Kenapa Nabi Isa banyak disebut dalam Al quran

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Semua Nabi dalam Islam menunjukkan bahwa Nabi diposisikan sebagai uswah, pemimpin, dan panutan. Akan tetapi, ketika berbicara Nabi Isa, pemaparan al-Quran tentang sosok agung ini begitu tajam dan mendetail. Secara keseluruhan, al-Quran mempersepsikan Nabi Isa sebagai sosok yang salih yang tidak keluar dari cara pandang kenabian yaitu ketauhidan yang murni.

Dalam Pengajian Tarjih edisi ke-117 pada Rabu (10/02), Ustadi Hamsah selaku pemateri mengungkapkan bahwa al-Quran menggambarkan beberapa aspek terkait Nabi Isa yaitu dari sisi nama, proses kelahiran, kehidupan, dan kematiannya. Ustadi juga membahas ihwal sebutan-sebutan dalam al-Quran yang melekat pada diri Nabi Isa, di antaranya:

“Pertama, Isa disebut sebagai ‘Ayat’ (3:50) maksudnya adalah dia sebagai tanda kekuasaan Allah. Kelahiran Isa itu tanda kekuasaan Allah. Penciptaan Isa itu tanda kekuasaan Allah. Posisi Isa atau penciptaan Isa itu sama dengan Adam yang sama-sama Allah ciptakan dari tanah,” terang Ustadi.Ustadi menerangkan bahwa penciptaan, kelahiran, kemukjizatan yang melekat pada diri Nabi Isa merupakan tanda kekuasaan Allah. Sebagai Zat Yang Maha Kuasa, Allah mampu memberikan keistimewaan-keistimewaan pada Nabi Isa.“Kedua, disebut ‘Matsal’ (3: 59; 43: 57, 59) atau Isa disebut sebagai perumpamaan. Ini tanda kekuasaan Allah mampu menciptakan makhluk tanpa latar belakang apapun itu juga bisa. Menciptakan dari tanah Allah bisa seperti Adam dan Isa,” tuturnya.Selain ‘Ayat’ dan ‘Matsal’, ketiga Nabi Isa juga disebut dengan ‘Syahid’ (5: 117). Artinya, sebagai Nabi dan Rasul, Nabi Isa memiliki posisi sebagai saksi atas umatnya. Saksi atas kebenaran dan ketauhidan yang harus disebarkan kepada ummat. Nabi Isa harus dapat menjadi saksi atas ummatnya sebagaimana Rosulullah SAW.“Keempat, ‘Rahmah ‘(19: 21). Maksudnya adalah dimanapun ia berada itu membawa kebaikan, kebenaran, dan ketentraman pada orang-orang disekitarnya. Termasuk Rosulullah SAW karena posiinya adalah rohmatan lil ‘aalamiin,” tegas Ustadi.Ustadi menerangkan bahwa apa yang diajarkan oleh Isa bin Maryam yang sesuai dengan ketauhidan itu dilanjutkan dan disempurnakan oleh Rasulullah SAW. Sehingga Isa pun di dalam al-Quran disebut sebagai rahmah.“Kelima, ‘Wajih/Pinunjul’ (3: 45) terkemuka, karena posisinya sebagai ayat yang diturunkan Allah yang latar belakang kemukjizatannya memang luar biasa,” imbuh Ustadi.Ustadi menggarisbawahi bahwa bukan berarti pinunjul itu melebihi nabi-nabi lain, tapi karena kemukjizatannya itu berbeda dari nabi-nabi yang lain. Kelebihan yang diberikan Alla itu digunakan untuk menentang orang-orang yang menantang keras kerasulan Muhammad SAW.“Keenam, ‘Min al-Muqarrabin’ (3: 45) yaitu orang-orang yang dekat dengan Allah sehingga keinginan Isa selalu diijabah oleh Allah. Ketujuh, ‘Min al-Shalihin’ (3: 46) maksudnya Isa termasuk orang-orang yang kontekstual, pandai dalam zamannya,” kata Ustadi.

Sebutan Nabi Isa yang kedelapan di dalam al-Quran adalah ‘Mubarak’, yang berarti membawa keberkahan Allah kepada orang-orang di zamannya. Mampu menyembuhkan orang buta, kusta bahkan dapat menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Sehingga al-Qur’an menyebutkan isa sebagai Mubarak.

“Itulah keistimewaan Nabi Isa karena dari segi nama saja ia punya banyak penyebutan-penyebutan yang tidak didapati pada nabi-nabi yang lain,” pungkas Ustadi.

Pak Ustad, Apakah Benar dalam Al-Quran tertulis nama ISA (YESUS) sebanyak 75%? Sedangkan MUHAMMAD hanya 2%?

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sebenarnya nabi Isa ‘alaihissalam bukan disebutkan 25 persen di dalam Al-Quran, tetapi nama nama beliau disebutkan sebanyak 25 kali. Sedangkan nama Muhammad SAW hanya disebutkan 4 kali dalam Al-Quran.

Jauh lebih banyak nama Nabi Isa ‘alaihissalam yang disebutkan namanya dari pada nama Nabi Muhammad SAW. Semua ini menunjukkan banyak hal. Di antaranya:

1. Kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam sangat tinggi dalam Islam

Kedudukan nabi Isa memang sangat tinggi dalam Islam. Sampai-samapi Al-Quran menyebut namanya puluhan kali.

Dan memang sesungguhnya Nabi Isa memang benar-benar seorang nabi yang wajib diimani dan dihormati. Tentunya dengan nabi-nabi yang lainnya.

Sudah seharusnya para pemeluk kristiani pun menghormati nabi Muhammad SAW. Sebab umat Islam tidak kurang hormatnya kepada nabi mereka. Walau pun tidak harus menjadikan sang Nabi sebagai tuhan.

Namun penghormatan kepada nabi Isa dalam pandangan Islam berbeda dengan pandangan kristiani. Islam tidak menuhankannya, Islam hanya mengakuinya sebagai manusia biasa, namun beliau menerima wahyu dan syariah yang berlaku untuk kaumnya saja.

Adapun untuk umat Islam, yang dijadikan sandaran dalam hukum syariah adalah sikap dan teladan Nabi Muhammad SAW.

2. Adanya Keterkaitan antara Isa dan Muhammad

Sebenarnya hubungan antara agama yang dibawa nabi Isa dengan yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW berasal dari sumber yang sama. Kecuali kemudian orang-orang sesat menyelengkan peninggalan beliau dan menggantinya dengan agama yang mereka karang sendiri.

Dan karena hubungannya sangat dekat, tidak aneh kalau nama Nabi Isa diulang-ulang sebagai 25 kali dalam Al-Quran.

Bahkan hubungan Islam dengan nabi Musa dan umatnya juga sangat erat. Tahukah anda, berapa kali kata Musa terulang-ulang di dalam Al-Quran?

Jawabnya adalah kata Musa diulang sebanyak 131 kali.

3. Yang Penting Bukan Berapa Banyak Penyebutannya

Selain itu buat umat Islam, tidak ada masalah bila nama nabi Muhammad SAW hanya disebut 4 kali saja di dalam Al-Quran. Sebab yang penting bukan penyebutannya namanya, melainkan kita semua tahu bahwa ke-114 surat dan 30 juz dalam Al-Quran memang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.

Jadi kalau keseluruhan Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, buat apa lagi nama beliau harus selalu disebut-sebut.

Dan yang penting, kemuliaan suatu makhluq tidak ditentukan dari berapa kali namanya disebutkan di dalam Al-Quran. Tahukah anda, berapa kali kata Syaithan disebutkan di dalam Al-Quran? Jumlahnya tidak kurang dari 62 kali.

Apakah kita akan menghormati syaithan? Tentu saja tidak.

Tahukah Anda berapa kali kata Iblis diulang-ulang di dalam Al-Quran? Jawabnya adalah 11 kali. Apakah kita akan menghormati iblis hanya karean namanya diulang 11 kali dalam Al-Quran? Tentu saja tidak.

