Tuliskan tiga contoh yang dapat kamu lakukan untuk melaksanakan kehendak allah agama kristen

Penentuan dan restu dari orang berotoritas, yang mampu mengontrol semua proses yang harus dilalui, agar dapat mencapai target semestinya – menjadi  bagian penting dari pekerjaan manajerial, pekerjaan team untuk mewujudkan karya sebuah proyek besar yang melibatkan banyak orang dan banyak ahli di bidangnya masing-masing.

Namun, tak kurang fakta, orang-orang berotoritas dan berkompetensi tersebut—dapat gagal karena gagal mengendalikan situasi, fakta dan faktor X yang muncul di luar dugaannya.

Itulah keterbatasan otoritas dan kompetensi manusia hebat berhadapan dengan situasi  lingkungan yang tak terduga dan gangguan faktor X. Belum lagi, otoritas dan kompetensi dirinya memang sedang melemah dan merosot.

Tetapi, bagaimana dengan penentuan Tuhan?

Dalam Yunus 1: 17 disebutkan, Maka atas penentuan [Manah = penetapan/perhitungan /kalkulasi] Tuhan [mempersiapkan] [datanglah] seekor ikan [DA’AG=bergerak dengan kibasan ekor] besar menelan Yunus [BALA=menelan, melanda] dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.

Firman ini ditulis dengan latar belakang peristiwa: Nabi Yunus diutus Tuhan ke Niniwe, untuk menyampaikan undangan pertobatan bagi penduduk di sana. Niniwe adalah kota besar berpenduduk lebih dari 120.000 ribu orang, yang kejahatannya telah melampaui batas. Jika tidak bertobat akan di hukum oleh Allah (4;11)

Nabi Yunus melarikan diri dari pangutusan Tuhan—dia pergi naik kapal ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan (1:3). Tuhan mendatangkan: angin ribut ke laut dari Yafo menuju Tarsis – terjadilah badai besar, sehingga kapal hampir terpukul hancur (1:4)

Ketakutan dahsyat di kapal, terjadi. Segala upaya mengatasi badai besar ditempuh, sampai pada perintah untuk “memanggil Allah, memohon perolonganNya" dan cara-cara rohani/ mistik ditempuh, dengan membuang undi (1:6-7)

Yunus mengakui dosa ketidak taatannya  pada Tuhan... badai besar di laut itu terjadi karena dirinya...Yunus minta dibuang ke laut saja (1:10-17)

Atas penentuan Tuhan, Turunlah angin ribut ke laut dan menjadi badai besar yang nyaris menenggelamkan kapal (1:4). Atas penentuan Tuhan dan perkenanan Tuhan, waktu Yunus sudah terbuang ke laut—laut pun berhenti mengamuk (1:15)

Bagaimana dengan Yunus yang dilempar kan ke dalam laut? 

Atas penentuan Tuhan: Dalam laut yang bergelora, Yunus dilemparkan, awak kapal tak tahu bagaimana nasib Yunus—itulah yang menjadi rasa bersalah awak kapal memutuskan hal  itu—dan memang laut menjadi tenang.

Tuhan Allah telah mempersiapkan dan menentukan [Manah] hadirnya ikan besar itu pada tempat yang tepat, dan pada saat yang tepat, memberikan ruang/tempat yang tepat bagi Yunus, “mulut ikan dan perut ikan”

Penentuan Tuhan ini menyatakan otoritas dan kompetensi Allah yang Mahakuasa, Mahatahu, berkarya dengan cara-Nya, punya maksud dan tujuan-Nya yang mengherankan:

Dia berkuasa atas angin dan ombak. Dia berkuasa atas ikan dan binatang dalam laut. Dia berkuasa atas tempat/ topos dan waktu baik chronos dan kairos. Ikan besar itu dipakai oleh Tuhan menjadi kendaraan penyelamatan bagi Yunus (seperti kapal selam penyelamat—di bawah laut)

Yunus, layaknya mati tenggelam di laut... jika Tuhan tidak mengutus ikan besar itu. Yunus, layaknya mati dalam perut ikan walaupun ada ruang yang luas cukup menampung dirinya: dia bisa keracunan, dia kurang oksigen bersih, jika kelamaan di dalam perut ikan itu, tentu Yunus akan mati lemas.

Yunus, di tempatkan dalam kondisi harus merima penghukuman Tuhan atas segala dosa dan kesalahannya pada Tuhan. Penghukuman Tuhan yang menjadi proses pembelajaran; Tuhan mendidik Yunus agar dia menjadi lebih dewasa dalam iman dan kerohanian.

