Transaksi perdagangan di masa kerajaan samudra pasai menggunakan mata uang

Transaksi perdagangan di masa kerajaan samudra pasai menggunakan mata uang

Transaksi perdagangan di masa kerajaan samudra pasai menggunakan mata uang
Lihat Foto

Uang Gobog Kerajaan Jambi

Uang Gobog Kerajaan Jambi

KOMPAS.com - Uang adalah alat tukar yang digunakan sejak era kuno dalam transaksi jual-beli.

Hampir setiap kerajaan di Indonesia, dari kerajaan Hindu-Buddha hingga Islam, memiliki mata uangnya sendiri.

Salah satu contohnya adalah kerajaan Mataram Kuno, yang memiliki mata uang sendiri yang disebut Kupang.

Sementara itu, Kesultanan Samudera Pasai di Aceh memiliki mata uang Dirham dan Mass yang terbuat dari emas, dan Keuuh atau Kasha dari timah.

Lalu, apa saja mata uang kerajaan-kerajaan di Indonesia pada masa kuno?

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai

Uang Kupang

Uang Kupang merupakan mata uang yang berasal dari Kerajaam Mataram Kuno era Syailendra di Jawa Tengah.

Mata uang Kupang pertama kali dicetak sekitar tahun 850-an, dengan bentuk koin berbahan emas atau perak serta nominalnya.

Di bagian depan uang Kupang terdapat tulisan dari huruf Devanagari, yang dipakai dalam menulis bahasa Sanskerta.

Uang Ma

Selain uang Kupang, mata uang Kerajaan Mataram Kuno lainnya adalah Ma atau Masa. Uang ini pernah digunakan sebagai alat pembayaran, kemudian tidak berlaku lagi.

Namun, ketika Majapahit berkuasa, mata uang ini dipakai kembali pada sekitar akhir 1200-an.

Baca juga: Toleransi Beragama di Kerajaan Mataram Kuno

Selain uang Ma, ada juga mata uang Tahil dan beberapa uang dari emas dan perak lainnya yang digunakan sebagai alat pembayaran Kerajaan Mataram Kuno.

Mata uang Ma memiliki bentuk yang bervariasi, seperti berbentuk bulat, persegi, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, dan segitiga.

Krishnala

Uang Krishnala merupakan mata uang yang digunakan oleh Kerajaan Jenggala yang berdiri di wilayah Jawa Timur.

Uang ini digunakan pertama kali pada sekitar 1042 hingga 1130. Krishnala terbuat dari emas berbentuk bulat datar, sedangkan yang berbentuk bulat cembung terbuat dari perak.

Mata uang Krishnala berfungsi sebagai alat pembayaran, sebelum akhirnya digantikan oleh uang Kepeng dari China yang masuk ke wilayah Indonesia saat itu.

Baca juga: Kerajaan Jenggala: Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Gobog Wayang

Gobog Wayang adalah mata uang Kerajaan Majapahit yang berdiri di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Gobog Wayang berbentuk bulat dengan lubang di bagian tengahnya. Ciri ini merupakan pengaruh mata uang dari China.

Mata uang Gobog Wayang dipakai sekitar tahun 1300-an. Namun, uang ini bukan untuk alat pembayaran, melainkan hanya sebagai persembahan di tempat ibadah.

Dirham

Mata uang Dirham digunakan oleh Kerajaan Islam Samudera Pasai, yang berkuasa antara 1297 hingga 1326.

Uang tersebut terbuat dari emas yang terdapat tulisan nama Sultan dengan gelar Malik az-Zahrir atau Malik at-Tahir.

Pada saat itu, mata uang Dirham disebut dengan "Mas" karena memiliki ukuran seperti mata uang Kupang. Meski demikian, ukurannya sebenarnya lebih kecil.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Kasha

Alat pembayaran Kerajaan Banten adalah uang Kasha atau biasa disebut dengan Kash.

Mata uang ini merupakan mata uang China yang lazim digunakan di daerah Banten, seperti wilayah pelabuhan di Jawa.

Uang Kasha dicatat dalam tulisan Tome Pires, penjelajah dari Portugis yang singgah di Pulau Jawa, tepatnya di Banten pada 1513.

Mata uang Kasha berbentuk kecil-kecil dan memiliki lubang persegi enam atau heksagonal.

Uang ini pertama kali dibuat oleh Kerajaan Banten pada sekitar 1550-an hingga 1596.

