Tuliskan tiga contoh penyajian drama berdasarkan jenis alirannya

NASKAH LAKON SENI TEATER MODERN

Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama nama dan lakon lakon dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan (set) panggung yang diperlukan. Sebuah pementasan teater/drama pasti memiliki naskahnya sendiri dengan cerita dan tema yang berbeda beda pula. Tanpa adanya naskah drama, tidak akan mungkin sebuah pertunjukan teater atau drama dapat dimainkan.

Kata drama berasal dari kata Yunani Kuno yang berarti ‘bertindak atau berbuat’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa drama adalah ‘komposisi syair atau prosa, cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (acting) atau dialog yang dipentaskan’.

Drama adalah salah satu jenis lakon yang berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik rumit dan penuh daya emosi yang sengaja disusun untuk pertunjukan teater.

Contoh lakon drama modern : “titik titik hitam” karya Nasjah Djamin, “Domba domba revolusi” karya B. Sularto, “Boneka Mainan”, “Tiang tiang Masyarakat”

B.   Ciri ciri Naskah Drama

Sebuah drama harus mengandung persoalan persoalan kehidupan yang akan menentukan bobot, nilai, dan makna dari cerita drama tersebut.                                   Berbagai persoalan tersebut kemudian diramu oleh penulis dalam bentuk percakapan percakapan yang nantinya akan diperankan oleh para aktor

Sebuah naskah drama umumnya hanya berupa dialog atau percakapan percakapan.

Percakapan dalam naskah drama disebut wawancang.

Jika ada bagian yang bukan percakapan, bagian itu disebut kramagung atau stage director.

Wawancang merupakan bagian terpenting dari naskah drama.

Dalam wawancang terkandung semua perasaan.

Selain memahami naskah, actor juga harus menciptakan intonasi yang tepat, mengucapkan diksi dan artikulasi secara jelas. Dengan demikian, emosi atau perasaan yang terkandung dalam cerita dapat tersampaikan dengan tepat.

Drama merupakan sarana bagi pembuatnya untuk menyampaikan pesan moral atau pandangannya terhadap berbagai hal kepada penonton dan masyarakat.

Tema dijadikan ide sentral dalam sebuah naskah drama. Tema merupakan sasaran, pesan, atau pandangan yang ingin disampaikan oleh seorang penulis drama.

Tema dapat memiliki ide tunggal, tetapi bisa juga lebih dari satu ide.

a.       Penyajian Drama Berdasarkan Jenis Bahasa

Bentuk penyajian dialog dalam drama dapat dibedakan dari jenis bahasa yang digunakan yaitu, gaya atau susunan kalimat yang dipakai dalam penulisan dialog.

Dalam bentuk ini, gaya bahasanya mirip dengan gaya bahasa puisi. Bedanya, lirik diikat oleh bar, yaitu potongan birama dalam setiap baris atau dialognya berbentuk nyanyian. Pertunjukan yang menampilkan lirik sebagai dialog disebut OPERA atau pun OPERET. Di Jawa, sejak  jaman kerajaan pertunjukan ini di sebut Langendriyan (Mangkunegaran Surakarta) dan Langenmandra Wanara (Yogyakarta).

Gaya bahasa yang dipakai dalam penyajian drama diambil atau menggunakan bahasa percakapan sehari hari yaitu logat daerah tertentu.

Gaya bahasa yang digunakan dalam penyajian drama berupa susunan puisi, baik yang terikat maupun tidak terikat pada rima. Mayoritas naskah drama Indonesia yang ditulis kisaran tahun 1940-1950 menggunakan bahasa puisi dalam gaya percakapannya.

b.      Penyajian Drama Berdasarkan Jenis Aliran

Aliran dalam drama adalah gaya atau bentuk penyajian yang ditentukan oleh kecendrungan sikap atau pandangan yang tumbuh pada kurun waktu tertentu yang kemudian berkembang menjadi pola.

Aliran drama yang memiliki aturan sangat ketat dibandingkan dengan drama yang lain dengan lakon lima babak.

Aliran drama yang memiliki bentuk dengan tiga segi yang mendasar, yakni kebenran, kesusilaan dan kegaiban. Hal ini menjadi pedoman dari para penganut neoklasik adalah segenap alam dikuasai oleh satu Tuhan.

Aliran drama yang muncul sekitar abad ke 18. Bentuk drama yang lahir pada abad ini diwarnai oleh sikap dan pandangan bahwa manusia dapat menemukan berbagai berkat keampuhan analisis akalnya dan tindakan apapun bentuk nya dapat dituntun oleh sifat alamnya.

Aliran drama yang muncul sekitar abad 19. Bentuk drama yang tubuh pada abad ini sangat dipengaruhi oleh tata nilai yang dibangun berdasarkan pemikiran kaum positivism, terutama karena pengaruh buku Charles Darwin (The origin of the species)

5.  Simbolisme atau neoromantisisme dan impresionisme

Drama yang umumnya menampilkan tema tema terkait dengan kehidupan bersejarah seseorang atau beberapa tokoh.

Drama simbolisme dibuat untuk menampilkan persoalan persoalan yang dianggap samara tau misterius, tetapi mengandung kenyataan atau kebenaran yang mungkin dapat dipahami.

Aliran dari abad ke 20 yang menantang keampuhan realism.

Bentuk drama dari sekitar perang dunia II yang dibenahi oleh Bertolt Brecht. Brecht menganggap teater telah terkulai dalam keadaan lelah sehingga perlu adanya tenaga yang sanggup mendenyutkannya lagi.

Aliran yang muncul sekitar tahun 1950 an. Aliran ini muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap aliran aliran sebelumnya. Aliran ini bersifat tidak rasional, tidak pernah terjadi atau tidak bisa dipikirkan.

Ciri khas drama absurdisme biasanya menampilkan segala dialog yang melompat lompat dan tidak ada alur. Kalau pun ada, alur yang ada berputar putar tanpa ada pemecahan masalah secara tuntas.

c.       Penyajian Drama Berdasarkan Jenis Sajian

Sifat sifat dramatic sebuah naskah drama menjadi pedoman dalam mengklasifikasikan jenis sajian drama.

Menurut Aristoteles, lakon tragedy adalah lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar atau tokoh tokoh yang memiliki pengaruh dalam masyarakat.

Tujun utama lakon tragedy adalah membuat penonton merasakan pengalaman emosi melalui pengidentifikasian diri para tokoh. Selain itu, lakon tragedy juga bertujuan untuk menguatkan kembali kepercayaan diri sendiri sebagai bagian dari manusia.

Menurut Aristoteles, lakon komedi merupakan tiruan dari tingkah laku manusia biasa, yang merupakan perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan kehidupan sehingga menumbuhkan tertawaan dan cemoohan.

Lakon komedi adalah lakon yang mengungkapkan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu. Dengan cara ini, para penonton diajak untuk dapat lebih menghayati kenyataan hidupnya.

Lakon serius yang menggarap satu masalah yang mempunyai arti penting, yang memiliki segala rangkaian peristiwa yang tampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya Tarik memikat, serta tidak diakhiri dengan kematian tokoh utamanya.

Lakon satir adalah lakon yang mengemas perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah kebaikan.

Tujuan drama satir tidak hanya semata mata sebagai humor biasa, tetapi lebih sebagai sebuah kritik terhadap seseorang atau kelompok masyarakat dengan cara yang sangat cerdik.

Lakon satir hamper sama dengan komedi , tetapi ejekan dan sindiran dalam satir lebih  agresif dan terselubung.

Pada mulanya, melodrama merupakan bagian dari sebuah babak dalam opera yang menggambarkan suasana sedih atau romantic yang diiringi alunan music.

Melodrama adalah sebuah lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton.

Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan perasaan penonton.

Fungsi dari kerangka dramatic ini adalah sebagai perangkat untuk dapat mengungkapkan pikiran pengarang dan melibatkan pikiran serta perasaan penonton ke dalam laku cerita. Aristoteles mengatakan kerangka dramatic merupakan makna lakon.

Kerangka dramatic mengandung enam elemen yakni, eksposisi, konflik, komplikasi, klimaks, resolusi dan simpulan.

Gustav Freytag. Freytag (1863) menggambarkan struktur dramtik yang bergerak mengikuti elemen atau bagian, yaitu exposition, rising action, climax, falling action dan denouement.

Struktur Freytag ini dikenal dengan sebutan Piramida Freytag atau freytag’s Pyramid.

Exposition adalah penggambaran awal dari sebuah lakon. Bagian ini berisi tentang perkenalan karakter dan masalah yang akan digulirkan. Penonton diberi informasi tentang masalah yang dialami atau konflik yang terjadi dalam karakter yang ada dalam naskah lakon.

Complication (rising action). Pada bagian ini, mulai timbul kerumitan atau komplikasi dari jalinan peristiwa yang terjadi. Di sini sudah mulai digambarkan perilaku karakter yang ingin mengatasi konflik.

Climax adalah puncak dari laku lakon dan mencapai titik kulminasinya. Pada titik ini, semua permasalahan akan terurai dan mendapatkan penjelasan melalui laku karakter dan dialog yang disampaikan oleh para pemeran. Pada tahap ini, penonton diharapkan akan mengalami katarsis atau proses pembersihan emosi dan pencerahan pada jiwa penonton.

Reversal (falling action) adalah penurunan emosi lakon. Penurunan ini tidak saja berlaku bagi emosi lakon, tetapi juga emosi penonton. Titik ini biasanya ditandai dengan semakin lambatnya emosi permainan dan volume suara pemeran lebih bersifat menenangkan. Selain menurunkan emosi lakon dan penonton, reversal juga berfungsi memberi waktu kepada penonton untuk merenungkan apa yang telah ditontonnya.

Denouement adalah penyelesaian dari lakon tersebut. Penyelesaiannya dapat berakhir dengan bahagia atau menderita.

RANCANGAN PEMENTASAN TEATER MODERN

Tata panggung disebut juga scenery atau set dekorasi

Scenery dalam arti luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas serta segala elemen visual yang mengitari pemeran dalam pementasan.

Scenery dalam arti sempit adalah benda yang membentuk latar belakang secara fisik, yang memberi batas pada lingkungan gerak laku.

Set dekorasi atau tata panggung terbagi menjadi 5 yaitu :

a.  Natural background yaitu penggunaan latar belakang panggung dalam suatu pementasan dengan menggunakan backdrop dan cyclorama

b.  Decorative scenery yaitu perlengkapan panggung yang menggunakan peralatan imitasi atau tiruan dengan maksud memberikan suasana.

c.  Descriptive scenery yaitu perlengkapan panggung menggunakan benda aslinya untuk menghias panggung agar dapat mewakili suasana.

d.  Atmosphere scenery yaitu perlengkapan panggung yang menggunakan kombinasi antara descriptive dan decorative scenery yaitu sebagian menggunakan benda asli dan sebagian imitasi untuk hiasan panggung.

e. Active background yaitu latar belakang yang aktif (bergerak) sehingga dapat memopang suasana.

a. Perlengkapan dekoratif (decorative property) yaitu perlengkapan suatu latar yang telah dipilih untuk membantu menghadirkan latar belakang tempat dan waktu yang terjadi dalam sebuah lakon teater. Contoh : gorden, hiasan dinding atau gambar gambar.

b. Perlengkapan lantai ( floor property) yaitu semua perlengkapan yang berdiri atau berhubungan langsung di atas lantai panggung. Contoh : kursi, meja, lemari, permadani.

