Jelaskan secara singkat proses pembentukan pasukan Pembela tanah air atau PETA

tirto.id - Pada 4 Oktober 1963, Gatot Mangkoepradja meninggal dunia. Pada batu nisannya di kompleks pemakaman umum Sirnaraga, Kota Bandung, terukir logo berupa topi baja dalam naungan padi dan kapas. Ada tulisan PETA di situ, diikuti dengan barisan kata selanjutnya:

Perintis Kemerdekaan RI


Bapak Pendiri Tentara Sukarela
Pembela Tanah Air

Gatot Mangkoepradja adalah orang yang paling bertanggungjawab atas lahirnya pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Organ paramiliter bentukan Jepang yang terdiri dari kaum muda Indonesia ini dibentuk atas usulannya pada 3 Oktober 1943, tepat hari ini 75 tahun lalu.Pembentukan PETA berawal dari surat Gatot Mangkoepradja kepada Gunseikan, pemimpin tertinggi pemerintahan militer Dai Nippon yang berkedudukan di Jakarta. Dalam surat itu, ia memohon agar Jepang membentuk barisan pemuda lokal untuk membela tanah air dari ancaman Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.Permintaan Gatot Mangkoepradja dipenuhi yang kemudian melahirkan PETA. Nantinya, kaum prajurit jebolan PETA inilah yang menjadi salah satu pilar utama terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Indonesia merdeka. TKR adalah cikal-bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Surat Gatot Mangkoepradja

Dalam suratnya kepada Gunseikan, Gatot Mangkoepradja mula-mula menghaturkan terima kasihnya kepada pasukan Dai Nippon yang telah mengusir Belanda dari bumi Indonesia. Dengan pertolongan Jepang, tulisnya, rakyat Indonesia terbebas dari cengkeraman Belanda dan bangsa-bangsa Barat lainnya yang telah berkuasa selama berabad-abad.

"Rakyat Indonesia sekarang sudah insyaf dan sudah hidup semangatnya untuk bekerja memperkuat garis belakang dari Perang Asia Timur Raya ini," sebutnya seperti tercantum dalam Surat Gatot Mangkoepradja Dipersembahkan ke Hadapan Padoeka Jang Moelja Tuan Gunseikan di Djakarta (1943).

Gatot Mangkoepradja merasa bahwa inilah saatnya rakyat Indonesia memberikan sumbangsih untuk membela tanah air, dengan cara membantu Jepang dalam menghadapi Inggris, Amerika, dan sekutu-sekutunya, termasuk Belanda.“Bahwa hamba sampai mengharapkan, bangsa Indonesia bukan saja tinggal di belakang dan memperkuat garis belakang, akan tetapi juga turut terjun ke medan perang, ikut melawan dan meruntuhkan kekuasaan Inggris, Amerika, dan sekutunya,” lanjut Gatot Mangkoepradja dalam suratnya itu.“Bahwa boleh jadi pada masa sekarang bangsa Indonesia tentu belum cukup cerdas dan tangkas untuk bertempur di garis muka. Akan tetapi, hamba percaya dan yakin, bahwa di bawah pimpinan balatentara Dai Nippon, bangsa Indonesia tentu akan cakap menjaga dan membela Pulau Jawa (Indonesia).”“Bahwa sekarang, menurut penglihatan hamba, semangat untuk menggerakkan diri dalam suatu ‘Barisan Pemuda’ sudah timbul di dalam hati sanubari bangsa Indonesia. Bahwa semangat ini, di bawah pemeliharaan dari pemerintah balatentara Dai Nippon, tentu akan hidup”. Gatot Mangkoepradja memungkasi suratnya dengan mengajukan permohonan serius:“[…] maka hamba sangat memohon ke hadapan Paduka Yang Mulia (Gunseikan) sudilah kiranya memberi kesempatan kepada hamba untuk menyusun barisan pembela itu di bawah pimpinan balatentara Dai Nippon yang sungguh-sungguh hendak turut membela dan mempertahankan kedudukan dan keselamatan Pulau Jawa dan penduduknya.”Dalam riwayat perjuangan bangsa Indonesia, Gatot Mangkoepradja bukan orang sembarangan kendati pamornya kurang mengkilap ketimbang tokoh-tokoh nasional lainnya macam Sukarno atau Mohammad Hatta. Tokoh kelahiran Sumedang ini sudah terlibat dalam pergerakan nasional sejak usia remaja. Saat berumur 17, Gatot menempati posisi penting dalam perkumpulan Bond van Inheemsche Studeerenden yang nantinya menjadi salah satu unsur penting dalam terbentuknya Jong Java.Gatot Mangkoepradja termasuk tokoh pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927 di Bandung. Dan bersama Sukarno serta sejumlah tokoh lainnya, ia ditangkap aparat Hindia Belanda di Yogyakarta, kemudian dijebloskan ke penjara di Bandung, yang berujung dalam momen “Indonesia Menggugat” tahun 1929.Kendati tidak selalu sepakat dengan gaya main Sukarno, namun Gatot Mangkoepradja tetap menjadi pendukung setia karibnya itu hingga akhir hayat.

Jelaskan secara singkat proses pembentukan pasukan Pembela tanah air atau PETA


Bumerang untuk Jepang

Atas usulan Gatot Mangkoepradja itulah Jepang lalu membentuk PETA secara resmi pada 3 Oktober 1943. Jepang sejatinya telah menunggu saat-saat seperti ini. Menurut Nugroho Notosusanto dalam Tentara PETA pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia (1979), prakarsa untuk membentuk pasukan tambahan—yang terdiri dari orang-orang lokal—memang harus datang dari seorang pemimpin Indonesia (hlm. 69).

Ternyata banyak pemuda yang berminat. Beruntunglah Gatot lantaran perkiraannya tepat. Anak-anak muda dari berbagai daerah, seperti diungkapkannya dalam The Peta and My Relations with the Japanese (1968), ingin menjadi bagian dari pasukan pembela tanah air yang digagasnya itu (hlm. 115).

Jepang lalu mendirikan pusat pelatihan militer di Bogor, yang kemudian didatangi para pemuda dari berbagai daerah. Selain itu, pemerintah Dai Nippon rupanya cukup piawai mengambil hati rakyat Indonesia. Tagline “Indonesia akan merdeka” dijadikan jargon resmi PETA yang membuat kaum pemuda semakin bersemangat untuk bergabung.

PETA membesar dalam waktu yang relatif singkat, meski kebanyakan anggotanya tidak punya pengalaman dan kemampuan militer. Dalam The Blue-Eyed Enemy: Japan Against the West in Java and Luzon 1942-1945 (2014), Theodore Friend mengungkapkan, anggota PETA pernah mencapai jumlah 38 ribu orang dengan 69 batalyon. Jumlah ini 4 kali lebih banyak dari kekuatan tempur Jepang di negaranya (hlm. 170).

Surat kepada Gunseikan barangkali sempat menjadi cibiran karena isinya yang memuji-muji Jepang dan bahkan terkesan menjilat. Namun, melihat kiprahnya selama pergerakan nasional, Gatot Mangkoepradja bukan tipikal orang yang tega “menjual” bangsanya. Ia tentunya punya pemikiran—atau setidaknya perkiraan—bahwa PETA nantinya akan amat berguna bagi perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.Prediksi Gatot rupanya tepat. PETA justru menjadi bumerang bagi Jepang saat perannya sangat dibutuhkan. Beberapa kali terjadi perlawanan anggota PETA terhadap Jepang di sejumlah daerah, termasuk di Blitar pada Februari 1945, di Cilacap pada April 1945, dan di Bandung pada Mei 1945.Setelah proklamasi Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, PETA menjadi salah satu unsur penting dalam terbentuknya TKR, angkatan perang RI embrio TNI. Para mantan anggota PETA pun nantinya banyak yang menjadi tokoh militer terkemuka dalam riwayat ketentaraan nasional, salah seorang yang paling melegenda adalah Panglima Besar Jenderal Soedirman.Berkat usul Gatot Mangkoepradja yang terkesan pragmatis itu, lahirlah PETA. Dari situlah TKR kemudian terbentuk dan akhirnya menjadi TNI. Maka tidak berlebihan jika gelar Bapak Pembela Tanah Air disematkan kepada Gatot Mangkoepradja walaupun ia tidak menyandang ketenaran layaknya Pahlawan Nasional. Gatot punya cara sendiri untuk membela tanah airnya.==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 3 Oktober 2017 dengan judul "Cara Membela Tanah Air Ala Gatot Mangkoepradja". Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (郷土防衛義勇軍, Kyōdo Bōei Giyūgun) atau Pembela Tanah Air (PETA) adalah satuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima Angkatan Darat Ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di Bogor.

