Pengertian Pekerjaan Rumah/Resitasi Menurut Oemar Hamalik ialah sebagai berikut: “Pekerjaan rumah ialah suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada murid-murid, tugas tersebut dikerjakan dan diselesaikan serta dipecahkan di rumah, dalam hubungannya dengan suatu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Pekerjaan rumah memberikan kesempatan belajar di rumah dan kegiatan-kegiatan ini merupakan pelengkap bukan sebagai duplikat dari kegiatan belajar di sekolah. Pekerjaan rumah mengandung 3 (tiga) unsur yakni: (a) unsur tugas, (b) unsur belajar (home study), © unsur penilaian.” Sementara itu, Nana Sudjana mengemukakan bahwa “tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, dan perpustakaan, dan di tempat lainnnya.” Oleh sebab itu, adanya perbedaan dari pendapat tersebut, bahwa pada dasarnya pengertian metode resitasi maupun pekerjaan rumah harus dapat merangsang para siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Dalam pelaksanaan metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, mungkin di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan dan sebagainya untuk dipertanggungjawabkan kepada guru. Menurut Sutari Imam Bernadib, metode tugas/resitasi ini mempunyai tiga (tiga) fase, diantaranya:
Sejalan dengan ungkapan tersebut, Nana Sudjana menjelaskan ketiga fase tersebut, ialah:
Dari konsep tersebut, bahwa bila guru telah memberikan tugas pada siswa, hari berikutnya harus dicek apakah sudah dikerjakan atau belum. Kemudian perlu dievaluasi, karena akan memberi motivasi belajar siswa. Tugas itu dapat berupa perintah, menyusun laporan/resume. Esok harinya laporan itu didiskusikan dengan siswa. Hal ini dikemukakan oleh Winarno Surachmad sebagai berikut: “Bahwa tugas harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang harus mereka pelajari dari segi-segi mana yang harus dipentingkan. Jika aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu.” Dengan demikian, apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap. Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, dan mencoba sendiri. Sehingga anak-anak akan lebih rajin. Hal ini dinyatakan oleh S. Nasution ialah sebagai berikut: “Untuk menguasai proses penemuan banyak diperlukan waktu, misalnya untuk merumuskan masalah, mencari hipotesis atau kemungkinan-kemungkinan memecahkan masalah itu kemudian mengadakan percobaan atau mengumpulkan data menurut cara-cara tertentu, menguji kebenaran hasilnya dan akhirnya mengambil kesimpulan. Tentu saja menguasai proses penemuan ini sangat berharga dalam kehidupan setiap pelajar dan setiap orang dalam dunia yang dinamis ini yang penuh dengan problema-problema baru.” Dari ungkapan tersebut, bahwa keuntungan metode itu belum didukung oleh bukti-bukti ilmiah akan tetapi pada umumnya diakui kebaikannya oleh guru-guru menurut pengalaman masing-masing. Metode ini belum dapat ditingkatkan pada suatu taraf di mana semua aspeknya dapat dikontrol. Misalnya kita belum mengetahui benar pada saat mana kita harus membantu siswa dalam proses mengerjakan tugasnya. Kita juga belum mengetahui bagaimana cara memberi bantuan yang paling tepat. Memberi bantuan serupa ini bertambah pelik, karena para siswa secara individual berbeda-beda dalam cara dan kecepatannya belajar. Hingga manakah kita harus membantu siswa dalam usaha menemukan sendiri, merupakan hal yang belum ada pedomannya. Tujuan Pekerjaan RumahTeknik pemberian tugas (pekerjaan rumah) biasanya digunakan dengan tujuan. Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas hendak dicapai oleh para siswa. Hal ini dikemukakan oleh Imam Sutari Bernadib merumuskan ialah sebagai berikut:
Sejalan dengan ungkapan tersebut, Roestiyah N.K. ialah sebagai berikut: “Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu. Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal itu diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya, dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif.” Pemberian tugas rumah adalah suatu metode yang digunakan oleh guru dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih permanen, karena siswa melaksanakan latihan. Latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih terintegrasi seperti yang dikemukakan oleh Winarto Surakman tentang tujuan dan pentingnya pemberian tugas rumah adalah :
Dari ungkapan tersebut, bahwa guru diharapkan bila menggunakan teknik ini agar sasaran yang disebutkan di atas dapat tercapai, maka perlu mempertimbangkan apakah tujuan-tujuan yang akan dicapai dengan tugas itu cukup jelas? Cukup dipahami oleh siswa, sehingga mereka melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Begitu juga tugas yang diberikan cukup jelas bagi siswa, sehingga mereka tidak bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya. Setelah siswa memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akan melaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencari nara sumber sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Dalam proses ini guru perlu mengontrol, pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik, apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi dan diteliti. Dengan demikian, tujuan pekerjaan rumah/resitasi pada dasarnya, ialah sebagaimana menurut pandangan modern yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik merumuskan, ialah sebagai berikut:
Jadi jelas bahwa konsep mengenai tujuan tersebut, dapat diambil kesimpulan yaitu pekerjaan rumah sangat penting, baik sebagai azasi maupun sebagai metode mengajar, untuk memberikan pengalaman dan perkembangan murid. Hal ini dinyatakan oleh Nana Sudjana dan Daeng Arifin bahwa “dengan tugas-tugas (pekerjaan rumah) baik individu maupun kelompok sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Metode ini banyak menimbulkan kegiatan belajar siswa yang lebih optimal. Kelebihan dan Kelemahan Pekerjaan RumahKelebihan
Kelemahan
Perlu diingat, bahwa semua guru pasti memberi tugas. Oleh sebab itu, kenyataan siswa banyak mempunyai tugas dari beberapa mata pelajaran. Akibatnya tugas itu terlalu banyak diberikan pada siswa, menyebabkan siswa mengalami kesukaran untuk mengerjakan, serta dapat mengganggu pertumbuhan siswa, karena tidak mempunyai waktu lagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang perlu untuk perkembangan jasmani dan rohaninya pada usianya. Di samping itu pula kalau guru memperhatikan hal-hal tersebut, maka walaupun teknik ini baik untuk digunakan, tetapi jangan terlalu kerap kali diberikan agar tidak terlalu menyita waktu siswa, dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara wajar. Hal ini dijelaskan oleh Imam Sutari Bernadib “bahwa tugas yang harus dilakukan oleh murid harus jelas, agar para murid tidak menjadi bingung karena kurang jelas. Segi mana yang dianggap penting dan yang diperhatikan.” |