Artikel tentang model PEMBELAJARAN kooperatif

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

37 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono, Cooperative Learning “Teori dan Aplikasi PAIKEM”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009

AhmadSusanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jakarta: Prenadamedia Group,2014

Anita Lie, Cooperative Learning,Jakarta: Grasindo,2002

ArifRohman, MemahamiPendidikandanIlmuPendidikan,Yogyakarta:Laksbang Mediatama,2009

Asih WidiWisudawati dan Eka Sulistyowati,Metodologi Pembelajaran IPA, Jakarta: Bumi Aksara,2014

Asrori,Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Wacana Prima, 2009

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial,Surabaya: Airlangga University Press,2003

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,1999

Etin Solihartin dan Raharjo,Coopretive Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS,Jakarta:Bumi Aksara,2005

Isjoni,Cooperative Learning,Bandung:Alfabeta,2007

M. Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2015

M. Nur, dan Prima Retno Wulandari,Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran, Surabaya: Unesa Pusat Sains dan Matematika Sekolah,2008

Miftahul Huda, Cooperative Learning,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015

Robert E Slavin, Cooperative Learning, Bandung: Nusa Media,2009

Sugiyanto,Model-model PembelajaranInovatif,Surakarta: Yuma Pustaka,2010

Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta,2003

Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain,Startegi Belajar Mengajar,Jakarta: Renika Cipta,2010

TitikSugiarti,Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kualifikasi Guru S1 PGSD, Universitas Jember,1997

Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Pustaka Pelajar,2010

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta: Kencana Prenada,2006

Menghasilkan lulusan berkualitas dan berkarakter mulia adalah dambaan banyak pihak, mulai kepala sekolah, guru, orang tua, hingga pemerintah. Untuk itu, berbagai cara dilakukan oleh sekolah, mulai dari tambahan remedial, memberikan bimbingan belajar khusus, sampai dengan guru memberikan les privat kepada siswa yang memerlukan perhatian khusus.Salah satu sebab hasil belajar belum optimal adalah model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu, guru harus mencari model pembelajaran yang tepat dan media yang cocok.Salah satu yang bisa dilakukan adalah menggunakan cooperative learning model. Cooperative learning adalah model pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam kelas. Hasil kelompok tersebut kemudian didalami dan ditanggapi sehingga terjadi proses belajar yang aktif dan dinamis.Falsafah model pembelajaran ini adalah pembelajaran gotong royong. Robert Slavin mengatakan cooperative learning adalah salah satu bentuk paham pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran konstruktivisme adalah suatu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya.Model ini sangat bagus karena komunikasi antarsiswa secara informal membuat siswa cepat memahami suatu materi yang sedang dibahas. Siswa yang agak terlambat menerima materi pelajaran, dengan penjelasan temannya yang lebih pandai, akan lebih mudah menerima dan memahami materi yang sedang didiskusikan, di samping mereka juga terlatih untuk belajar mendengarkan pendapat orang lain.Bagi siswa yang pandai, cara ini menjadi sarana untuk menanamkan karakter peduli, tenggang rasa, sifat berbagi, bertanggungjawab kepada teman sejawat, dan melatih kemampuan berkomunikasi. Secara tidak langsung, melalui aktivitas ini, siswa yang pandai akan memperdalam dan memperluas pengetahuannya, dia akan belajar lebih keras agar bisa lebih baik menjelaskan kepada teman di kelompoknya.

Model pembelajaran ini sangat menunjang kebijakan zonasi karena siswa pandai tidak menumpuk pada satu sekolah, akan tetapi menyebar ke berbagai sekolah di mana siswa tersebut bertempat tinggal. Tentu ini akan mempermudah bagi sekolah untuk menerapkan model cooperative learning (pembelajaran kooperatif).