Jelaskan secara singkat proses pembentukan pasukan Pembela tanah air atau PETA
Pembela Tanah Air

  • 郷土防衛義勇軍
  • Kyōdo Bōei Giyūgun

Bendera batalion PETA

Aktif3 Oktober 1943–19 Agustus 1945Negara
Jelaskan secara singkat proses pembentukan pasukan Pembela tanah air atau PETA
Indonesia (pendudukan Jepang)Aliansi
Jelaskan secara singkat proses pembentukan pasukan Pembela tanah air atau PETA
 
Angkatan Darat Kekaisaran JepangTipe unitInfanteriPeranPertahanan wilayah Indonesia dari serangan Blok SekutuJumlah personel

  • 66 batalion di Jawa
  • 3 batalion di Bali
  • ca. 20.000 personel di Sumatra

MarkasBogor, JawaJulukanPETAMotoIndonesia Akan MerdekaWarna panji

  •   Ungu
  •   Hijau
  •   Merah
  •   Putih

HimneMars Tentara PembelaUlang tahun3 Oktober

Jelaskan secara singkat proses pembentukan pasukan Pembela tanah air atau PETA

Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944

Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Jenderal Besar TNI Soeharto dan Jenderal Besar TNI Soedirman. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, mulai dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.

Mars PETA dalam pembukaan video propaganda Jepang yang diproduksi oleh Keimin Bunka Shidosho (Lembaga Kebudayaan Jepang di Indonesia)

Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden Gatot Mangkoepradja kepada pemerintahan militer Jepang (軍政官, Gunseikan) pada bulan September 1943, yang salah satu isinya berupa permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya karena sebagaimana berita yang dimuat pada koran "Asia Raya" pada tanggal 13 September 1943, terdapat usulan dari sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, K.H. Adnan, Dr. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Guru H. Mansur, Guru H. Cholid, K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar, dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.[1] Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan satuan ini. Pengusulan oleh golongan agama ini dianggap bertujuan untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam bendera tentara PETA yang berupa matahari terbit (lambang kekaisaran Jepang) dengan bulan sabit dan bintang (simbol kepercayaan Islam).

Pemberontakan

Pada tanggal 14 Februari 1945, pasukan PETA di Blitar di bawah pimpinan Soeprijadi melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dari Heiho. Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini, sedangkan pimpinan lapangan, Muradi, ikut tertangkap bersama pasukannya. Para pelaku pemberontakan mendapatkan penyiksaan selama penahanan oleh Kempetai,[butuh rujukan] kemudian delapan orang dijatuhi hukuman mati dengan dipancung, sesuai dengan hukum militer yang berlaku. Hukuman dilaksanakan di Eereveld (sekarang pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945.

Pembubaran

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang dengan Blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dan sebagian besar mematuhinya. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjadi tentara nasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.[2][3][4] Sehari kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA.

 

Pemuda Indonesia dalam pelatihan di Seinen Dojo yang kemudian menjadi anggota PETA

Tentara mantan personel PETA turut menjadi komponen militer Indonesia selama masa perang kemerdekaan. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mulai sejak dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal 18 Desember 1995, diresmikan monumen PETA yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.

Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut daidan (大団). Dua hingga lima batalion ditempatkan pada satu keresidenan di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang komandan batalion (大団長, daidanchō), dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh komandan kompi (中団長, chūdanchō), komandan peleton (小団長, shōdanchō), dan komandan regu (部団長, budanchō). Para perwira ini dilatih di kompleks militer di Bogor yang diberi nama Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai (ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊, 'Unit Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa'). Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di berbagai daerah dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi prajurit (義勇兵, giyūhei, 'tentara sukarela').[5]

