Sumber energi alternatif berikut yang berasal dari kotoran hewan adalah

KOMPAS.com - Biogas kotoran sapi adalah bahan bakar terbarukan yang berasal dari hasil penguraian kotoran sapi.

Biogas adalah energi terbarukan yang berasal dari penguraian sampah organik. Yang termasuk sampah organik adalah kotoran hewan dan sisa makanan.

Biogas dinilai sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil yang lebih murah, lebih ramah lingkungan, dan mudah dikontrol.

Sapi merupakan salah satu binatang ternak yang diternakan hampir di seluruh dunia. Daging sapi merupakan komoditas perdagangan yang tidak akan pernah mati, karena merupakan salah satu bahan makanan yang popular bagi manusia.

Tanpa disadari, peternakan sapi juga menghasilkan limbah kotoran sapi yang banyak setiap harinya. Kotoran tersebut akan selalu bertambah, jika dibuang ke lingkungan akan memberikan efek buruk bagi lingkungan.

Baca juga: Mass Wasting: Pengertian dan Jenisnya

Sehingga penggunaan kotoran sapi sebagai sumber biogas adalah hal yang paling bijaksana. Kotoran sapi yang dianggap sebagai sampah bisa berubah menjadi energi yang bermanfaat bagi manusia.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, produksi biogas di peternakan juga dapat mengurangi bau, serangga, dan pathogen yang datang dari timbunan kotoran sapi. Selain itu, biogas juga menghasilkan nilai ekonomis karena merupakan pengganti bahan bakar fosil seperti gas alam.

Produksi biogas kotoran sapi

Biogas kotoran sapi diproduksi dengan cara fermentasi anaerob, yaitu kotoran sapi dimasukkan ke dalam sebuah tempat yang tanpa oksigen dan dibiarkan.

Secara alamiah akan muncul bakteri anaerob yang memecah molekul organik kotoran sapi menjadi kumpulan gas metana, karbon dioksida, dan sedikit karbon monoksida, nitrogen, juga hidrogen.

Dilansir dari HomeBiogas, kandungan metana biogas berkisar 50 persen hingga 70 persen membuatnya mudah terbakar dan menghasilkan nyala api berwarna biru tua.

Hal tersebut membuat biogas bisa menggantikan peran bahan bakar fosil dalam kehidupan manusia. Selain biogas, hasil sampingan fermentasi anaerob adalah pupuk alami bagi tumbuhan.

Baca juga: Apa yang Dilakukan Jika Sumber Energi Habis?

S Hidayati dkk dalam jurnal berjudul Technical and Technologi aspect Assessment of Biogas Agroindustry from Cow Manure: Cas Study on Cattle Livestock Industry in South Lampung District (2019) menyebutkan bahwa 198.00 kilogram kotoran sapi bisa menghasilkan 1.663 meter kubik biogas yang berpotensi menghasilkkan 214 kilowatt energi listrik.

Kemampuan tersebut membuat biogas adalah solusi mengurangi sampah organik yang paling efisien. Pengurangan sampah tersebut menghasilkan produk yang bisa menggeser bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis. Metana juga dinilai merupakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Kotoran sapi dan bahan organik lainnya jika dibiarkan di lingkungan dapat melepaskan gas metana. Jika kotoran tersebut diubah menjadi biogas, maka metana tidak akan dilepaskan ke atmosfer begitu saja. Gas metana akan dibakar sebagai sumber energi, dan pembakarannya akan melepaskan karbon dioksida.

Walau gas karbon dioksida juga merupakan gas rumah kaca. Gas metana memiliki kemampuan menangkap panas 21 kali lebih kuat dibanding karbon dioksida.

Sehingga penggantian gas metana dengan gas karbon dioksida ini dinilai lebih baik daripada harus melepaskan metana secara langsung ke atmosfer dan mendorong pemanasan global yang lebih cepat.

 Baca juga: Apa Itu Biogas?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 21 Januari 2016 19:43:22 WIB

CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakin meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut. Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas.

Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.

Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatif dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru.