c.  Perlengkapan tangan (hand property) yaitu segala sesuatu yang diambil, digunakan atau dipegang langsung oleh actor atau aktris dalam penampilannya di atas pentas. Contoh : tas, koper, payung, baki, gelas, dll

Perlengkapan tangan harus dibedakan dengan aksesoris yang merupakan bagian dari kostum. Topi, selendang, sapu tangan, dan hiasan tangan lainnya lebih merupakan bagian dari kostum, bukan bagian dari property sehingga menjadi tanggung jawab pendesain kostum.

Tata busana atau kostum adalah segala sesuatu yang disandang oleh pemain. Tata busana sangat berpengaruh terhadap penonton.

Terdapat lima tipe kostum yang ada yaitu :

a. Kostum historis, yaitu kostum yang menampilkan sebuah periode periode spesifik dalam sejarah.

b. Kostum modern yaitu pakaian yang dipakai oleh masyarakat masa kini atau pakaian dengan tren.

c.  Kostum nasional yaitu pakaian dari Negara atau tempat spesifik

d. Kostum tradisional, yaitu pakaian atas representasi karakter spesifik secara simbolis dan distilasi.

e. Kostum fantasi yaitu pakaian yang digunakan berdasarkan daya kreasi dan imajinasi.

Tata rias adalah seni mengubah wajah. Tata rias yang dimaksud dalam pementasan teater adalah tata rias pentas, jadi segala sesuatu yang harus ditunjukkan sehingga membentuk nuansa artistic yang mendukung karakter actor atau aktris dalam sebuah pementasan lakon.

Tata rias merupakan cara penggunaan alat kosmetik untuk membentuk wajah atau gambaran peran yang akan dimainkan.

Hal yang perlu diperhitungkan dalam tata rias pentas adalah jarak antara penonton dan pemain serta intensitas penyiaran lampu. Daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6 meter, misalnya turut memengaruhi tebal tipisnya tata rias. Intensitas cahaya dan warna cahaya juga akan sangat memengaruhi warna dan kejelasan suatu tata rias.

Kegunaan tata rias dalam teater adalah mengubah yang alamiah (nature) menjadi yang berbudaya (culture) dengan prinsip mendapatkan daya guna yang tepat. Tata rias juga bermanfaat untuk mengatasi efek sinar tata lampu yang kuat dan membuat wajah serta kepala pemain sesuai dengan peranan yang dikehendaki.

Tata rias dapat dibedakan menjadi Sembilan macam yaitu :

a. Rias jenis, dilakukan jika perias harus mengubah karakter seorang lelaki menjadi wanita atau sebaliknya

b. Rias bangsa, dilakukan jika seorang actor atau aktris berkebangsaan Asia harus melakukan peranan sebagai seorang Eropa.

c.  Rias usia, rias mengubah wajah seorang actor atau aktris menjadi karakter yang sangat berbeda dari usia aslinya.

d. Rias tokoh, merias wajah actor untuk dapat menyerupai tokoh dalam cerita.

e. Rias watak, rias yang dilakukan untuk menunjukkan watak seseorang

f.  Rias temporal, merias menurut perbedaan perbedaan yang terjadi pad situasi tertentu,

g.  Rias aksen, rias yang hanya mamberikan tekanan pada pelaku yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkan.

h. Rias local, rias berdasarkan tempat tertentu atau ditentukan oleh latar belakang tempat dari peran yang dimainkan.

i.   Rias fantasi, riasan yang dilakukan berdasarkan daya kreasi dan imajinasi sesuai dengan tema cerita dalam pementasan teater.

Tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas dengan menggunakan peralatan tata cahaya.

Fungsi tata cahaya secara umum adalah untuk membentuk situasi, menyinari gerak pelaku, menjadi isyarat perpindahan adegan, serta mempertajam ekspresi demi penciptaan karakter.

