Mengapa seseorang harus saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran?

Suara.com - Selain mengharap pahala, membaca Alquran juga memiliki makna dan manfaat tersendiri. Dalam kitab suci umat Muslim tersebut terdapat sebuat surat yang menjadi pedoman kebajikan, yaitu surat Al Ashr.

Dikutip dari Islami.co dan Dalam Islam, kandungan dari Surat Al Ashr bisa menjadi panduan saat menghadapi masa transisi maupun masa peralihan terutama ketika alam sedang tidak berada pada kepastian tatanannya.

Berikut ayatnya beserta artinya:
wal-'ar. innal-insna laf khusr. illallana man wa 'amilu-liti wa tawau bil-aqqi wa tawau bi-abr.

Artinya:
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Baca Juga: Penghafal Alquran di Kota Malang Terima Insentif Rp 1 Juta per Bulan

Manfaat yang lain dalam surat Al Ashr ini adalah:

Iman Yang Dilandasi Dengan Ilmu Pengetahuan
Di dalam surat ini Allah SWT menyampaikan penjelasannya bahwa seluruh manusia yang memang benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian di sini mempunyai maksud yang ada dalam ayat ini bisa saja bersifat mutlak, artinya manusia akan merugi di dunia dan juga di akhirat, tidak akan memperoleh suatu kenikmatan dan tentunya mereka akan mendapatkan tempat khusus yakni dimasukkan ke dalam neraka.

Mengamalkan Ilmu yang Kita Punyai dan Ketahui

Hal ini dijelaskan di dalam Hadits, anda bisa simak di bawah ini :
”Seorang yang berilmu akan tetap menjadi orang bodoh sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang alim.” (Dikutip dari Hushul al Ma’mul).

”Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Habib Rizieq Kritis dan Sedang Dibimbing Baca Alquran?

Berdakwah di Jalan yang Allah Ridai
Hal ini dijelaskan di dalam Alquran dan Hadits, anda bisa simak di bawah ini :

10 hal yang di haramkan untuk perempuan sesuai hadist sohih​

bismillaj,semoga ada yang jawab,tidak perlu panjang" kak jawabannya​

ulama pertama yang merumuskan sosiologi secara sistematis adalah​

Q. Arabicc ~ Mengapa wanita yang sedang haid Tidak boleh untuk berhubungan dengan suaminya sendiri?​ Dan Hal Apa yang Dilarang saat Junub?!! Jawablah … Beserta Penjelasan dan Tidak Boleh Asal! - Berdoalah Sebelum Melakukan Segala Kegiatan - Bismillah..

percakapan bahasa Arab 3 orang tentang perusahaan​

terjemahkan ke bahasa indonesia jangan dipaksain pake translator kalo emang nggak bisa bahasa arab أرى قدمي أراق دمي

contoh susunan bahasa Arab yang terdapat isim ,huru,mubtada dan Khobar dalam nya​

Question !!!بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمApa tujuan Allah swt menciptakan manusia hidup didunia dan hewan serta ciptaan l … ainnya?▪Sertakan dalil al-Qur'an yang menjelaskan pada pertanyaan tersebut▪No Google (Copas)▪jawab dengan jujur (bahasa sendiri)▪No AsalNt : Anggap saja hari besok(hari akhirat)menjadi hari dimana seseorang akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan sesaat didunia :)​

jelaskan hal yang terkait dengan Khobar dan mubtada tsb.misalnya adalah dhomir(kata ganti) dan alam (nama) dan lain lain nya​

sebutkan contoh thabaqat ​

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.”

(QS. Al-‘Asr :1-3)

Selain tugas mulia dan suci ini, para nabi banyak disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pemberi nasehat. Hal ini disebabkan karena manusia tidak cukup hanya menerima risalah dakwah Islam saja. Akan tetapi juga membutuhkan pemberi nasehat dan peringatan dalam hidupnya, karena manusia adalah mahluk pelupa dan pelalai, bahkan makhluk yang banyak berbuat kesalahan.

Semangat surat Al-Asr ini menjelaskan keharusan setiap orang untuk beriman dan beramal sholeh, jika ingin selamat baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan iman dan amal sholeh saja ternyata masih merugi, sebelum menyempurnakannnya dengan semangat saling memberi nasehat dan bersabar dalam mempertahankan iman, meningkatkan amal shaleh, menegakkan kebenaran dalam menjalankan kehidupan ini.

Sedemikian pentingnya prinsip “saling memberi nasehat” dalam ajaran Islam, maka setiap manusia pasti membutuhkannya, siapapun, kapanpun, dan di manapun dia hidup. Layaklah kalau dikatakan bahwa “saling memberi menasihat “ adalah sebagai sebuah keniscayaan yang harus ada pada setiap muslim.
Namun sangatlah disayangkan jika ada di antara kita yang menganggap sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah pintar, sudah berpengalaman sehingga tidak lagi butuh yang namanya nasehat dari orang lain. Padahal dengan menerima nasehat dari orang lain pertanda adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan menunjukkan kelebihan pada orang tersebut.

