Suatu proses sosial yang disosiatif dapat mendorong terjadinya

KOMPAS.com - Bentuk interaksi sosial dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu proses sosial asosiatif dan disasosiatif.

Sosiolog Jerman George Simmel-lah yang pertama kali membahas tentang dua proses ini.

Ada proses asosiatif yang meliputi kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

Kemudian ada proses disosiatif mencakup persaingan, kontravensi, pertikaian, dan konflik sosial.

Proses asosiatif

Proses asosiatif juga disebut proses sosial integratif atau konjungtif. Proses ini penting untuk integrasi dan kemajuan masyarakat. Dalam proses sosial ini anggota-anggota masyarakat berada dalam keadaan harmoni yang mengarah pada pola-pola kerja sama.

Proses sosial asosiatif dibedakan menjadi empat, meliputi:

Kerja sama

Kerja sama adalah usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama biasanya berawal dari kesamaan orientasi.

Bentuk kerja sama dibagi menjadi 4 yaitu:

  • Kerja sama spontan, yang terjadi secara serta merta.
  • Kerja sama langsung, sebagai hasil perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
  • Kerja sama kontrak, dilakukan atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu yang disepakati bersama.
  • Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.

Baca juga: Interaksi Sosial: Pengertian, Syarat, Ciri, Jenis, dan Faktornya

Akomodasi

Akomodasi adalah proses penyesuaian diri orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan.

Akomodasi dilakukan sebagai upaya mengatasi ketegangan-ketegangan antara pihak yang bertentangan. Tujuan akomodasi tercipta keseimbangan interaksi sosial terkait norma dan nilai dalam masyarakat.

Terdapat delapan bentuk akomodasi yaitu:

  • Coersion: terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain terutama terhadap pihak yang lebih lemah.
  • Kompromi: terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian, semua pihak bersedia memahami keadaan pihak lain.
  • Arbitrasi: terjadi bila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi dihadirkan pihak ketiga yang netral untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan.
  • Mediasi: hampir sama arbitrasi namun dalam mediasi pihak ketiga bertindak sebagai penengah, tidak punya wewenang memberi keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.
  • Konsiliasi: bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama.
  • Toleransi: bentuk akomodasi tanpa persetujuan resmi. Ada keinginan menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
  • Stalemate: terjadi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang.
  • Ajudikasi: penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.

Baca juga: Pengertian Lembaga Sosial

Asimilasi

Soerjono Soekanto menerangkan, asimilasi adalah proses sosial yang ditandai usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.

Proses ini meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:

  • Sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.
  • Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
  • Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
  • Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
  • Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
  • Perkawinan campuran (amalgamation).
  • Adanya musuh bersama dari luar dari luar.

Baca juga: Pengaruh Interaksi Sosial Dengan Berbagai Lembaga

Sedangkan faktor-faktor penghambat asimilasi adalah:

  • Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
  • Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
  • Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi.
  • Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
  • Perbedaan ciri-ciri badaniah seperti warna kulit.
  • In-group feeling (perasaan yang kuat terhadap budaya kelompoknya).
  • Bila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.

Akulturasi

Koentjaraningrat mengartikan akulturasi sebagai proses sosial yang timbul bila kelompok manusia kebudayaan tertentu berhadapan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing.

Unsur-unsurnya kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Baca juga: Konflik Sosial: Arti dan Faktor Penyebabnya

Proses Disosiatif

Proses sosial disosiatif adalah keadaan sosial dalam keadaan disharmoni akibat adanya pertentangan antar-anggota masyarakat.

Ketidaktertiban sosial (social disorder) memunculkan disintegrasi sosial akibat pertentangan antar-anggota masyarakat tersebut. Maka dari itu, proses sosial disosiatif juga disebut proses sosial disintegratif atau disjungtif.

Meski proses ini menghambat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, ketidakhadiran disasosiatif berakibat stagnasi masyarakat.

Proses sosial disosiatif meliputi :

Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.

Persaingan terjadi bila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum.

Ada beberapa fungsi persaingan yaitu :

  • Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
  • Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
  • Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.

Baca juga: Jenis-Jenis Lembaga Sosial

Kontravensi

Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka.

Penyebabnya adanya perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau dengan pendirian masyarakat.

Menurut Leopold von Wise dan Howard Becker, bentuk kontravensi adalah:

  • Kontravensi umum, misal penolakan, mengancam pihak lain, perlawanan.
  • Kontravensi sederhana, misal menyangkal pernyataan orang di depan umum.
  • Kontravensi intensif, misal penghasutan atau penyebaran isu.
  • Kontravensi rahasia, misal pembocoran rahasia.
  • Kontravensi taktis, mengejutkan pihak lain, provokasi, dan intimidasi.

Baca juga: Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Cirinya

Pertikaian

Pertikaian merupakan bentuk lanjut kontravensi artinya perselisihan sudah bersifat terbuka. Terjadi karena perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat semakin tajam.

Pertikaian dapat muncul bila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan.

Konflik

Konflik secara umum sering terjadi di dalam masyarakat sebagai gejala sosial yang alami.

Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

adjar.id – Dalam kehidupan masyarakat, ada berbagai jenis interaksi sosial, salah satunya interaksi sosial disosiatif.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik yang dilakukan antarindividu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok.

Interaksi sosial dapat terjadi di mana saja, Adjarian, termasuk di lingkungan sehari-hari kita.

Komunikasi dan kontak sosial menjadi dua syarat penting agar interaksi sosial bisa terjadi.

Interaksi sosial yang terjadi di masyarakat dapat menghasilkan berbagai bentuk hubungan masyarakat yang bisa mengubah kondisi masyarakat.

Proses interaksi sosial terbagi menjadi dua jenis, yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif.

Interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang mengarah pada suatu perpecahan dan konflik yang dilakukan individu atau kelompok.

Interaksi sosial disosiatif dikatakan juga sebagai proses oposisi karena bertentangan dengan kelompok lain yang bisa memunculkan adanya perpecahan.

Meski begitu, pada dasarnya interaksi sosial disosiatif ini merujuk pada upaya-upaya manusia dalam mempertahankan hidupnya.

Nah, interaksi sosial disosiatif yang terjadi di masyarakat terbagi menjadi tiga bentuk.

Berikut penjelasannya.

Baca Juga: Mengenal Interaksi Sosial Disosiatif di dalam Hubungan Manusia

Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial saat individu atau kelompok manusia saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan melalui kegiatan tertentu.

Persaingan ini dilakukan tanpa adanya suatu ancaman atau kekerasan yang dilakukan kepada pihak lawan.

Fungsi dari persaingan sebagai bentuk interaksi sosial disosiatif di antaranya:

- Menjadi alat seleksi bagi individu untuk menentukan peranan, kemampuan, dan kedudukan.

- Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sifatnya kompetitif.

- Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai yang menjadi perhatian bisa tersalurkan dengan baik.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah suatu sikap penentangan yang dilakukan secara tersembunyi, agar tidak ada perselisihan terbuka.

Kontravensi menjadi proses sosial yang tidak mengungkapkan secara terbuka mengenai keraguan, penolakan, ketidakpastian, dan penyangkalan.

Penyebabnya adalah adanya perbedaan pendirian antara suatu individu dengan individu lain atau kepada seluruh masyarakat.

Kontravensi terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu kontravensi umum, kontravensi sederhana, kontravensi intensif, kontravensi rahasia, dan kontravensi taktis.

Baca Juga: Apa Saja Bentuk Interaksi Sosial di Masyarakat?

3. Pertikaian

Pertikaian adalah suatu proses sosial yang menjadi bentuk kelanjutan dari kontravensi.

Dalam pertikaian, perselisihan yang terjadi sudah mulai bersifat terbuka.

Pertikaian ini biasanya terjadi karena adanya perbedaan yang semakin terlihat antara suatu kalangan dalam masyarakat.

Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan amarah dapat mendorong terjadinya tindakan untuk menyerang, melukai, dan menghancurkan pihak lain.

Nah, pertikaian ini bisa muncul jika individu atau kelompok saling berusaha memenuhi tujuan atau kebutuhannya dengan cara menentang pihak lain melalui kekerasan atau ancaman.

Penyebab terjadinya pertikaian di antaranya:

- Perbedaan antarindividu.

- Perbedaan kebudayaan.

- Perbedaan kepentingan.

- Perubahan sosial.

Itulah uraian mengenai bentuk interaksi sosial disosiatif, salah satunya adalah persaingan, Adjarian.

Baca Juga: 6 Faktor Pendorong Terjadinya Interaksi Sosial

Ketiga bentuk interaksi tersebut mengarah kepada perpecahan dan konflik yang bisa merenggangkan solidaritas masyarakat.

Coba Jawab!

Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?

Petunjuk: Cek halaman 1.

Tonton juga video ini!