Pusat peradaban bangsa tiongkok terletak di lembah sungai huang ho dan yang tse disebabkan

Pusat peradaban bangsa tiongkok terletak di lembah sungai huang ho dan yang tse disebabkan

Pusat peradaban bangsa tiongkok terletak di lembah sungai huang ho dan yang tse disebabkan
Lihat Foto

Kemendikbud

peradaban lembah sungai kuning

KOMPAS.com - Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho) merupakan peradaban salah satu tertua di dunia yang masih ada hingga saat ini.

Peradaban Lembah Sungai Kuning diperkirakan sudah sekitar 4.000 Sebelum Masehi (SM). Peradaban tersebut terdiri atas sejarah dan budaya beberapa negara yang ada sejak enam abad.

Dalam buku The Next Civilization (2012) karya Nanat Fatah Natsir, Peradaban China dimulai dari muara Sungai Kuning (Hwang Ho).

Sungai Kuning bersumber di daerah Pegunungan Kwen Lun di Tibet mengalir ke arah Timur dan bermuara di Teluk Tsii Li di Laut Kuning.

China memiliki sistem penulisan yang konsisten sejak dulu dan masih digunakan hingga kini. Banyak penemuan penting bersumber dari peradaban China Kuno, seperti kertas, kompas, serbuk mesiu, dan materi cetak.

Baca juga: Sejarah Peradaban India Kuno

Pertanian di China sudah sekitar 4.000 SM di bagian selatan Sungai Kuning. Daerah Sungai Kuning merupakan daerah subur, karena lumpur kuning yang dibawa.

Kenapa lumpur berwarna kuning?, berdasarkan penelitian para ahli lumpur yang mengendap di lembah sungai berasal dari tanah loss Gurun Gobi.

Di mana diterbangkan angin hingga ke lembah Sungai Hwang Ho dan berwarna kuning. Dampaknya air sungai Hoang Ho kekuning-kuningan dan lembah sepanjang alirannya menjadi subur.

Namun pada musim dingin, air Sungai Kuning membeku dan mengakibatkan masyarakat China kesulitan.

Pada musim semi, salju mencair dan menimbulkan bah serta menggenangi daratan China.

tirto.id - Sejarah kehidupan manusia di lembah Sungai Kuning masa Cina Kuno merupakan salah satu peradaban besar di dunia. Peradaban kuno di Tiongkok ini diduga sudah ada sejak tahun 3000 Sebelum Masehi (SM) dan muncul di lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho (sekarang disebut Huang He).

Sejarah awal peradaban ini bermula dari sebuah sungai yang alirannya membawa lumpur kuning. Mulai dari hulu di Pegunungan Kwen-Lun (Tibet), melalui Pegunungan Cina Utara, hingga ke hilirnya di Teluk Tsii-Li (Laut Kuning), aliran lumpur tersebut kemudian membentuk kawasan dataran rendah.

Dikutip dari catatan Susiati dalam buku ajar Sejarah (2020:13), terungkap bahwa dataran rendah tersebut dikategorikan subur hingga akhirnya menjadi cikal bakal kebudayaan bangsa Cina Kuno tumbuh.

Di sisi lain, kawasan subur itu juga punya kendala. Menurut tulisan Rizem Aizid dalam Sejarah Terlengkap Peradaban Dunia (2018:194), Lembah Sungai Kuning sering dilanda bencana pembekuan (saat musim dingin), banjir, bahkan air bah.

Albert Hyma, Mary Stanton, dan Michael Hugh dalam Streams of Civilization: Earliest Times to the Discovery of the New World (1992) mengungkapkan, orang-orang Cina Kuno akhirnya berhasil mengatasi masalah itu dengan cara membangun tanggul raksasa di sepanjang aliran Sungai Kuning.

Baca juga:

  • Peninggalan & Hasil Kebudayaan Peradaban Lembah Sungai Indus
  • Sejarah Uang dalam Peradaban Manusia: Dari Barter Hingga Bitcoin
  • Sejarah Masa Kemunduran Peradaban Islam: Faktor dan Penyebabnya

Kehidupan Ekonomi dan Sosial

Tanah di peradaban Lembah Sungai Kuning atau Hoang Ho amat subur. Oleh karena itu, seperti yang diungkapkan Yi-Fu Tuan dalam A Historical Geography of China (2008), kehidupan ekonomi peradaban Cina Kuno bertumpu kepada sektor pertanian atau agraris.

Masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho kala itu menanam berbagai jenis tumbuhan pangan, seperti gandum, padi, teh, jagung, hingga kedelai.

Kegiatan ekonomi dalam peradaban Lembah Sungai Kuning terus berkembang. Ada yang kemudian berburu dan meramu, seperti menangkap hewan buruan atau ikan, kemudian mulai mengembangkan metode peternakan.

Pada zaman pemerintahan Dinasti Chou (1066 SM-221 SM) masyarakat Cina Kuno yang hidup di Lembah Sungai Hoang Ho sudah mulai berdagang, bahkan ada yang menjadi penenun, pengrajin, penebang kayu, buruh, dan lainnya.