Di sisi lain, sebenarnya setiap kali ada ayat Al-Quran yang dimulai dengan kata Qul (katakanlah), itu merupakan dialaog Allah kepada beliau SAW untuk mengatakan sesuatu atau menyampaikan sesuatu. Dan kalau dihitung-hitung, jumlahnya mencapai 300 lebih.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc

Ikuti update terbaru di Channel Telegram Eramuslim. Klik di Sini!!!

loading...

Kenapa Nabi Isa banyak disebut dalam Al quran

Muslim Obsession – Nama Nabi Musa ‘alaihissalam disebutkan Allah Ta’ala dalam Al-Quran tidak kurang dari 136 kali. Dengan demikian, Musa ‘alaihissalam menjadi nama nabi yang paling banyak disebutkan di dalam Al-Quran.

Di urutan berikutnya ada nama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang disebutkan sebanyak 69 kali, kemudian Nabi Yusuf ‘alaihissalam (58 kali), Nabi Isa ‘alaihissalam sebanyak 55 kali (21 kali dengan sebutan Nabi Isa AS, 11 kali dengan sebutan al-Masih, dan 23 kali dengan Ibnu (putra) Maryam.

Selanjutnya adalah Nabi Nuh ‘alaihissalam sebanyak 43 kali, Nabi Luth ‘alaihissalam (27 kali), Nabi Adam ‘alaihissalam (25 kali), Nabi Muhammad Saw (25 kali), Nabi Sulaiman ‘alaihissalam (21 kali), Nabi Harun ‘alaihissalam (20 kali).

Berikutnya Nabi Yaqub ‘alaihissalam (18 kali), Nabi Daud ‘alaihissalam (18 kali), Nabi Ishaq ‘alaihissalam (17 kali), Nabi Ismail ‘alaihissalam (12 kali), Nabi Zakariya ‘alaihissalam (12 kali), Nabi Syuaib ‘alaihissalam (11 kali), Nabi Saleh ‘alaihissalam (10 kali), Nabi Hud ‘alaihissalam (7 kali).

Adapun Nabi Yunus ‘alaihissalam (5 kali), Nabi Yahya ‘alaihissalam (5 kali), Nabi Ayyub ‘alaihissalam (4 kali), Nabi Ilyas ‘alaihissalam (4 kali), Nabi Idris ‘alaihissalam (2 kali), Nabi Zulkifli ‘alaihissalam (2 kali), dan Nabi Ilyasa ‘alaihissalam (2 kali).

Lalu, mengapa Nabi Musa ‘alaihissalam dan kisahnya lebih banyak disebutkan dalam Al-Quran?

Setidaknya ada dua alasan yang dikemukakan Cendekiawan Muslim dari Universitas Alexandria Mesir, Dr Nadia Imarah.

Pertama, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara syariat Nabi Musa dan syariat Nabi Muhammad SAW. Ia mengutip firman Allah Ta’ala dalam QS Al-Anbiya: 48-50:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. Dan Al-Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?.”

Kedua, Imarah mengambil alasan dari ayat di atas yang menjelaskan bahwa hal yang membuat Nabi Musa ‘alaihissalam banyak disebut di dalam Al-Quran adalah karena cobaan dan kesengsaraan yang dialaminya sangat mirip dengan apa yang dialami Nabi Muhammad SAW.

“Al-Quran menyajikan contoh-contoh (dari Nabi Musa AS) ini sekaligus untuk menghibur hati Nabi SAW, mengambil hikmahnya, dan melihat kondisi negara-negara sebelumnya agar kita tidak jatuh ke dalam apa yang telah mereka alami,” jelas Imarah.

Contoh-contoh tersebut, jelasnya, mengandung hikmah agar umat Nabi Muhammad SAW tidak melakukan apa yang dilakukan umat Nabi Musa ‘alaihissalam dan para nabi lainnya. (Fath)