Kenapa bulan Muharram disebut Lebaran anak yatim

Home Gaya Hidup Gaya Lainnya

tim | CNN Indonesia

Kamis, 19 Agu 2021 06:55 WIB

Kenapa bulan Muharram disebut Lebaran anak yatim

Ilustrasi. Berikut alasan 10 Muharram disebut sebagai Lebaran Anak Yatim serta amalan yang bisa dilakukan. (mufidpwt/Pixabay)

Jakarta, CNN Indonesia --

Pada bulan Muharram, terdapat dua hari istimewa yang bisa dijadikan ladang amal oleh umat Islam di seluruh dunia. Salah satunya yakni bertepatan pada 10 Muharram, atau juga dikenal dengan Hari Raya atau Lebaran Anak Yatim.

Berbagai amalan saleh bisa dilakukan pada Lebaran Anak Yatim. Mulai dari bersedekah, berpuasa, serta memuliakan keluarga dan anak yatim bahkan hal terkecil seperti mengusap kepala anak yatim bisa menjadi amalan saleh.

"Dalam sebuah hadis yang disampaikan Rasulullah SAW, kita diingatkan agar memuliakan tanggal 10 Muharram itu dengan melaksanakan ibadah yang baik," kata KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (18/8).

Menurut Wahyul, terdapat banyak referensi yang mengisahkan mulianya 10 Muharam ini. Salah satunya tertuang dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As Samarqandi.

Dalam kitab tersebut dijelaskan alasan Hari Asyura pada 10 Muharam disebut Lebaran Anak Yatim lantaran tanggal itu kerap digunakan sebagai ungkapan kegembiraan bagi anak yatim.

Pada tanggal ini, disebutkan bahwa banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka yang orang tuanya sudah tidak lengkap atau tidak ada.

Tak hanya itu, di masa lalu, banyak kejadian yang berhubungan dengan kekuasaan Allah SWT terjadi bertepatan dengan 10 Muharam ini.

Hari yang juga dikenal dengan sebutan Asyura ini identik pada peristiwa-peristiwa Islam yang diceritakan dalam kitab-kitab karya ulama terdahulu maupun keterangan dari Nabi Muhammad SAW.

"Peristiwa seperti diselamatkannya Nabi Ibrahim AS dari api yang panas ketika dibakar oleh Raja Namrud, juga peristiwa diterimanya taubat Nabi Adam AS, dan peristiwa-peristiwa lainnya," papar Wahyul.

 Sebagaimana dilansir NU Online, berikut beberapa peristiwa penting pada 10 Muharam menurut beberapa riwayat.

1. Nabi Adam AS bertobat kepada Allah dari dosa-dosanya dan tobat tersebut diterima oleh Allah SWT 

2. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan.

3. Selamatnya Nabi Ibrahim AS dari siksa Namrud, berupa api yang membakar

4. Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah

5. Nabi Yunus AS selamat, keluar dari perut ikan

6. Nabi Ayyub AS disembuhkan Allah dari penyakitnya yang menjijikkan.

7. Nabi Musa AS dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir'aun di Laut Merah.

8. Nabi Isa AS diangkat ke langit

9. Kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman AS

Amalan yang Bisa Dilakukan pada 10 Muharram

Bertepatan pada tanggal ini, umat Islam dapat mendulang amalan baik dengan melakukan sejumlah hal. Salah satu di antaranya yakni memuliakan anak yatim dengan memberi bantuan, pendidikan, biaya hidup dan mengusap kepalanya.

"Maksud mengusap kepala anak yatim itu adalah bahwa dengan mengusap kepala anak yatim saja kita mendapat kemuliaan," kata Wahyul Afif Al-Ghafiqi.

"Jadi mengusap kepala itu adalah hal yang terkecil yang bisa dilakukan untuk menunjukkan perhatian kepada anak yatim," tambahnya lebih lanjut.

Sementara itu, amalan lain yang bisa dilakukan bertepatan dengan 10 Muharram, antara lain:

- Melakukan salat sunah di malam harinya- Puasa Asyura- Memperbanyak sedekah- Melebihkan nafkah atau uang jajan keluarga- Menjenguk orang sakit- Menyantuni atau mengusap kepala anak yatim- Memotong kuku- Membaca surah Al-Ikhlas 1.000 kali

- Memperbanyak silaturahmi.

(tst/agn)

Saksikan Video di Bawah Ini:

Kenapa bulan Muharram disebut Lebaran anak yatim

Ilustrasi. Foto: Eneng/Islampos

MUHARRAM merupakan bulan pembuka dalam tahun hijriah. Bulan ini masuk dalam jajaran bulan istimewa dalam Islam. Pada bulan ini terdapat dua tanggal penting yakni 1 dan 10 Muharram.

1 Muharram merupakan hari pertama di tahun hijriah yang menandai peristiwa hijrahnya nabi dari Mekah ke Madinah. Sedangkan tanggal 10 Muharram dipercaya sebagai hari terjadinya berbagai peristiwa besar pada masa para nabi terdahulu. Pada 10 Muharram pula, Nabi Muhammad mensyariatkan umat Islam untuk melaksanakan puasa sunah, yakni puasa Asyura.

BACA JUGA: Rahasia Besar di 10 Muharram

Salah satu keistimewaan lain dari 10 Muharram adalah sebutan yang disematkan padanya yakni lebarannya anak yatim. Nah, terkait hal ini, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, menjelaskan mengapa bulan Muharram identik dengan lebaran anak yatim.

Menurutnya, anggapan tersebut sebetulnya didasarkan pada sebuah hadis yang antara lain terdapat di kitab Tanbih al-Ghafilin. Seperti dikutip dari Republika, Senin (2/9/2019), KH Cholil Nafis mengatakan, dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, ”Man masaha yadihi ala ra’si yatiim yaum Asyura rafa’allahu ta’ala bi kulli sya’ratin darajah.”

Hadis tersebut, lanjut Cholil, menjelaskan bahwa siapa yang menyantuni anak yatim pada hari Asyura atau 10 Muharram, maka derajatnya akan dinaikkan Allah SWT. Namun, hadis tersebut dianggap dhaif atau lemah oleh para ulama. Bahkan ada pula ulama yang menyebut hadis itu maudhu atau palsu karena di dalam sanad hadisnya terdapat perawi yang kurang dipercaya.

“Tetapi ada sebagian ulama berpendapat bahwa ini adalah (untuk) akhlak saja. Bahwa di hari Asyura, hari yang baik bagi umat Islam, lalu dijadikan momentum untuk kita mengenang dan mengikuti Rasulullah, yaitu menyayangi anak yatim,” paparnya.

BACA JUGA: Asal Usul Puasa Muharram

Cholil menyampaikan, Rasulullah sangat menyayangi anak yatim. Maka, hari baik Asyura itu dipakai sebagai momentum untuk menyantuni anak yatim. Hadis tersebut untuk mengasah akhlak umat Muslim agar senantiasa memberi kasih sayang kepada anak yatim.

“Sehingga, dengan hadis tadi yang ada di dalam kitab itu, kita diajari dan dimotivasi untuk menyantuni anak yatim,” jelasnya. []

SUMBER: REPUBLIKA

Kenapa bulan Muharram disebut Lebaran anak yatim

Ilustrasi Hari Asyura disebut sebagai idul yatama atau hari lebaran anak yatim /Pixabay/

Rembang Bicara - Informasi mengenai maksud hari Asyura 10 Muharram diperingati pula sebagai Hari Raya atau Lebaran Anak Yatim (Idul Yatama) dapat dibaca di dalam artikel ini.

Hari Asyura 10 Muharram merupakan hari istimewa dalam bulan Muharram dan kalender hijriyah secara keseluruhan.

Sebab di dalam hari Asyura terdapat berbagai macam peristiwa dahsyat yang diciptakan oleh Allah Ta'ala dan juga peristiwa yang dialami oleh Nabi dan Rasul.

Baca Juga: Catat 12 Amalan Sunnah Hari Asyura yang Pahalanya Berlipat Ganda, Ada Menambah Nafkah Keluarga dan Mandi Suro

Dalam kitab Ianatut Thalibin, di antara peristiwa dahsyat tersebut adalah Allah Ta'ala menciptakan dunia dan menciptakan Arsy-Nya.

Begitu dahsyat hari Asyura sehingga beramal di hari Asyura dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Ta'ala.

Salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada hari Asyura yaitu bersedekah dan mengusap kepala anak yatim.

Sehingga dari amalan tersebut muncul penyebutan lain untuk hari Asyura sebagai Idul Yatama atau hari rayanya anak yatim bani Adam.

Baca Juga: Tata Cara Berpuasa di Bulan Muharram Sesuai Beragam Versi Ulama Salaf: Puasa 1 Suro Serta Tasu'a dan Asyuro

Kenapa bulan Muharram disebut Lebaran anak yatim

Ilustrasi keistimewaan bulan Muharram /pixabay/chiplanay

ZONABANTEN.com – Banyak keistimewaan di bulan Muharram. Bahkan salah satu keistimewaannya, sebagian umat Muslim mungkin ada yang menganggap bulan Muharram sebagai lebarannya anak yatim.

Ya, ada anggapan bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari lebaran untuk anak yatim.

Lantas apa yang mendasari hal itu dan bagaimana asal usulnya ?

Baca Juga: Lirik lagu Cidro Dibawakan Oleh Didi Kempot

Seperti dikutip dari Republika, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis memberi penjelasan.

Kiai Cholil memaparkan, keidentikkan bulan Muharram dengan lebaran anak yatim didasarkan pada sebuah hadis yang disebut dalam kitab Tanbighul Ghafiliin.

"Penyebutan tanggal 10 Muharram sebagai lebaran anak yatim karena ada hadis yang disebutkan dalam kitab Tanbighul Ghafiliin. Man masaha yadihi ala ro'si yatiim yaum asyuro rofa'allah ta'ala bi kulli sya'rotin darojah," jelasnya.

Baca Juga: Ironis, Pakai Kalung Anticovid tapi Terpapar Covid-19

Hadis tersebut menyampaikan, siapa yang menyantuni anak yatim pada hari Asyuro atau tanggal 10 Muharram, maka derajatnya akan dinaikkan oleh Allah SWT. Namun, hadis itu dianggap dhaif atau lemah oleh para ulama.

Sebagian ulama bahkan memberi penilaian bahwa hadis itu maudhu alias palsu. Sebab, di dalam sanad (jalur) hadisnya ada perawi yang kurang dipercaya.