Kehidupan sosial masyarakat Cina Kuno di Lembah Sungai Hoang Ho ini pada akhirnya diatur oleh sistem pemerintahan feodalisme. Mulai terdapat pengelompokan sosial, dari kaum bangsawan hingga rakyat biasa.

Sistem feodal kemudian digantikan dengan sistem pemerintahan lainnya yakni unitaris yang dijalankan di peradaban Lembah Sungai Kuning di Cina.

Baca juga:

  • Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Praaksara Masa Berburu dan Meramu
  • 10 Pengaruh Kehidupan Praaksara dalam Sejarah pada Masa Kini
  • Pengertian Kjokkenmoddinger: Sejarah & Fungsinya di Zaman Praaksara

Sistem Pemerintahan

Terdapat 2 sistem pemerintahan dalam peradaban Lembah Sungai Kuning, yakni feodalisme dan unitaris. Pada sistem pemerintahan feodalisme, kedudukan Kaisar dianggap sakral sebagai utusan/anak Dewa Langit.

Kedudukan kaisar pada masa pemerintahan feodalisme hanya bertindak sebagai simbol dan tidak ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan.

Sebaliknya, sistem unitaris menempatkan kaisar sebagai titik pusat yang mengatur masalah politik dan negara. Oleh karena itu, kaisar punya hak dan kewajiban untuk menjalankan politik praktis serta menangani segala urusan kenegaraan.

Dalam catatan Susiati di buku Sejarah (2020:13), setidaknya ada enam dinasti yang memerintah peradaban masyarakat Cina masa Lembah Sungai Hoang Ho, di antaranya adalah Dinasti Shang, Chou, Chin, Han, Tang, dan Shung.

Baca juga:

  • Apa itu Abris Sous Roche di Masa Praaksara Sejarah dan Fungsinya
  • Jenis Pola Hunian Sejarah Kehidupan Manusia Purba Masa Praaksara
  • Sejarah Periodisasi Masa Praaksara Berdasarkan Geologis

Filsafat dan Kepercayaan

Ilmu filsafat dalam peradaban Lembah Sungai Kuning yang masih bersinggungan dengan kepercayaan muncul sejak pemerintahan Dinasti Chou sejak 1066 SM hingga 221 SM. Pada masa ini, ada tiga ilmu filsafat atau kepercayaan, yakni Lao Tse, Kong Fu Tse, dan Meng Tse.

Berdasarkan ajaran Lao Tse, masyarakat Cina Kuno percaya bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang sifatnya kekal dan abadi. Ajaran tersebut kemudian dikenal sebagai Tao atau Taoisme.

Filsafat peradaban Lembah Sungai Kuning kemudian berkembang dengan munculnya ajaran Kong Fu Tse atau Kong Hu Cu. Ajaran ini masih berlandaskan Tao dan mengajarkan kepercayaan bahwa ada kekuatan yang mengatur semua hal di alam semesta demi tercapainya keselarasan.

Ajaran Kong Fu Tse berkembang lagi menjadi Meng Tse. Ajaran tersebut dirintis oleh Meng Tse (Mensius), murid dari Kong Fu Tse. Mensius mengajarkan tentang watak sejati manusia.

Baca juga:

  • Sejarah Majapahit: Corak Agama Kerajaan, Toleransi, & Peninggalan
  • Apa Saja Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia?
  • Sejarah Manusia Purba Homo Sapiens: Penemu, Lokasi, Ciri-ciri Fosil

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, masyarakat Lembah Sungai Kuning membutuhkan pengetahuan serta teknologi. Hal tersebut ternyata membawa lahirnya pengetahuan berupa ilmu astronomi hingga penciptaan beberapa peralatan.

Ilmu astronomi atau ilmu perbintangan kala itu diciptakan untuk membuat penanggalan. Pengetahuan tersebut dapat membantu masyarakat dalam bidang pertanian, pelayaran, serta beberapa aktivitas lain yang membutuhkan perhitungan tanggal.

Selain pengetahuan, ada barang atau teknologi yang tercipta. Hal paling mencolok yang terlihat adalah barang-barang dagangan, mulai dari hasil olahan barang tambang, perabotan rumah tangga, senjata, perhiasan, hingga alat-alat yang digunakan untuk pertanian.

Pengetahuan dan teknologi ini membawa peradaban Lembah Sungai Kuning menciptakan beberapa bangunan penting, seperti Tembok Besar Cina untuk menahan serangan musuh, Kuil Dewa Langit untuk memuja dewa, dan Istana Kaisar yang berupa bangunan megah untuk tempat tinggal kaisar.

Baca juga:

  • Sejarah Asal-Usul Terbentuknya Kepulauan Nusantara atau Indonesia
  • Fosil Homo Soloensis: Sejarah, Penemu, Lokasi, dan Ciri-ciri
  • Sejarah Homo Neanderthalensis, Penyebaran, & Ciri-ciri Fosilnya

Baca juga artikel terkait SEJARAH PERADABAN atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates