalami kerusakan sehingga menimbulkan kerugian bagikonsumen, serta tujuan iradiasi tidak tercapai, density produkpangan yang akan di iradiasi mempunyai kaitan erat dengan distribusi dan penyerapan dosis (Irawati, 2007).

Terjadinya iradiasi bahan pangan menyebabkan interaksi antara radiasi dengan materi atau sel hidup , dan dapat menimbulkan berbagai proses fisika dan kimia didalam materi tersebut, yang diantaranya dapat menghambat sintesa DNA sel hidup mikroba. Penghambatan sintesa DNA pada mikroba inilah yang melengkapi tujuan teknologi iradiasi yaitu membunuh mikroba, serangga, bahkan pertunasan (Nuklir). Prinsip iradiasi bahan pangan adalah memberi radiasi dengan dosis tertentu,tergantung tujuan yang ingin dihasilkan kepada bahan pangan.

Prinsip iradiasi menurut (Maha, 1981 dan 1982), untuk pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan energi tinggi yang biasa disebut radiadi pengion. Ionisasi adalah proses peruraian senyawa kompleks atau makromolekul menjadi fraksi atau ion radikal bebas. Selain mengionisasi, iradiasi juga menimbulkan eksitasi dan perubahan kimia. Eksitasi adalah keadaan suatu sel hidup dalam keadaan peka terhadap pengaruh dari luar. Kemudian, terjadi perubahan kimia dalam sel hidup yang akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses pembelahan sel (mikroba) akan terganggu dan terjadi efek biologis, maka dari itulah yang membuat bahan pangan menjadi lebih awet dengan teknologi iradiasi.

Pencegahan dan eliminasi bakteri pada daging unggas khususnya ayam, dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi iradiasi gamma. Fasilitas iradiasi pangan yang sudah beroperasi pada umumnya menggunakan sinar radiasi gamma dari radionuklida Cobalt-60. Iradiasi gamma mempunyai keunggulan yaitu tidak merubah warna bahan makanan, tidak merubah tekstur, maupun tidak mengubah kandungan gizi, namun pada dosis tertentu, seperti yang sudah tertera pada Figure 1. Seperti yang diketahui pada Figure 1, menurut Komisi Codex Alimentarius FAO/WHO pada tahun 1984, dosis yang dianjurkan untuk penggunaan iradiasi tidak melebihi dari 10 kGy. Jumlah energy ini sangat kecil, yaitu setara dengan suhu panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu air sebanyak 2,4°C. maka dari itu produk pangan hanya mengalami sedikit perubahan dalam hal warna, tekstur, dan kandungan gizi (Andini, 2004). 

Sumber penulisan:

Andini, L. ,. (2004). KETAHANAN BAKTERI Salmonella spp. TERHADAP IRADIASI PADA MAKANAN OLAHAN DAGING AYAM. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner .

Dwiloka, B. (2002). Iradiasi Pangan. Semarang: Universitas Semarang.

Irawati, Z. (2007). PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN DAN DAYA SIMPAN BAHAN PANGAN. aplikasi teknologi isotop dan radiasi.

Ley, F. (1968). “Ionizing radiation for the elimination of Salmonella from frozen meat” Elimination of harmfulorganism from food and feed by irradiation. Vienna: IAEA.

Maha, M. (1981 dan 1982). Prospek Penggunaan Tenaga Nuklir dalam bidang teknologi pangan. Batan: PAIR.

HANDAYANI
2001559753

Uraikan perbedaan antara pengawetan iradiasi dan fermentasi

Sumber: http://www.kabarnusa.com/2014/11/batan-kembangkan-teknologi-iradiasi.html

Makanan memiliki daya simpan yang berbeda-beda. Daya simpan tersebut berpengaruh dalam hal mempertahankan baik sifat fisik maupun kimia dari makanan tersebut. Untuk meningkatkan daya simpan makanan, diciptakan suatu cara yang disebut dengan pengawetan makanan. Pengawetan ini bertujuan agar makanan tersebut dapat dikonsumsi kapan saja dan siap untuk dihidangkan tanpa harus kesulitan memasak dan menyiapkan banyak bahan sehingga memudahkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan waktu. Makanan yang diawetkan juga tidak mengurangi kualitas dari makanan tersebut.

Pengawetan yang sering masyarakat gunakan dari sejak dahulu adalah pengasapan, pemanasan, dan pembekuan. Namun, dari semua teknik pengawetan tersebut terdapat teknik pengawetan yang lebih modern akan penggunaan teknologinya. Teknik pengawetan tersebut adalah teknik nuklir dengan cara iradiasi. Teknik ini dijadikan alternatif untuk memperpanjang masa simpan dari suatu bahan pangan. “Hal ini untuk menjawab permasalahan pada bahan pangan yang mengalami tingkat kerusakan sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh cuaca, serangan serangga, sampai kerusakan oleh mikroba,” kata Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, dalam artikel new.liputan6.com.

Iradiasi adalah suatu proses fisika yang dapat dimanfaatkan dalam pengawetan untuk meningkatkan keamanan bahan pangan. Jenis radiasi yang memiliki energi tinggi yang disebut sebagai radiasi pengion merupakan jenis radiasi yang digunakan dalam teknik pengawetan ini. Hasil energi tersebut bertujuan untuk menghambat pertunasan dan pematangan serta membasmi serangga serta dapat membunuh mikroba patogen dan bakteri, sehingga mutu bahan pangan tetap terjaga. Pengaplikasian dosis iradiasi disesuaikan dengan tujuan pada bahan pangan tersebut. Makanan yang diawetkan dengan iradiasi dapat bertahan hingga 6 bulan, sehingga dapat diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan makanan yang tahan lama namun kualitasnya tetap terjaga.

Teknik ini juga memiliki pembatasan dan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 701/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pangan Iradiasi. Iradiasi lebih unggul dibandingkan dengan teknik pengawetan konvensional, yaitu hemat energi dan bahan, mudah dikontrol, dapat diproses dalam kemasan yang tidak tahan panas, tidak meninggalkan residu, dan ramah lingkungan. Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir keamanan bahan pangan yang diawetkan dengan iradasi.

Sumber:

ATOMOS. Aplikasi Teknik Nuklir dalam Pengawetan Bahan Pangan. NO. ISSN 0215-0611. Jakarta: PDIN I BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, www.batan.go.id

Ramdhani, Gilang. 2014. Kapasitas Antioksidan Meningkat pada Makanan Iradiasi. Diperoleh 22 April 2017 pukul 05.17 WIB, http://news.liputan6.com/read/2125016/kapasitas- antioksidan-meningkat-pada-makanan-iradiasi