Referensi:

  • Alrosyid, Salman. (2019). Perkembangan Uang dalam Sejarah Dunia. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Transaksi perdagangan di masa kerajaan samudra pasai menggunakan mata uang

Transaksi perdagangan di masa kerajaan samudra pasai menggunakan mata uang
Lihat Foto

Kemendikbud RI

Monumen Islam Samudra Pasai

KOMPAS.com - Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Samudera Pasai terletak di pesisir timur Laut Aceh atau sekarang Kabupaten Lhokseumawe.

Banyak bukti-bukti keberadaan Kerajaan Pasai yang diperoleh baik dari luar negari maupun dalam negeri.

Sejarah

Dikutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Samudera dan Pasai.

Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara Jawa

Penggabungan tersebut dilakukan oleh Meurah Silu, yang kemudian menjadi raja pertama dengan gelar Sultan As-Saleh.

Sultan As-Saleh menjadi raja Samudera Pasai dari tahun 1285-1297.

Dikutip situs resmi Provinsi Aceh, pada masa pemerintahan Sultan As-Saleh, datang seorang musafir dari Venesia, Italia bernama Marcopolo.

Setelah wafat digantikan oleh putranya bernama Sultan Muhammad yang bergelar Malik At-Tahir pada 1297-1326.

Kemudian Sultan Akhmad yang bergelar Malik az-Zahir pada 1326-1348. Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab.

Setelah Sultan Akhmad wafat, digantikan oleh Sultan Zainal Abidin (1348-1383). Pada masa tersebut tidak diketahui karena dalam pemerintahannya tidak begitu jelas.

Baca juga: Ini Penjelasan Penulis yang Sebut Majapahit Kerajaan Islam

Kerajaan Samudera Pasai merupakan wilayah pertama di Nusantara yang terpengaruh agama Islam karena merupakan tempat transit pedagang Arab.

Pada masa jayanya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perniagan penting di kawasan tersebut. Banyak saudagar-saudagar dari berbagai negeri datang, seperti dari China, India, Siam, Arab, dan Persia.

Komoditas utama adalah lada. Perdagangan lada di semenanjung pantai Timur Sumatra dikuasainya dan diekspor ke pelabuhan Kambayat di Gujarat.

Karena letaknya yang strategis dengan perdagangan dan pelayaran dunia jadi banyak disinggahi pedagang India, Gujarat, Arab, Cina.

Sebagai pusat perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham.

Uang tersebut dipakai secara resmi di Kerajaan Samudera Pasai. Selain sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Perekonomian bertambah pesat karena Samudera Pasai menyiapkan bandar-bandar yang dapat menambah bahan perbekalan, mengumpulkan dan menyiapkan barang dagangan.

Baca juga: Kerajaan Nusantara Minta Polisi Usut Tuntas Kemunculan Raja-raja Gadungan

Samudera Pasai mempererat hubungan dengan kerajaan yang ada dibawah pengaruhnya antara lain dengan perkawinan.

Selain letak yang strategis. Perkembanganya dipengaruhi juga lemahnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai mencakup wilayah Aceh pada saat itu.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 Masehi. Pada tahun 1524 Masehi ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

Rentang masa kekuasan Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 Masehi.

Bukti keberadaan Kerajaan Samudera Pasai

Ada sejumlah bukti keberadaan Kerajaan Samudera Pasai, yakni:

Dari Luar negeri

Dari luar negeri ada beberapa buktik, yakni:

Marcopolo merupakan saudagar dari Venesia, Italia. Ia pergi ke Mongol melalui jalur darat (jalur sutra) untuk menjemput putri Kaisar Monggo yang akan dipersembahkan kepada Kaisar Romawi.

Dalam perjalanan kembali ke Eropa, Marcopolo menempuh jalur laut dan singgah di daerah Sumatran bagian utara.

Baca juga: Bagaimana Keluarga Kerajaan Inggris Mendapatkan Uang

Catatan perjalanannya Marcopolo pada 1292 menerangkan bahwa telah melihat keberadaan Kerajaan Islam yang berkembang pada waktu itu, yakni Samudera Pasai dengan ibukota Pasai.

Ibnu Batutah adalah seorang pedagang dari Maroko. Pada abad ke-13 menceritakan tentang Kerajaan Samudera Pasai seperti istana raja India.

Di mana susunan pemerintahan diatur seperti pemerintahan Kerajaan Persia.Sultan Malikul Dhahir sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir miskin.

Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battutah.

Dari dalam negeri

Bukti-bukti dari dalam negeri ditemukan makam Sultan As-Saleh dengan batu nisan bertuliskan huruf Arab gaya Riq’ah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.