Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang mencakup bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara, atau dulu dikenal dengan Kepulauan Sunda Kecil, bersampingan dengan daerah Nusa Tenggara Barat. Dari ratusan pulau yang tercakup dalam wilayah otonom Nusa Tenggara Timur, dikenal tiga pualu utama yang mendominasi, yaitu Pulau Flores, Sumba, dan Pulau Timor Barat (atau biasa disebut Timor). Di samping gugusan ratusan pulau yang tentu memiliki nilai kekayaan hayati dan pesona alamnya, Nusa Tenggara Timur juga kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tak pantas untuk dilewatkan. Di sini, akan kita ulas 15 alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang mengandung eksotisme, nilai magis, dan keunikannya masing-masing. Baca juga: Mengulas 13 Alat Musik Tradisional Bali yang Eksotis 1. Alat Musik SasandoSasando merupakan alat musik petik yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah, istilah ‘sasando’ yang berasal dari kata dalam bahasa Rote, ‘sasandu’, berarti alat yang bergetar atau berbunyi. Konon, alat musik sasando sudah digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Namun sumber yang lain menyatakan bahwa sasando jenis biola berkembang pada 18 M di Kabupaten Kupang. Bagian utama dari alat musik sasando ini berupa sebuah tabung panjang yang terbuat dari bambu. Di tabung itulah, senar-senar direntangkan menggunakan semacam ganjalan-ganjalan yang juga berfungsi sebagai pengatur nada yang berbeda-beda pada senar. Kemudian, tabung bambu tersebut diletakkan di dalam semacam anyaman daun lontar yang dibuat menjadi berbentuk seperti kipas. Wadah daun lontar ini berfungsi sebagai ruang resonator suara sasando. Berdasarkan struktur nada, sasando memiliki dua jenis: sasando gong dan sasando biola. Sasando gong menggunakan skala nada pentatonik dengan 12 senar dan hanya bisa memainkan tembang-tembang tradisional Rote. Sementara sasando biola menggunakan skala nada diatonik dengan jumlah senar hingga 48 yang dapat memainkan lagu-lagu yang lebih bervariasi. Dalam tradisi setempat, sasando biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian atau tarian tradisional. Di samping sasando tradisional, kini sejak tahun 1960-an sasando telah mengalami modifikasi menjadi sasando elektrik atas prakarsa Edu Pah, seorang pakar sasando di Nusa Tenggara Timur. Baca juga: Mengenal 7 Alat Musik Tradisional Bangka Belitung yang Eksotis 2. Alat Musik HeoHeo merupakan alat musik gesek tradisional yang berasal dari daratan Pulau Timor, atau lebih tepatnya khas Suku Dawan Timor, Nusa Tenggara Timur. Alat musik ini terbuat dari kayu, sedangkan alat penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang telah dirangkai menjadi sebuah ikatan pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur. Di samping itu, dawai pada alat musik heo ini terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan. Heo memiliki empat senar, masing-masing senar memiliki nama tersendiri, yaitu:
3. Alat Musik Foy DoaFoy Doa merupakan alat musik tradisional semacam suling yang berasal dari Pulau Flores, atau lebih tepatnya di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Foy doa berarti suling ganda yang terbuat dari buluh atau bambu kecil yang bergandeng dua atau lebih. Foy doa biasanya terdiri dari dua buah suling (atau lebih) yang digandeng, dan dalam permainannya dimainkan secara bersama-sama. Biasanya, alat musik ini digunakan oleh anak-anak muda-mudi dalam sebuah permainan tradisional setempat. Nada-nada yang dihasilkan foy doa berupa nada-nada tunggal dan nada-nada ganda. Hal ini tentu bergantung pada selera si pemain musik foy doa. Syair-syair yang dinyanyikan bersama foy doa biasanya bertemakan kehidupan. Cara memainkan foy doa tak jauh berbeda dengan suling, yaitu dengan meniup lembut pada bagian lubang tiup, sementara jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang-lubang nada untuk mengatur nada yang diinginkan. Pada mulanya, alat musik foy doa dimainkan secara sendiri, namun sejak tahun 1958 para musisi daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik tradisional lainnya, seperti: sowito, thobo, foy pay, laba dera, dan laba toka. 4. Alat Musik Foy PayFoy pay merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang hampir mirip dengan alat musik foy doa, karena keduanya sama-sama merupakan instrumen tiup jenis suling. Pada mulanya, foy pay berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya alat musik foy doa. Namun dalam perkembangannya, foy pay juga kerap dimainkan berpasangan dengan foy doa dalam beberapa iringan musik-musik tradisional setempat di berbagai acara adat atau hiburan. Nada-nada yang dihasilkan alat musik foy pay adalah: do, re, mi, fa, sol. 5. Alat Musik Knobe OhKnobe oh merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari kulit bambu berukuran panjang kurang lebih 12,5 cm. Kemudian sebagian pada bagian tengahnya dikerat menjadi belahan bambu yang memanjang sedemikian halusnya, sehingga membentuk semacam lidah yang berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pada pangkal ujungnya ditarik menggunakan untaian tali yang terikat erat pada pangkal ujung tersebut, maka akan menghasilkan bunyi yang beresonansi melalui rongga mulut. 6. Alat Musik Knobe KhabetasKnobe Khabetas merupakan alat musik tiup tradisional masyarakat Dawan yang berbentuk seperti busur panah, ditambah terdapat semacam tali pengikat seperti tali busur panah. Cara memainkan alat musik ini dengan meniup salah satu ujung busur sembari menggetarkan tali busurnya. Orang-orang Dawan biasanya memainkan alat ini ketika bercocok tanam atau saat menggembala ternak. Selain digunakan sebagai hiburan pribadi, knobe khabetas juga digunakan dalam berbagai upacara adat. Seperti contohnya Napoitan Li’ana (anak umur 40), sebuah tradisi di mana saat bayi baru dilahirkan, ia tidak diperkenankan keluar rumah sebelum mencapai usia 40 hari. Untuk menyongsong bayi tersebut keluar rumah setelah mencapai usia 40 hari, maka diadakan sebuah pesta adat bernama Napoitan Li’ana. 7. Alat Musik PrerePrere merupakan alat bunyi-bunyian yang berupa seruas bambu kecil seukuran pensil dengan panjang sekitar 15 cm. Buku ruas pada bagian bawah dibiarkan tertutup, sementara pada bagian atasnya dipotong dan menjadi tempat tiup. Buku ruas bawah kemudian dibelah sebagai tempat menyalurkan udara hasil tiupan dari tabung bambu bagian atas, belahan bambu tersebut sekaligus berfungsi untuk melilit daun pandan, sehingga menyerupai orong terompet dan berfungsi untuk memperbesar suaranya. Selain digunakan sebagai hiburan pribadi, alat musik ini juga dimainkan bersama gong gendang untuk mengiringi permainan pencak silat masyrakat setempat. Nada yang dihasilkan prerere hanya seputar do dan re. 8. Alat Musik SowitoSowito merupakan alat musik tradisional yang berupa seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm, kemudian diganjal menggunakan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berperan sebagai dawai. Cara memainkan sowito dengan memukulnya menggunakan sebatang kayu seukuran jari tangan dengan panjang kurang dari 30 cm. Setiap ruas bambu menghasilkan satu nada. Dalam kesenian musik tradisional, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai dengan kebutuhan. 9. Alat Musik Ketadu MaraKetadu mara, atau juga dikenal dengan juk, adalah alat musik petik tradisional yang terbuat dari kayu dan tali senar seperti halnya pada gitar. Alat ini dilengkapi dengan dua senar dan pada bagian puncaknya dibentuk menyerupai kepala ayam. Ketadu mara seringkali dimainkan sebagai hiburan di sela-sela pekerjaan di sawah atau saat menggembala hewan ternak di padang rumput. Selain itu, alat ini juga berfungsi sebagai sarana untuk memikat hati seorang wanita. Konon, suara petikan ketadu mara dipercaya dapat mengajak cecak ikut bernyanyi dan suaranya disukai oleh makhluk halus. Alat musik ini juga seringkali ditemukan dalam acara kesenian seperti tari-tarian daerah. 10. Alat Musik Hi Tabi (Nafiri Keong)Hi tabi merupakan alat musik tiup tradisional Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari kerang laut. Alat musik ini juga sering dikenal dengan nafiri keong, karena fungsinya yang sama dengan alat musik nafiri bambu, yaitu sebagai alat penghimpun massa untuk kegiatan pemerintahan maupun keagamaan. Alat musik ini juga sering digunakan dalam upacara adat. 11. Alat Musik Tambur Terompet (Bi)Tambur terompet terbuat dari kayu, rotan, dan kulit binatang, lebih tepatnya menggunakan jenis kayu lai (sejenis kurma hutan) dan kulit rusa. Alat ini biasa dimainkan pada saat berlangsung upacara adat masyarakat setempat, dan juga sebagai pengiring bagi kesenian tari Lego-Legi. Konon, tambur terompet pertama kali ditemukan oleh seorang bernama Agustinus. Benda aslinya hingga sekarang tersimpan di suku bangsa Alalu, Desa Aramba, Kecamatan Pantar Tengah. 12. Alat Musik Kediding/AdidingKediding merupakan alat musik petik tradisional yang terbuat dari bambu. Pada sebelah kiri dan kanan lubang resonansi terdapat masing-masing tiga buah senar. Kediding begitu populer di masyarakat Kabupaten Alor yang berprofesi sebagai petani ladang. Mereka biasanya memainkan kediding saat menjaga ladang di malam hari untuk menghilangkan rasa sepi. 13. Alat Musik Edang/Ti/HarabiliEdang merupakan alat musik khas Kabupaten Alor sejenis harpa mulut. Alat musik ini terbuat dari bambu tipis, pada bagian tengah belahan terdapat semacam lidah sebagai sumber bunyi. Kemudian pangkal lidah dipasang sebuah tali yang berfungsi untuk menggetarkan bagian lidah jika ditarik ke arah kanan. Alat musik edang seringkali dipakai oleh para petani untuk menemaninya saat senggang di tengah kesibukannya di sawah. 14. Alat Musik Gong WaningGong waning merupakan alat musik tradisional jenis gong yang biasa dimainkan oleh masyarakat Sikka (Krowe), Nusa Tenggara Timur. Alat ini dimainkan dengan cara ditabuh sebagaimana pada alat musik gong pada umumnya. Gong waning biasa dimainkan dalam berbagai upacara adat, resepsi, pesta, dan acara kematian untuk mengiringi tarian. Dalam permainannya, pemain gong waning secara lengkap berjumlah 9 orang, menyesuaikan jumlah perangkat yang ada dalam kesenian musik gong waning. Adapun beberapa perangkat gong waning yaitu:
25. Alat Musik NurenNuren merupakan alat musik tradisional yang cukup terkenal di daerah Solor Barat, Nusa Tengara Timur. Oleh masyarakat Sikka Timur, nuren lebih dikenal dengan sason atau sason nuren. Sason nuren merupakan perwujudan dua buah suling yang dimainkan oleh seorang pemain saja. Selain sebagai alat hiburan, “Sason Nuren” juga merupakan sebuah istilah sakral yang merujuk pada seorang tokoh legenda berasal dari Solor Barat. bernama Edoreo. Orang-orang Solor Barat dahulu percaya bahwa sosok Edoreo memiliki dua kepala, dua mulut, dan dua kepribadian sekaligus yang berkecamuk pada telinga pendengarannya. Baca juga: Mengenal 9 Alat Musik Tradisioinal NTB (Nusa Tenggara Barat) Referensi:
|