Dalam perut ikan tersebut, Yunus tidak bisa bebas menuruti kemauannya sendiri. Yunus hanya bisa berefleksi, mengingat kebaikan Tuhan dan berkomitmen pada apa yang akan dilakukannya bagi Tuhan.

Yunus menjadi sadar akan segala dosanya. Dia menyesal dan bertobat. Semangatnya diperbaharui lewat selamat dan alami sengsara berat di dalam perut ikan itu.

Setelah tiga hari tiga malam dalam perut ikan itu—atas penetapan Tuhan, ikan itu memuntahkan/ menyemburkan Yunus ke darat. Dalam Yunus 2:10 dijelaskan, Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan [Qayah=semburkan] Yunus ke darat.

Penentuan dan perkenanan Tuhan sering menjadi alasan penting, terjadinya karya penyelamatan Tuhan yang mengherankan dan menakjubkan.

Kok bisa, ombak lautan yang bergelora itu menjadi tenang ketika Yunus dilemparkan ke laut dan tercebur ke dalam lauta bergelora itu? Kok bisa, pada saat yang tepat itu lewatlah ikan besar yang mampu menelan Yunus, dan memasukkannya ke dalam perut nya yang lebar dan besar daya tampungnya, dan tetap ada sirkulasi oksigen yang dibutuhkan oleh Yunus. Sehingga, Yunus bisa tetap hidup dan bisa berfikir, dan otaknya masih dapat mengingat dan tahu, di mana dirinya sekarang ini.

Penghukuman Tuhan sebagai  Pendisiplinan Tuhan atas pelanggaran dan dosanya pada Tuhan telah membawanya pada pembaharuan sikap dan komitmen dirinya pada Tuhan.

Setelah cukup waktunya penghukuman Tuhan, tiga hari tiga malam dalam perut ikan yang pengap dan tak bebas itu, akhirnya Tuhan memerintahkan ikan itu untuk memuntahkan/ menyemburkan Yunus di daratan.

Atas penentuan Tuhan, Yunus mau taat menggenapi panggilan dan pengutusan Tuhan: menyampaikan berita penghukuman Tuhan yang akan menimpa Niniwe dalam waktu jeda, 40 hari mendatang, yaitu jika Niniwe tak mau bertobat dari kejahatan mereka dan dari kekerasan mereka (3:4, 8 – 9)

Dalam seharian perjalanannya di Niniwe, Yunus menyampaikan khotbahnya (3:4). Mendengar khotbah Yunus itu, Penduduk Niniwe bertobat, minta ampun kepada Tuhan. Raja mengumumkan masa perkabungan, puasa massal dan puasa total untuk memohon belas kasihan Tuhan. Sebab mereka bertekad bertobat (3:5-8). Allah membatalkan rencanaNya (3:10)

Yunus dipakai oleh Tuhan secara luar biasa untuk membawa penduduk Niniwe pada pertobatan besar dan pertobatan masal.– Buah pelayanannya dalam 1 – 3 hari itu telah menobatkan penduduk sebuah kota besar saat itu. Sehingga Allah membatalkan penghukumanNya. Amin

Elsie C. |

Di katakan di Ibrani 10:36, “Kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu, yaitu hidup (ay.39) .  Hanya satu jenis orang yang akan tetap hidup selama-lamanya, yaitu orang yang melakukan kehendak Allah. ( 1Yoh. 2:17)

Namun tidaklah mudah bagi kita untuk melakukan kehendak Allah. Terdapat beberapa hal yang mendasar yang akan membantu kita dalam melakukan kehendak Tuhan.

  1. Kita harus Percaya kepada-Nya. Dalam hal yang berhubungan dengan kehidupan kita, kita hanya akan melakukan perintah atau kehendak dari orang yang kita percayai atau ditakuti.

    Namun Allah lebih senang kalau kita melakukan kehendak Allah karena kita percaya kepada-Nya bukan karena kita takut pada-Nya. Sebagai seorang Bapa yang baik, Dia lebih senang dipercayai daripada ditakuti. Dalam hubungan dengan seseorang yang memberi perintah, apakah orangtua, guru, dokter dll., tanda kepercayaan adalah ketaatan. Dan sebaliknya tanda ketidak-percayaan ialah ketidak-taatan. Orang yang hidup dalam ketidak-taatan dalam pengertian apapun tidak dapat disebut orang percaya, karena ketidak-taatannya adalah bukti ketidak-percayaannya, sekalipun ia mempercayai dengan segenap hati Yesus ialah Tuhan!

  2. Kehendak Allah tidak berat. Apakah kita menemukan bahwa kehendak atau perintah Allah itu berat? Jika kita mengasihi seseorang, setiap keinginan dan kehendaknya sangatlah enteng. Kita akan dengan penuh semangat berusaha untuk menyenangkan hati orang yang kita kasihi. Orang yang sedang berpacaran pasti tahu hal ini. Karena cinta, tidak ada yang terasa berat, banyak orang yang bahkan sanggup mengorbankan segalanya karena cinta.

    Jika kita sesungguhnya mengasihi Tuhan, perintah-Nya tidak akan terasa berat, karena satu-satunya upah yang kita cari ialah kesenangan-Nya. Seperti yang dikatakan oleh Yohanes, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat (1 Yoh. 5.3)

  3. Pandangan tentang kehendak Allah. Kehendak Allah itu baik dan sempurna bagi kita. Allah tidak memperoleh apa-apa ketika kita melakukan kehendak-Nya. Semua kehendak-Nya adalah demi kebaikan dan keuntungan kita. Tidak ada satupun yang kita lakukan “untuk Dia” yang menguntungkan Dia, tetapi justru untuk keuntungan kita sendiri!

    Kita menyembah Dia, tapi yang untung kita sendiri. Jika kita berdoa, siapa yang untung? Dan ini termasuk semua larangan yang Tuhan tetapkan bagi kita. Kita seringkali memandang kehendak dan larangan Allah sebagai mengekang kebebasan kita.

    Akal budi kita harus diperbarui untuk melihat bahwa setiap perintah Allah itu adalah untuk kebaikan dan untuk melindungi kita dari yang jahat. Oleh karena itu, dalam melakukan kehendak Allah, janganlah kita berpikir kita telah mengorbankan sesuatu, karena dalam kenyataannya kita tidak rugi apa-apapun, tetapi malah memperoleh segala sesuatu.

  4. Kita harus kumpul, duduk dan dengar. Alasan yang sering diberi untuk tidak melakukan kehendak Allah adalah karena kita tidak mengetahuinya. Di Matius 12:50 Yesus berkata bahwa siapa saja yang melakukan kehendak Bapa di surga adalah saudaranya. Yesus menunjuk kepada mereka yang sedang berkumpul, duduk dan mendengarkan firman Tuhan ( Mt 12.46-50). Firman Tuhan mengungkapkan kehendak Tuhan.

    Memang benar bahwa kita tidak mungkin dapat melakukan kehendak Tuhan, jika kita tidak mengetahuinya. Dan cara untuk mengetahui kehendak Tuhan adalah mengetahui apa yang diucapkan atau dikatakan oleh-Nya. Kehendak seseorang diungkapkan lewat kata-katanya, demikian juga dengan Tuhan, kata-kata-Nya atau firman-Nya mengungkapkan isi hati dan kehendak-Nya.

    Tidak ada alasan untuk kita berkata kita tidak mengetahui kehendak Tuhan padahal Dia sudah mengungkapkan semuanya di dalam Kitab Suci.

  5. Waktu. Kita perlu meluangkan waktu untuk mengetahui maupun melakukan kehendak Tuhan. Paulus meminta kita untuk mempergunakan waktu kita dengan arif dan bijaksana. Dan  orang yang arif akan mempergunakan waktu untuk mengerti kehendak Allah (Efe 5:15-17). Sangat menyedihkan melihat bagaimana orang membuang waktu mereka untuk hal-hal yang tidak berguna; menonton filem-filem yang tidak berguna, membaca majalah-majalah dan buku-buku yang tidak bermanfaat dan juga menghabiskan waktu  melakukan kegiatan-kegiatan yang sia-sia. Kesibukan tidak selalunya berarti produktivitas.

    Waktu adalah hidup, dan jika kita arif, kita akan memaksimalkan waktu kita untuk mencari-tahu kehendak Allah bagi kehidupan kita. Kita dapat memulainya dengan memperhatikan dengan seksama bagaimana kita hidup, atau dengan kata lain, bagaimana kita mempergunakan waktu kita. Ada baiknya kita mulai menyerderhanakan hidup kita.

Kiranya kita ditemukan seperti Maria yang meninggalkan segala kesibukan dan memfokuskan diri untuk duduk dan mendengarkan perkataan Yesus dan tidak seperti Marta yang sibuk melakukan banyak hal dan gagal dalam memilih bagian yang terbaik (Lukas 10.38-42). Dan setelah mendengarkan isi hati Tuhan, kita tinggal melakukannya karena kita mengasihi dan mempercayainya dari kedalaman hati kita.