PRINSIP PEMBUATAN BIOGAS
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat dibawah ini:

Komposisi biogas : kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian
Jenis gas: Biogas, Campuran kotoran + sisa pertanian: Metan (CH4), Karbon dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon monoksida (CO), Oksigen (O2), Propena (C3H8), Hidrogen sulfida(H2S), sedikit Nilai kalor (kkal/m2).

MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.

Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.

Menyebut kata kotoran, termasuk kotoran hewan, pikiran kita langsung tertuju pada rasa bau yang tidak sedap, menjijikkan, sehingga selalu berupaya untuk menjauhinya. Namun, apakah kotoran hewan dan manusia harus selalu dihindari karena bau yang tidak sedap dan menjijikkan? Tentu tidak!

Dengan perkembangan teknologi dan kekuatan daya kreatif dan inovatif manusia, kotoran hewan bahkan kotoran manusia bisa menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi. Kotoran hewan tidak saja menjadi sumber energi tapi juga menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.

Di tangan Rumah Biru (RE), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkantor pusat di Jalan Pejaten Barat, Jakarta Selatan dengan salah satu cabang di Klaten, Jawa Tengah, kotoran hewan seperti sapi, kambing, kerbau, ayam bahkan kotoran manusia, mampu mengubah kotoran hewan bahkan kotoran manusia menjadi barang bernilai ekononomi tingi. Melalui program Biogas Rumah (Biru), RE tidak hanya mengubah kotoran hewan dan manusia menjadi sumber energi terbarukan (biogas) tapi juga menjadi pupuk (bio-slurry) yang mampu menyuburkan tanah dan meningkatkan produktifitas tanaman.

Koordinator Provinsi Rumah Energi Klaten, Jawa Tengah Wllhelmus Leang mengatakan, proses pengolahan kotoran hewan menjadi biogas dan pupuk diawali dengan pembuatan reaktor atau semacam septic tank berbentuk bundar dengan kapasitas yang bervariasi mulai dari 4 meter kubik (m3), 6 m3, 8 m3 10 m3 dan 12 m3 tergantung kapasitas kotoran yang dihasilkan hewan dengan diameter antara 1,75 meter persegi hingga 2 meter persegi. Kotoran dimasukkan ke reaktor melalui inlet (tempat mencampur kotoran hewan dan air). Dengan menggunakan pipa inlet, campuran kotoran dan air yang di-mixer, terutama untuk kotoran sapi, masuk ke reaktor.

“Di dalam reaktor, campuran kotoran hewan dan air berfermentasi dan menghasilkan gas. Dan di permukaan reaktor dibuatkan kubah (mirip tutup panci, red) untuk menampung gas yang dihasilkan dan dialirkan ke atas melalui pipa utama. Dan dari katup dan pipa gas utama, gas disalurkan ke titik pengguna (dapur) atau untuk keperluan lain misalnya penerangan (petromax),” kata William, pria asal Larantuka, Flores Timur, NTT ini.

Menurut William pembangunan reaktor berlangsung antara 7-13 hari, tidak termasuk masa penggalian tanah. Sementara biaya pembuatan satu reaktor sangat bervariasi tergantung ketersediaan dan harga material. “Umumnya antara Rp 8 juta hingga Rp 13 juta,” kata William yang sudah berekspansi ke Pulau Flores, NTT ini.

William-sapaan Wilhelmus Leang-mengaku, dari sekian jenis kotoran, kotoran babi, manusia dan burung puyuh yang mudah dan mampu menghasilkan energi dan pukuk organik berkualitas. Selain karena lembut/lembek dan mudah cair, makanan babi juga bervariasi, sementara kotoran sapi selain agak keras sehingga harus di-mixer sebelum dimasukkan ke reaktor, juga karena makanan sapi hanya satu jenis yakni rumput.

Hingga saat ini RN sudah beroperasi di sekitar 13 provinsi di Indonesia. Melalui program rumah biru, pihaknya ingin mengubah kotoran hewan menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini juga sebagai upaya untuk mencegah limbah atau kotoran hewan yang mencemarkan lingkungan dengan menyebarkan bau tak sedap di sekitarnya. (red)

(Sumber: https://kumparan.com/tugujogja/mengubah-kotoran-hewan-jadi-sumber-energi-alternatif)

16 Maret 2018