Bagaimana cara menerapkan cooperative learning model?Model ini sangat mudah diterapkan di dalam kelas. Guru memilih beberapa siswa yang lebih pandai dan diberikan penjelasan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan dalam kelompok. Kemudian, siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang anggotanya tidak lebih dari sepuluh siswa agar interaksi antarmereka lebih dinamis. Keaktifan anggota kelompok sangat penting untuk mencapai keberhasilan optimal dalam membahas materi yang ditugaskan kepada mereka. Oleh karena itu, tugas guru untuk mengontrol dan memfasilitasi siswa pada saat diskusi berlangsung sangat penting.Penelitian yang dilakukan oleh Slavin menunjukkan hasil yang positif. Siswa yang mempraktikkan cooperative learning hasilnya lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Begitu pula Roger dan Jhonson yang membandingkan model cooperative learning dengan model individual dan model kompetisi. Hasilnya, siswa lebih efektif belajar ketika bekerja sama. Dengan bekerja sama, prestasi lebih kuat untuk dicapai. Di samping itu komunikasi dan toleransi antarsiswa jadi lebih baik karena mereka tidak membedakan ras, agama, latar belakang keluarga, dan perbedaan lainnya.

Apakah cooperative learning bisa diterapkan pada saat pandemi?

Bagi daerah perkotaan dengan jaringan internet yang baik, model cooperative learning sangat bisa diterapkan. Guru bisa memanfaatkan teknologi untuk menerapkan model ini. WhatsApp, Zoom, Google Meet, Webex, dan platform lainnya dapat digunakan untuk belajar kelompok. Bahkan, dengan sort message pun bisa digunakan walaupun agak sedikit rumit karena siswa harus memahami teks yang dikirim temannya dengan cermat.Bagaimana untuk daerah yang jaringannya belum bagus? Dengan kondisi pandemi seperti ini saya kira pertemuan terbatas tetap bisa dilakukan di sekolah dengan tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Siswa bisa datang ke sekolah secara terbatas dan bergiliran sehingga tetap bisa menjaga protokol kesehatan. Guru bisa menggunakan kelas untuk melaksanakan diskusi kelompok. Hal ini bagus sekaligus sebagai cara untuk menghilangkan kebosanan siswa yang sudah hampir empat bulan belajar di rumah.Baca juga:   Penguatan Pendidikan Karakter di Masa PandemiKoordinasi yang lebih intensif antara pihak sekolah, dinas pendidikan, orang tua dan masyarakat harus dilakukan agar tetap mengutamakan keselamatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kebijakan dari pemerintah untuk memberikan kelonggaran juga penting sekaligus sebagai bagian partisipasi masyarakat dalam menyosialisasikan kondisi pandemi Covid-19 dengan bijak.

Cooperative learning bisa dilakukan di semua jenjang dan satuan pendidikan, baik di SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi/sederajat. Penerapan model ini di setiap jenjang memerlukan strategi yang baik. Di satuan jenjang SD/sederajat perlu perhatian lebih karena tahap awal mendidik anak untuk melatih berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sejawat, di SMP dan SMA/sederajat sangat bagus untuk melatih anak mulai berani mengeluarkan pendapat, berani tampil presentasi mengkomunikasikan hasil kelompoknya, di perguruan tinggi/sederajat tentu sangat bagus untuk melatih bernegosiasi dan kemampuan lainnya yang sangat bermanfaat ketika mereka terjun di masyarakat maupun di lingkungan kerjanya.

Cooperative learning juga sangat ampuh untuk membentuk karakter anak kita, baik karakter moral, karakter kinerja, karakter relasional, maupun karakter spiritual (Jhonson). Pendapat bahwa sekolah/madrasah menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter dapat kita praktikkan dengan baik dan nyata. Bahwa pendidikan bukan hanya mencari ilmu, tetapi juga mencetak generasi hebat, dapat kita persiapkan dengan sebaik-baiknya serta dapat realisasikan.

Setiap upaya maksimal dan kerja keras tentu akan menghasilkan sesuatu yang terbaik. Kita yakinkan bahwa upaya tidak akan dikhianati hasil. (*)

Didik Suhardi, Ph.D.
Direktur PSMP Kemdiknas (2008–2015) dan Sekretaris Jenderal Kemdikbud (2015–2019)