Sebutkan lima candi hindu dan budha yang ada di indonesia dan perbedaannya masing-masing

Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi yang terdapat banyak candi dan tersebar di beberapa wilayah. Candi-candi tersebut memiliki beragam bentuk, mulai dari yang kecil sampai besar, hingga yang terdiri dari satu candi induk besar sampai candi yang memiliki banyak candi perwara. Candi yang tersebar di Jawa Tengah ini juga memiliki latar belakang agama yang berbeda. Tentu ada beberapa faktor yang dapat membedakan candi-candi tersebut. Mulai dari struktur bangunan, kisah pada relief, arca yang ada di candi tersebut, dan lain sebagainya.

Struktur bangunan pada candi Hindu dan Buddha memiliki kesamaan namun tentu terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan. Beberapa persamaan pada candi Hindu dan Buddha dapat dilihat dari beberapa ragam hias pada setiap bagian candi. Tidak ada ragam hias tertentu yang hanya ditemukan di candi Hindu saja atau candi Buddha saja. Ragam hias tersebut terdiri dari (1) pelipit candi, (2) relief hias ornamental, (3) ujung pada pipi tangga, (4) antefiks, dan (5) bahan dasar batu candi. Walau begitu, perbedaan yang dapat terlihat dengan jelas adalah stupa/amalaka pada candi tersebut. Jika di candi tersebut terdapat stupa, maka candi tersebut merupakan candi Buddha, dan jika candi tersebut terdapat ratna/amalaka, maka candi tersebut merupakan candi bernafaskan agama Hindu.

Candi Hindu dan Buddha sama-sama terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap. Terdapat perbedaan dalam penyebutan ketiga tingkatan dunia yang digambarkan pada bagian candi, yaitu kaki, tubuh dan atap. Pada candi bernafaskan agama Hindu, ketiga tingkatan itu disebut dengan istilah, Bhurloka, Bhuvarloka dan Svarloka. Pada candi yang bernafaskan agama Buddha ketiga tingkatan itu disebut dengan istilah, Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Ketiga istilah ini memiliki arti yang serupa, yaitu Bhurloka dan Kamadhatu yang berarti dunia manusia yang masih terikat dengan hawa nafsu. Kemudian Bhuvarloka dan Rupadhatu merupakan dunia di mana manusia mulai mensucikan diri namun masih terikat dengan rupa. Terakhir, Svarloka dan Arupadhatu yaitu tingkatan tertinggi dari perjalanan hidup manusia atau biasa juga diartikan sebagai tempat para dewa.

Selanjutnya, perbedaan yang dapat terlihat adalah pola pada kompleks percandian. Pada candi-candi Hindu, terutama Hindu-Saiva, pola yang terlihat adalah sebuah candi induk dengan tiga buah candi perwara di depannya. Pada candi induk tersebut terdapat arca-arca seperti arca Mahakala dan Nandiswara yang terletak di sebelah kanan dan kiri pintu masuk sebagai arca penjaga. Kemudian terdapat arca Durga Mahisasuramardini, yang merupakan wujud ugra dari Dewi Parwati, istri Siwa yang terletak di sisi utara candi. Arca Agastya, yaitu seorang rsi yang memiliki sebutan Siwa Mahaguru, yang terletak di sisi selatan candi. Lalu terdapat arca Ganesha, dewa dengan kepala gajah yang merupakan anak dari Siwa, yang terletak di sisi timur atau barat candi, tergantung dari arah hadap candi itu sendiri. Di dalam bilik candi terdapat arca lingga-yoni yang merupakan perwujudan dari Siwa dan Parwati, yang biasanya merupakan fokus dari ritual peribadatan di candi tersebut.
Pada candi-candi dengan latar belakang agama Buddha, memiliki pola sebuah candi induk dengan banyak candi perwara di sekelilingnya. Pada candi-candi Buddha biasanya terdapat sebuah relung yang dapat melihat ke dalam bilik candi tersebut. Arca-arca pada candi Buddha tidak menentu, namun pasti merupakan arca dari dewa-dewa Buddha. Seperti dewa-dewa Pantheon, yaitu Amogasiddhi, Aksobhya, Ratnasambava, Amitabha dan Vairocana, serta emanasi-emanasi mereka, seperti Avalokitesvara, Manjusri, Amogapasha, dan lain sebagainya.

