Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu diberikan ... yang benar tentang bencana

Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu diberikan ... yang benar tentang bencana

Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu diberikan ... yang benar tentang bencana
Lihat Foto

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Petugas SAR melakukan pencarian korban hilang akibat gempa bumi di Perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10/2018). Gempa bumi Palu dan Donggala bermagnitudo 7,4 mengakibatkan sedikitnya 925 orang meninggal dunia dan 65.733 bangunan rusak.

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika suatu wilayah menyimpan potensi bencana besar, maka upaya preventif yang dapat dilakukan adalah dengan mencari tahu tingkat risiko yang dapat ditoleransi.

Hal ini diungkapkan oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Abdul Kamarzuki kepada Kompas.com, Selasa (9/10/2018).

Abdul mengatakan ada tiga hal pokok dalam kebijakan dasar mitigasi bencana di kawasan yang memiliki kerawanan tinggi.

Pertama adalah relokasi atau penghindaran. Namun opsi ini dipilih setelah melalui kajian terhadap tingkat risiko.

Baca juga: Lengkapi Rencana Tata Ruang, Pemetaan Gempa Mikrozonasi Dibutuhkan

Apabila tingkat risiko bencana pada suatu wilayah masih dapat ditoleransi, maka struktur konstruksi di tempat tersebut dapat dibangun namun dengan beberapa syarat.

Tetapi jika tingkat bahaya sudah tidak dapat ditoleransi, maka opsi relokasi dipilih untuk menghindarkan masyarakat dari bahaya.

Kedua adalah proteksi melalui sistem infrastruktur mitigasi bencana, serta adaptasi melalui peraturan zonasi atau persyaratan membangun di kawasan bencana.

Lalu yang terakhir adalah persiapan sistem evakuasi yang efektif serta efisien seperti jalur dan tempat evakuasi.

"Ketiga kebijakan tersebut dapat menurunkan tingkat bahaya, serta menurunkan tingkat kerentanan," ucap Abdul.

Kebijakan ini juga dapat meningkatkan tingkat kapasitas wilayah atau kota dalam menghadapi bencana. Hal ini dilakukan agar risiko dapat ditekan serta dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi.

Jika dalam suatu wilayah memiliki potensi bencana yang cukup besar dan membahayakan warga yang tinggal, maka diperlukan rencana relokasi.

Namun aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah resistansi atau upaya pertahanan dari masyarakat.

Sudah menjadi rahasia umum jika masyarakat yang menempati suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu akan mempertahankan daerah tersebut.

Selain itu, aspek lain yang harus diperhatikan adalah kemampuan pendanaan pemerinta daerah.

"Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa setiap upaya relokasi selalu memerlukan biaya yang besar," imbuh dia.

Baca juga: Data OSM, Likuefaksi di Desa Jono Oge Seluas 436,87 Hektar

Jika masyarakat dalam wilayah tersebut menolak, maka upaya terakhir sebagai tindakan antisipasi adalah melakukan penegakan hukum terkait implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Bentuk penegakan hukum ini bisa berupa pengendalian pemanfaatan ruang dan tidak menerbitkan izin di lokasi yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.

Selain itu, edukasi terkait bencana kepada masyarakat juga harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat lebih memahami konsekuensi yang akan dihadapi.

"Karena dalam menghadapi bencana, kesigapan masyarakat merupakan salah satu kunci agar koban tidak jatuh lebih banyak," pungkas Abdul.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

pasar bebas yang diterapkan di kawasan Asia Tenggara disebut dengana.Aseanb.aftac.caftad.apec​

Sebutkan bagian alam Indonesia dan kondisi alam Indonesia

berikan penjelasan bagaimana fenomena penebangan dan pembakaran hutan yang terjadi sekarang?Tolong di jawab karna mau di kumpulin besok​

4 Sebuah balok memerlukan usaha 10 joule untuk dapat bergerak sejauh 5 meter pada lantai yang licin dengan gaya sebesar... a, 4 Nb. 3 NC. 2Nd. 1 N​

berikut ini contoh kerja sama ekonomi antarnegara dalam lingkup regional adalaha.PBBb.IMFc.ASEANd.World bank​