Pertunjukan akan lebih hidup bila ada tata cahaya.

Di bawah ini adalah beberapa peralatan tata cahaya :

Dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu :

1.       Foodlight memiliki cahaya dengan sinar yang menyebar, biasanya dipergunakan untuk cyclorama dan footlight.

2.       Spotlight memiliki sinar yang menyatu, menyorot terarah dan focus pada satu tempat.

b. Dimmer pack dan control

1.       Dimmer untuk mengendalikan dan mengontrol intensitas cahaya dan perubahan cahaya dalam intensitas tertentu.

2.       Dimmer dapat mengubah intensitas cahaya dari terang ke remang

3.       Dimmer juga mampu mengatur temperature yang mengalir ke filament bohlam.

Music dan bunyi berfungsi sebagai pendukung peristiwa dan menggambarkan suasana.

Music dapat menunjukan latar waktu.

Perwujudan music dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat music atau dengan menggunakan music rekaman.

Peralatan tata suara disebut dengan sound system.

Penggunaan sound system pada pementasan teater sangat minim bahkan cenderung ditiadakan.

Sebelum mengadaptasi sebuah naskah, anda harus membedah naskah tersebut lalu menganalisis nya terlebih dahulu.

Yang dianalisis adalah isi atau tema cerita, alur, latar sejarah zaman naskah tersebut ditulis dan lata belakang pengarangnya.

Setelah memahami keseluruhan isi naskah kemudian naskah dipotong, diadaptasi, ditranformasi atau disadur ulang dengan tidak melenceng dari benang merah suatu naskah.

Sebagian kritikus teater berpendapat bahwa memotong naskah drama merupakan hal yang tabu dan merupakan sebuah sikp vandalisme.

Dalam lakon akan dijumpai dua hal yang sangat penting, yaitu konflik dan tokoh yang terlibat di dalam rangkaian kejadian dan sebuah kerangka besar yang mendasari sebuah lakon.

2.  Konsep pementasan Teater Modern

3. Casting /pemilihan Pemeran

4.  Proses Latihan dan Pementasan

Tahapan proses latihan hingga pementasan :

·         Blocking : blocking memiliki arti kedudukan pemain, gerak pemain dari satu tempat ke tempat lain.

·         Leveling : pengaturan tinggi rendah posisi actor di atas panggung.

·         Balancing : pengaturan atau pengelompokan actor di atas panggung.

·         Focus : perhatian penonton dapat difokuskan dengan cara menjaga agar setiap pemain dapat terlihat dengan jelas dalam memanfaatkan ruang panggung dan blocking.

d. Run through. Latihan hafalan naskah lakon secara keseluruhan.

e. Latihan teknik. Actor diperkenalkan dengan tata panggung, tata busana, tata suara, tata music, tata cahaya, dan property. Biasanya dilakukan seminggu jelang pertunjukan.

f.   Dress rehearsal. Biasa di sebut geladi bersih. Dress rehearsal dilakukan bertujuan membiasakan pertunjukan yang sebenarnya kepada seluruh pemain dan kru yang terlibat serta memperbaiki hal hal yang dinilai masih memiliki kekurangan.

Pementasan adalah tahap akhir dari proses yang panjang dan melelahkan karena di dalamnya terdapat kerja keras, baik fisik, psikis, finansial, maupun pengorbanan waktu.

Tahap tahap yang harus dilakukan untuk menyelenggarakan pementasan teater dengan naskah adalah ssb :

·   Menganalisis naskah, kemudian membuat konsep garapan sebagai pijakan dalam proses latihan dan pementasan

·   Melakukan casting atau pemilihan pemain yang akan berperan sesuai dengan naskah tersebut. Selain itu lakukan pemilihan kru yang akan bertanggungjawab dalam produksi, baik kru artistic maupun administrasi.