Kalimat “nasaha” yang artinya nasehat, makna dasarnya adalah menjahit atau menambal dari pakaian yang sobek atau berlubang. Maka orang yang menerima nasehat artinya orang tersebut siap untuk ditutupi kekurangan, kesalahan, dan aib yang ada pada dirinya. Sedangkan orang yang tidak mau menerima nasehat menunjukkan adanya sifat kesombongan, keangkuhan, dan ketertutupan pada orang tersebut. Nabi saw. bersabda:

Dari Abi Amer atau Abi Amrah Abdullah, ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan orang-orang biasa.” (HR. Muslim)

Dari hadist di atas dapat kita pahami bahwa memberi dan menerima nasehat adalah berlaku untuk manusia, siapapun dia, apapun kedudukan dan jabatannya, tanpa kecuali. Hadist ini juga menjelaskan kepada kita bahwa agama akan tegak manakala tegak pula sendi-sendinya. Sendi-sendi itu adalah saling menasehati dan saling mengingatkan antara sesama muslim dalam keimanan kepada Allah, keimanan kepada Rasul, dan keimanan kepada Kitab-Nya. Artinya, agar kita selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dari Allah dan Kitab-Nya dan mentauladani sunah-sunah Rasul-Nya.

Agama adalah nasihat bagi Allah swt. artinya: Sendi agama adalah beriman kepada-Nya, tunduk dan berserah diri kepada-Nya lahir dan batin, mencintai-Nya dengan beramal shalih dan mentaati-Nya, menjauhi semua larangan-Nya serta berusaha untuk mengembalikan orang-orang yang durhaka agar bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Sedangkan agama  nasihat bagi Rasulullah saw. maksudnya adalah: sendi tegaknya agama adalah dengan meyakini kebenaran risalahnya, mengimani semua ajarannya, mengagungkannya, mendukung agamanya menghidupkan sunnah-sunnahnya dengan mempelajarinya dan mengajarkannya, berakhlaq dengan akhlaqnya, mencintai keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya. Agama adalah nasihat bagi para pemimpin umat Islam, maksudnya adalah bahwa tegaknya agama dengan mendukung dan mentaati mereka dalam kebenaran, mengingatkan mereka dengan kelembutan bila lalai atau lengah, meluruskan mereka bila salah.

Di dalam Al-Qur’an, Allah swt. mengisahkan tentang bagainama Nabi Musa a.s., seorang nabi dan rasul yang ternyata dapat menerima nasehat dari salah seorang kaumnya.


“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari orang-orang yang dzalim itu.” (QS. Al-Qashash: 20-21)

Para salafus shalih telah memberikan contoh luar biasa kepada kita dalam hal saling menasihati. Sebagai contoh adalah apa yang pernah dilakukan Umar bin Al Khatab ra, pada suatu kesempatan ketika banyak pembesar sahabat yang mengelilinginya tiba-tiba salah seorang sahabat berkata: “Ittaqillaha ya Umar.” (Bertaqwalah kepada Allah wahai Umar!) Para sahabat yang mengetahui kedudukan keislaman Umar marah kepadanya, namun Umar r.a mencegah kemarahan sahabat-sahabatnya seraya berkata: Biarkanlah dia berkata demikian, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengatakannya, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mendengarnya.”

Itulah Umar yang termasuk dalam golongan sepuluh orang yang mendapat kabar gembira dijamin masuk surga, beliau sangat perhatian terhadap setiap nasihat yang benar yang ditujukan kepadanya. Lalu bagaimana dengan kita yang orang biasa yang bukan Nabi dan Rasul? Sudah barang tentu sangatlah membutuhkan nasehat. Kita senantiasa membutuhkan nasehat dari orang lain. Demikian juga harus bersedia memberi nasehat kepada orang lain yang memohon nasehat kepada kita.

“Hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit, jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah ke kuburnya.” (HR. Muslim)

Dengan saling menasehati antara kita, maka akan banyak kita peroleh hikmah dan manfaat dalam kehidupan kita. Akan banyak kita temukan solusi dari berbagai persoalan, baik dalam skala pribadi, keluarga, masyarakat bangsa bahkan Negara. Karenanya nasehat itu sangatlah diperlukan untuk menutupi kekurangan dan aib yang ada di antara kita. Karena nasehat itu dapat memberi keuntungan dan keselamatan bagi yang ikhlas menerima dan menjalankannya. Karena saling menasehati itu dapat melunakkan hati dan mendekatkan hubungan antara kita.

Saling menasehati antara sesama muslim terasa semakin kita perlukan, terutama ketika tersebar upaya menfitnah adu domba antara sesama muslim yang datang dari orang-orang kafir, munafik, dan orang-orang fasik yang ingin melemahkan umat Islam sebagai penduduk terbesar negeri ini. Mereka tidak senang terhadap kesatuan dan persatuan umat Islam.

Demikian pula ketika mendekati hari-hari menjelang pesta demokasi seperti pilkada, pilgub, pemilihan umum, dan sebagainya. Terkadang panasnya suhu politik menyulut sikap orang in-rasional (tidak rasional) dan emosi di tengah masa, bahkan dapat mengarah ke sikap anarkhis dan merusak. Dalam situasi seperti itu, kita sering lupa akan makna ukhuwah Islam. Lupa tugas amar ma’ruf nahi mungkar dan lupa tugas dan kewajiban untuk saling menasehati dengan cara saling kasih sayang antara kita.

Semoga Allah swt. senantiasa memberikan pemahaman kepada kita akan arti pentingnya saling memberi nasehat antara kita. Semoga kita mampu memberi nasehat dan senang menerima nasehat dari siapapun, selama tidak bertentangan dengan nilai kebenaran dan kabaikan, sehingga kita dapat terhindarkan dari bahaya adu domba dan fitnah yang dapat memecah belah umat Islam, masyarakat, bangsa, dan Negara. Wallahu a’lam bish-showwab


Penulis: Ahmad Ilyas, S.Ag

· Ketua PERSIS (Persatuan Islam)

Kecamatan  Medan Johor

·Staf pengajar di SD Islam An-Nizam Medan

·Pemerhati Pemuda dan Remaja Kota Medan.