Perbedaan terakhir adalah relief-relief cerita yang ada di sekeliling candi. Bila relief tersebut menceritakan kisah-kisah Hindu, seperti Garudeya, Ramayana, Mahabharata, Tantrikamandaka dan lain sebagainya, maka dapat dipastikan candi tersebut merupakan candi Hindu. Sebaliknya, bila relief yang ada menceritakan kisah-kisah Buddha, seperti Jataka, Lalitavistara, dan lain-lain, maka dapat dipastikan candi tersebut merupakan candi Buddha.
Candi Hindu dan Buddha sekilas mungkin memang terlihat sama, namun ada perbedaan-perbedaan yang dapat dilihat dengan mudah untuk membedakan candi Hindu atau Buddha. Candi Hindu biasa menyebut tingkatan kehidupan yang digambarkan pada bagian candi dengan sebutan Bhurloka, Bhuvarloka dan Svarloka. Pada candi Buddha menyebut tingkatan kehidupan dengan sebutan Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Perbedaan fisik yang paling jelas dapat terlihat pada stupa untuk candi Buddha dan ratna/amalaka untuk candi Hindu. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari pola percandian, jumlah candi perwara, arca yang terdapat pada candi dan kisah pada relief cerita yang terpahatkan pada candi.

Tulisan dan Foto : Desfira Ramadhania Rousthesa (Mahasiswa Magang Sarjana Arkeologi UI)

Candi Prambanan. Foto: instagram.com/@prambananpark

Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah Hindu-Budha berupa candi. Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini bahkan menjadi candi Budha terbesar di dunia dan pernah masuk tujuh keajaiban dunia. Sedangkan candi Prambanan banyak dipuji sebagai salah satu candi terindah di Asia Tenggara.

Namun, tahukah Anda bahwa candi-candi Hindu dan Budha memiliki perbedaan? Dilihat dari fungsinya, candi Hindu dibangun sebagai makam para raja. Ritual yang dilakukan di candi kebanyakan berhubungan dengan pemakaman atau pemujaan roh nenek moyang.

Sedangkan candi Budha berfungsi sebagai tempat peribadahan umat Budha. Oleh sebab itu, candi-candi Budha umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama.

Apa perbedaan lainnya? Nah, berikut ini adalah penjelasan tentang perbedaan candi Hindu dan Budha selengkapnya:

Bentuk puncak candi Hindu dan Budha memiliki perbedaan. Pada candi Budha, puncaknya berbentuk kubus atau biasa disebut stupa. Sedangkan pada candi Hindu, bentuk puncaknya meruncing berbentuk tabung atau disebut ratna.

Perbedaan Penyebutan Tingkatan Candi

Candi Borobudur. Foto: Pinterest

Dikutip dari situs Kemendikbud, Candi Hindu dan Buddha sama-sama terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap. Namun terdapat perbedaan istilah untuk menyebut tingkatan tersebut.

Pada candi Hindu, ketiga tingkatan disebut dengan istilah Bhurloka, Bhuvarloka dan Svarloka. Pada candi yang bernafaskan agama Buddha, ketiga tingkatan tersebut disebut dengan istilah Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu.

Namun, makna dari tiga tingkatan tersebut sama. Bhurloka dan Kamadhatu memiliki arti dunia manusia yang masih terikat dengan hawa nafsu. Sedangkan Bhuvarloka dan Rupadhatu merupakan dunia di mana manusia mulai mensucikan diri namun masih terikat dengan rupa.

Tingkat terakhir, Svarloka dan Arupadhatu merupakan tingkatan tertinggi dari perjalanan hidup manusia, atau bisa juga diartikan sebagai tempat para dewa.

Candi Hindu memiliki relief yang menceritakan kisah Ramayana, Mahabharata, Garudeya, dan kisah-kisah Hindu lainnya. Sedangkan relief pada candi Budha menggambarkan kisah-kisah Buddha seperti Jataka, Lalitavistara, dan lain-lain.

Candi Borobudur. Foto: Shutter Stock

Pada candi Hindu, bangunan utama biasanya terletak di belakang dan jaraknya cukup jauh dari pintu masuk. Candi utama terletak di dataran yang paling tinggi dibandingkan bangunan lain.

Sedangkan pada candi Budha, bangunan utama bersifat mandala konsentris. Bangunan ini terletak tepat di tengah kompleks candi dan dikelilingi candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi.