Sejumlah air dari keran dialirkan ke dalam ember apa yang terjadi

Merdeka.com - Pagi itu, Ade kelimpungan. Air bersih yang biasa tersimpan di ember penampungan, habis. Sementara warung penjual air isi ulang belum buka. Sempat terpikir menggunakan air dari keran. Tetapi urung. Kala mengingat sumber air dari pipa. Tidak terbayang bakteri yang ada di tubuh jika minum air dari pipa.

Air bersih adalah barang berharga. Bagi Ade dan mereka yang tinggal mengontrak rumah di kawasan padat penduduk. Salah satunya di Meruya, Jakarta Barat. Setiap hari mereka harus berbagi air dari penampungan. Terbayang bila pagi hari tiba. Semua berebut air.

"Makanya selalu akali tampung air sejak malam," ujar warga Meruya, Jakarta Barat, saat berbincang dengan merdeka.com, akhir pekan kemarin.

Sudah lebih dari 30 tahun Ade menetap di Jakarta. Selama itu pula tidak pernah terpikir menggunakan air keran untuk dikonsumsi. Baik untuk minum maupun memasak. Pilihannya selalu jatuh pada membeli air bersih.

Tak salah jika dia beranggapan hidup di Jakarta mahal. Bahkan untuk sekadar mendapat air bersih. Beda dengan di kampung halamannya. Masih ada mata air untuk diandalkan.

Ade memang tidak terbebani biaya air untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus. Tetapi untuk air dikonsumsi, dia harus menyiapkan bujet sendiri. Uang yang dikeluarkan untuk membeli air saat ini jauh lebih murah dibandingkan lima tahun lalu. Seiring menjamurnya bisnis air galon isi ulang. Walau tidak bermerek, tapi sangat membantu.

Terdesak pentingnya kebutuhan air bersih, Ade terpaksa mengatur penggunaannya. Air galon bermerek ternama dipakai untuk minum. Sedangkan air galon isi ulang tanpa merek, khusus kebutuhan memasak. Berbeda dengan dulu, semua kebutuhan menggunakan air galon bermerek. Sehingga 1 galon habis hanya dalam hitungan tiga hari.

"Rugi besar kalau pakai yang merek buat semuanya," sambungnya.

Dalam sepekan, Ade membutuhkan lebih kurang lima galon tanpa merek. Harga satu galon Rp 5.000. Artinya satu bulan, lebih kurang dia menghabiskan 20 galon dengan biaya dikeluarkan Rp100.000. Hanya kebutuhan air untuk memasak di rumah.

Sementara untuk air galon bermerek, sepekan butuh dua galon dengan harga per galon Rp18.000. Artinya satu bulan dia menghabiskan 8 galon bermerek dengan total pengeluaran Rp144.000.

Bukan hari ini saja air bersih menjadi barang berharga bagi warga Jakarta. Di era tahun 80-an, warga Jakarta harus rela mengantre demi setetes air bersih. Diceritakan Herman. Dahulu, air bersih Jakarta dialiri dari sebuah kincir yang disebut Komet. Pengairan ini dibuat sejak zaman Belanda. Di depan Komet, warga mengantre dengan jerikennya.

Seiring berjalan waktu, muncul layanan air bersih lewat pipa PAM Jaya. Tetapi karena belum semua wilayah terjangkau, sebagian warga harus membeli air bersih yang diperjualbelikan pedagang gerobak air.

"Ke daerah Ampera beli airnya," kisah Herman, warga Pademangan Barat.

Air dari pipa PAM masuk ke rumah warga pada 1999. Herman senang bukan kepalang. Meski saat itu untuk mengisi satu ember butuh waktu lama. Beruntung perbaikan demi perbaikan dilakukan. Sampai kini pelayanan air bersih di Pademangan dirasakan sangat baik.

Mengacu informasi dari website PAM Jaya, pengelolaan air bersih di Jakarta bekerja sama dengan pihak swasta. Kebutuhan air bersih di wilayah barat dikelola PT. Palyja. Sementara wilayah timur Jakarta dikelola PT. Aetra.

Total pelanggan air pipa di Jakarta saat ini mencapai 906.648. Dari data itu, baru 65,82 persen dari jumlah penduduk Jakarta yang menurut data jakarta.bps.go.id tahun 2020 berjumlah 10.562.088.

Berbeda dengan Ade. Herman justru cukup yakin menggunakan air bersih untuk semua aktivitas rumah tangga. Biaya air PAM memang tidak murah. Tetapi selama lancar dan tak bermasalah, masih bisa dimaklumi.

"Saya Rp600.000-Rp 700.000. Tergantung pemakaian. Lebih dari 5.000 per meter kubik. Jadi sebenarnya kayak listrik saja," jelas Herman.

Separuh warga Jakarta sudah menikmati air dari PAM. Namun ada di antara mereka yang tetap membeli air bersih dari pedagang air yang biasa berkeliling. Seperti diceritakan Heri. Air PAM di tempat tinggalnya bak menanti hujan di musim kering. Alias sangat terbatas.

"Pernah itu cuma menetes saja, makanya tetap beli yang di jeriken harganya Rp4.000," jelas Heri.

Mayoritas wilayah Jakarta pada dasarnya sudah tersambung pipa air bersih. Tetapi tidak semua daerah kondisinya sama. Ada yang mengalir deras tak terbatas. Tidak sedikit warga merasa air mengalir bak terhimpit.

Belum lagi persoalan tarif diberlakukan. Sejumlah warga sering kali mengeluh, tarif tidak sebanding pemakaian. Padahal pemakaian tidak berbeda dari hari biasanya. Tetapi pembayaran tiap bulannya, bisa terjadi perbedaan.

"Kemarin saya sempat protes," keluh seorang pemilik warung di Pademangan.

Namun dia tetap merasa beruntung. Terutama jika membandingkan kondisi Jakarta tempo dulu. Uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan air antara Rp160.000-170.000 per bulan. Sumbernya dari dari PAM. Dulu, sebulan mengeluarkan Rp500.000 untuk membeli air dalam jeriken.

Soal tarif air bersih, tertulis jelas di Pergub Nomor 57 Tahun 2021 tentang Penyesuaian Tarif Otomatis. Tarif disesuaikan dengan wilayah dan kelompok yang ditentukan.

Tarif air bersih kategori Rumah Tangga untuk pemakaian 0-3 kubik sebelumnya Rp32.000 per meter kubik, turun dratis menjadi Rp3.550 per m3. Penurunan sebesar Rp28.450 per meter kubik. Kategori pelaku usaha dan UMKM tarifnya Rp6.825 per meter kubik. Sedangkan kategori kantor swasta atau tempat usaha/industri, tarifnya Rp12.550 per meter kubik. Dari sebelumnya Rp35.000 per meter kubik.

Sejumlah air dari keran dialirkan ke dalam ember apa yang terjadi

©2019 Liputan6.com/Immanuel Antonius

2 dari 3 halaman

Air menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Menurut data Unesco, kebutuhan dasar air bersih setiap manusia minimal 60 liter per orang per hari. Namun kebutuhan dasar itu belum bisa dinikmati semua masyarakat secara cuma-cuma.

Ada dua sumber air bersih di Jakarta. Pertama, air PAM Jaya dan air tanah. Kedua, air dari pedagang keliling, air galon hingga air kemasan gelas.

Warga Jakarta harus rela menyisihkan pendapatan mereka untuk mendapatkan air bersih. Di luar kebutuhan lain seperti pangan dan pendidikan.

Tak ada data pasti pengeluaran setiap rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hanya saja, air bersih dari aliran PAM nyatanya tidak sepenuhnya bisa digunakan memenuhi semua kebutuhan. Sebab di sebagian tempat, air tidak mengalir deras atau kadang kala kaporit menyengat dan sedikit kotor. Dengan kondisi ini, warga kelas bawah yang paling merasakan.

"Masyarakat berpenghasilan rendah adalah pihak yang paling menderita 25 persen pendapatannya habis untuk air," kata Peneliti LPDP Water Professional, Adipati Rahmat Gumelar.

Adipati sekaligus mengakui. Jakarta belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan air bagi warganya. Terlebih di tengah tingginya kebutuhan air untuk industri dan perkantoran.

Dia melihat terlalu banyak kepentingan yang terjadi dalam pengelolaan air di Jakarta. Baik dari sektor industri, rumah tangga, dan pihak swasta. Semakin banyaknya gedung pencakar langit di Jakarta yang mendominasi kebutuhan air.

"Harus ada buat masyarakat. Caranya bagaimana, tentunya mengambil air tanah itu harus ditertibkan dulu, perkantoran, mal segala macam itu ambil air langsung. Sedangkan PDAM tidak jual ke situ berarti secara mandiri," katanya.

Sesuai amanat UUD 1945. Jelas dikatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyatnya. Sudah sepatutnya pemerintah menjamin kebutuhan air bersih warganya.

"Hak atas air itu memang ada dan harus dipenuhi," tegasnya.

Keluhan warga sampai ke telinga PAM Jaya. Upaya peningkatan pelayanan terus dilakukan. Diharapkan 2030 semua wilayah Jakarta sudah tersambung pipa air bersih.

Sejumlah air dari keran dialirkan ke dalam ember apa yang terjadi

©2013 Merdeka.com/imam buhori

"PAM JAYA tengah mengupayakan berbagai percepatan pelayanan untuk terus menambah cakupan layanan tersebut," kata Manajer Humas PAM Jaya, Linda Nurhandayani, kepada merdeka.com.

Dilansir beritajakarta.com, Direktur PAM Jaya, Priyanto Bambang Hernowo mengatakan, saat ini air baku yang mengalir ke Jakarta sebanyak 27.725 liter per detik. Diharapkan pada 2030, 100 persen wilayah Jakarta dialiri air bersih.

"Kita masih kekurangan 13.000 liter per detik," katanya.

Sejumlah langkah dilakukan Pemprov DKI Jakarta demi memenuhi kebutuhan air bersih. Salah satunya membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Sejumlah wilayah diproyeksi menjadi titik penyediaan SPAM. Seperti Daan Mogot, Hutan Kota yang melayani masyarakat di sekitar Kamal, Kamal Muara, Tegal Alur dan Pegadungan.

Kemudian, dibuat kios air bagi wilayah belum memiliki akses layanan air perpipaan seperti di beberapa wilayah di Semanan, Kalideres. Kios air ini berupa tandon-tandon yang nantinya setiap hari PAM Jaya akan mengirimkan air melalui mobil tangki untuk mengisi tandon tersebut dan memenuhi kebutuhan air warga.

Sejumlah air dari keran dialirkan ke dalam ember apa yang terjadi

©2019 Merdeka.com/Arie Basuki

3 dari 3 halaman

Upaya pemerintah harus dibarengi kesadaran semua pihak untuk melakukan penghematan air. Seperti di negara maju. Penyediaan air gratis disesuaikan dengan kebutuhan. Hak dasar manusia tetap dipenuhi meski dengan batasan.

"Di negara maju jumlah yang bisa dialirkan ke masyarakat itu akan selalu menyesuaikan dengan kondisi," ucap Adipati.

Penghematan tidak hanya untuk individu rumah tangga. Tapi juga pelaku industri. Dia menyarankan, untuk kebutuhan industri atau bisnis perhotelan, menggunakan dari air laut yang diproses. Bukan air tanah. Ada PDAM khusus yang tugasnya mengambil air dari laut dan menyuling. Kemudian dijual ke industri.

Manajemen pengelolaan air harus dilakukan pemerintah dan masyarakat serta pelaku industri. Mengingat kebutuhan air yang tidak selalu berjalan seiringan dengan ketersediaan air di masa mendatang.

"Karena yang kita ingin lakukan selama ini bukan mendeteksi keberadaan air seberapa banyak. Karena banyak atau sedikit, tetap saja kita harus mengurangi mengambilnya," tutup Adipati.

Penulis: Wilfridus Setu Embu, Ronald, Yunita Amalia, Lia Harahap, Henny Rachma Sari

(mdk/noe)

Baca juga:
Problematika Air Bersih Jakarta
Pipa Saluran Putus Diterjang Lahar Dingin, Warga Lereng Merapi Krisis Air Bersih
4,65 Persen Air di Padang Tak Layak Diminum
Jakarta Belum Mampu Penuhi Kebutuhan Air, Warga Diimbau Berhemat
Jerit Kerinduan Air Bersih di Balik Hingar Bingar Pulau Dewata
Kemenkes Sebut 89 Persen Orang Indonesia Minum Air Tak Aman, Begini Penjelasannya