·   Menjalani proses persiapan. Pemain mulai berlatih, sementara kru pertunjukan mulai menyiapkan segala sesuatunya terkait pementasan. Dua proses yang pasti harus dilakukan adalah membuat tontonan dan mendatangkan penonton.

·   Melaksanakan pertunjukan. Saat pertunjukan, penonton diberi sebuah buku acara (berupa booklet atau leaflet). Buku acara ini diberikan untuk memberikan informasi kepada penonton agar mereka dapat mengikuti pertunjukan dengan mudah.

·   Melakukan evaluasi, yaitu pembahasan tentang pelaksanaan pertunjukan dan kualitas dari pertunjukan tersebut.

ANALISIS PEMENTASAN TEATER

A.   Memahami Analisis Teater

Ketika seseorang melakukan kegiatan analisis teater, pada dasarnya yang dibahas adalah cara masyarakat menyaksikan dan menikmati sebuah pementasan teater. Setiap orang pasti memiliki cara pandangnya sendiri terhadap suatu karya teater.

Menyaksikan dan menikmati teater memerlukan pengetahuan atau pendalaman terlebih dahulu, terlebih lagi jika seseorang ingin menulis analisis tentang sebuah pementasan.

B.   Posisi Analisis Seni teater

Pada dasarnya, analisis seni berada dalam posisi yang rawan. Faktanya, tidak ada seorang pun yang suka menerima analisis yang sempit, yaitu hanya mengungkap berbagai kelemahan saja, bahkan cenderung menjatuhkan.

Bakdi Soemanto, analis seni teater, memberikan isyarat bahwa analisis seni teater harus ditulis dengan serius. Analisis tidak hanya menonton dan menikmati (enjoying), tetapi juga harus membuat studi tentang pentas yang dihadapi. Artinya, seorang analis tidak hanya dituntut kritis kepada fenomena teatrikal yang dilihatnya, tetapi juga kritis kepada dirinya sendiri.

C.   Mementaskan Teater Modern Gaya Realisme

1.       Memilih dan memahami naskah

Memilih dan memahami naskah yang akan dipentaskan memiliki pengertian bahwa kita akan membedah naskah tersebut lalu menganalisisnya. Bagian yang dianalisis adalah isi/tema, alur, sejarah zaman naskah tersebut ditulis dan latar belakang pengarangnya. Meski kini banyak naskah teater tidak tercipta dan lahir dari hasil pengamatan zaman, tetapi setidaknya mayoritas naskah teater terlahir dari pecahnya konvensi social di masyarakat.

2.       Menentukan gaya pementasan

Teater modern adalah teater yang memiliki ciri utama tidak lagi bersifat improvisasi. Artinya, pementasan dalam teater modern sudah menggunakan naskah lakon tertulis yang di dalamnya terdapat tokoh tokoh yang akan diperankan oleh para pemain.

Teater modern juga menggunakan kaidah dramturgi yang membahas tentang naskah hingga pementasan dan penontonnya

Pementasan teater modern harus mencakup naskah lakon, pemain, sutradara, artistic panggung, dan penonton.

Gaya pementasan realisme adalah pentas yang berusaha menampilkan potongan cerita kehidupan secara nyata ke atas pentas lengkap dengan tata artistic yang dibuat menyerupai situasi sesungguhnya sesuai dengan tempat berlangsungnya lakon.

Membuat konsep tata pentas dalam sebuah pementasan teater menjadi titik berat yang harus dikerjakan. Konsep tata pentas teater meliputi :

a.       Pemanggungan/tata artistic

b.      Pemilihan music ilustrasi/tata suara

4.       Casting/pemilihan pemeran

Casting to type, yaitu adanya kesesuaian kondisi/kesesuaian fisik pemain dengan tokoh yang akan diperankan.

Casting to emotional temperament, yaitu memilih pemeran karena adanya kesamaan emosi atau temperamen dengan tokoh yang akan diperankan.

5. Proses latihan dan pementasan