1 perbedaan sumber daya alam 2 perbedaan iklim dan kesuburan tanah 3 perbedaan kebudayaan dan gaya hidup 4 perbedaan agama dan kepercayaan 5.perbedaan … ilmu pengetahuan dan teknologi 6.perbedaan sumber daya manusia. berdasarkan tabel diatas yang bukan termasuk faktor pendorong timbulnya kegiatan perdagangan antar wilayah ditunjukkan dengan nomor A 1 dan 3B 4C 2D 5 dan 6​

apa pendapat kalian jika alat transportasi dan komunikasi dari dulu hingga sekarang tidak ada berkembang dan tidak berubah? ​

negara yang masuk kedalam wilayah amerika selatan ​

jelaskan keadaan geologi,kondisi alam, iklim,flora dan fauna serta satuan mata uang dari negara Afganistan..?!​

jelaskan keadaan geologi,kondisi alam, iklim,flora dan fauna serta satuan mata uang dari negara Bahrain.?!.​

Yogyakarta merupakan suatu kawasan yang rawan bencana diantaranya gempa bumi. Gempa bumi memberikan ancaman bahaya yang terpusat baik di darat maupun di laut. Pentingnya menanamkan kesadaran pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana menjadikan masyarakat lebih siap dan tidak khawatir akan adanya ancaman bencana yang bisa datang kapan saja. Ketangguhan Bencana pada masyarakat diharapkan menjadikan masyarakat mengerti bagaimana menyikapi bencana gempa bumi yang sebenarnya.

Simpul Pemberdayaan Masyarakat Untuk Ketangguhan Bencana Universitas Islam Indonesia (SPMKB UII) bersama Erasmus+ Programme of the European Union menyelenggarakan kegiatan Webinar Series II bertajuk “Creating Earthquake Resilience Communities”. Kegiatan yang membangun perguruan tinggi dalam memimpin ketahanan bencana ini dihelat pada Senin, (28/6) secara virtual.

Menghadirkan Michael Fuller, MBE., MBA., MA. dari University of Glucesteshire England sebagai pembicara kunci, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc (Dosen Prodi Arsitektur UII) dan Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE., Ph.D. IP-U (Dosen Prodi Teknik Sipil UII). Hadir memberikan sambutan wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D dan Kepala SPMKB UII, Dr. Dwi Handayani S.T., M.Sc.

Dalam pemaparannya Michael Fuller menjelaskan pengiriman logistic dan dukungan kebutuhan selama bencana alam atau keadaan darurat ke daerah yang terkena dampak merupakan salah satu upaya dalam mengelola sumber daya dan menjaga reputasi logistic kemanusiaan. Adapun manajemen bencana terdiri dari pengorganisasian, perencanaan dan penerapan langkah-langkah untuk memperiapkan, menanggapi dan memulihkan diri saat pasca bencana.

“Ketahanan adalah kemampuan untuk mengantisipasi, mempersiapkan dan menanggapi serta beradaptasi dengan segala sesuatu mulai dari peristiwa kecil sehari-hari hingga guncangan dan perubahan kronis atau bertahan saat terjadinya suatu bencana,” terangnya.

Michael Fuller menyebutkan manfaat integrasi dan ketahanan dalam bencana antara lain ketahanan, risiko, keamanan dan keselamatan. Fokus strategis dalam ketahanan bencana terfokus pada kapabilitas di semua lapisan korban yang terkena bencana yang didasari dengan penyampaian informasi secara efektif dan efisien sehingga penyampaian informasi terus berlanjut pada tahap pemulihan.

Selain itu, Arif Wismadi menyampaikan konsep dasar dari sister village yang merupakan bentuk kerjasama antar desa rawan bencana gunung api dengan desa yang aman diluar kawasan rawan bencana atau yang tidak terkena dampak dari bencana gunung api, sehingga bisa dijadikan sebagai tempat pengungsian.

“Konsep sister village didalamnya harus terdapat shelter yang selalu tersedia, bangunan yang selalu ada dan apat digunakan baik dalam keadaan apapun, oleh karena itu dengan adanya tujuan dari konsep ‘one home one pavilion’ memberikan manfaat dalam upaya memberikan bantuan pengungsian bagi korban bencana selepas terjadinya bencana,” tuturnya.

Dalam pemaparannya Prof. Sarwidi menerangkan korelasi antara konsep sister village dan BARRATAGA (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa). Keprihatinan terhadap kurangnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membangun rumah tahan gempa. Dalam penjelasannya, untuk rumah satu lantai, penggunaan konsep pembangunan barrataga adalah pilihan yang optimal.

Konsep penanggulanagan bencana (konsumtif) terfokus pada tanggap darurat sektoral, insidentil dan sektoral. Paradigma baru dalam pennanggulan bencana melalui investasi didalamnya terdiri dari sifat antisipatif, menyeluruh, terpadu dan sistemik. “Hal ini merupakan dukungan dalam pengembangan dan bagian dari upaya masyarakat terkait pentingnya memperhatikan investasi dalam membangun rumah tahan gempa,” ucapnya. (HA/RS)