Batalion Komandan Batalion Latar belakang Perwira lain
I Labuan, Banten Tubagus Achmad Chatib Ulama Suhadisastra
II Malingping, Banten E. Ojong Temaja Ulama M.B. Sutman
III Serang, Banten Syam'un Ulama Zainul Falah
IV Pandeglang, Banten Uding Sujatmadja Mustaram
I Harmoni, Djakarta Kasman Singodimedjo Lulusan RHS
Mantan Ketua JIB dan MIAI
Moeffreni Moe'min
Latief Hendraningrat
II Purwakarta, Djakarta Surjodipuro Mursid
I Djampang Kulon, Bogor R. Abdullah bin Nuh Ulama Husen Aleksah
II Pelabuan Ratu, Bogor M. Basuni Ulama Mulja
III Sukabumi, Bogor Kafrawi Machmud
IV Tjibeber, Tjiandjur, Bogor R. Gunawan Resmiputro M. Ishak Djuarsa
I Tasikmalaja, Priangan K.H. Sutalaksana Ulama Abdullah Saleh
II Pangandaran, Priangan K.H. Pardjaman Ulama K. Hamid
III Bandung, Priangan Iljas Sasmita Permana
Umar Wirahadikusumah
IV Tjimahi, Priangan Arudji Kartawinata Lulusan MULO
Mantan petinggi PSII
Soeparjadi
Poniman
V Garut, Priangan R. Sofjan Iskandar Katamsi Sutisna
I Tjirebon Abdulgani Surjokusumo Rukman
II Madjalengka, Tjirebon R. Zaenal Asikin Judibrata Suarman
I Pekalongan Iskandar Idris Ulama Ajub
II Tegal, Pekalongan K.H. Durjatman Ulama Sumardjono
I Tjilatjap, Banjumas R. Sutirto R. Hartojo
II Sumpiuh, Banjumas R. Soesalit Djojoadhiningrat Zaelan Asikin
III Kroja, Banjumas Sudirman Lulusan sekolah pendidikan guru Muhammadiyah
Guru sekolah Muhammadiyah
Supardjo Rustam
IV Banjumas Isdiman
Gatot Subroto
Sarengat
I Gombong, Kedu R. Abdul Kadir
Bambang Sugeng
R. Sutrisno
II Magelang, Kedu Muhammad Susman Sugiardjo
Supangkat
III Gombong, Kedu Djoko Kusumo Slamet
Achmad Yani
Sarwo Edhie Wibowo
IV Purworedjo, Kedu Mukahar Ronohadikusumo Tjiptoroso
I Mrican, Semarang R. Usman
Sutrisno Sudomo
Sujadi
II Weleri, Kendal, Semarang R. Sudijono Taruno Kusumo Suparman Sumahamidjaja
I Pati Kusmoro Hadidewo
II Rembang, Pati Holan Iskandar Sukardi
III Djepara, Pati Prawiro Atmodjo Sukardji
I Wates, Jogjakarta D. Martojomeno Sudjiono
II Bantul, Jogjakarta Mohammed Saleh Lulusan sekolah pendidikan guru
Guru sekolah Muhammadiyah
Sugiono
III Pingit, Jogjakarta Sundjojo Purbokusumo Darjatmo
Suharto
IV Wonosari, Jogjakarta Muridan Noto Nudi
I Manahan, Surakarta R.M. Muljadi Djojomartono Ulama Suprapto Sukawati
Djatikusumo
II Wonogiri, Surakarta K.H. Idris Ulama Budiman
I Babat, Bodjonegoro K.H. Masjkur
Sudirman
Ulama Utojo Utomo
II Bodjonegoro Masri R. Rachmat
III Tuban-Bodjonegoro Sumadi Sastroatmodjo Sumardjo
I Madiun Agus Tojib Mumardjo
II Patjitan, Madiun Akub Gulangge R. Subagijo
III Ponorogo, Madiun M. Sudjono Sudijat
I Tulungagung, Kediri Sudiro Tulus
II Blitar, Kediri Surachmad Sukandar
Suprijadi
III Kediri A. Judodiprodjo
Sujoto Djojopurnomo
Mashudi Sudjono
I Gunung Sari, Surabaja Mustopo Lulusan STOVIT
Dokter gigi
Masduki Abudardja
II Sidoardjo, Surabaja R. Muhammad Mangundiprodjo Bambang Juwono
III Modjokerto, Surabaja Katamhadi Usman
IV Gresik, Surabaja K.H. Cholik Hasjim Ulama Jondat Modjo
I Gondanglegi, Malang K. Iskandar Sulaeman Ulama Sumarto
II Lumadjang, Malang M. Sujo Adikusumo S. Hardjo Hudojo
III Pasuruan, Malang Arsjid Kromodihardjo Slamet
IV Malang Imam Sudja'i Sukardani
V Probolinggo, Malang Sudarsono Sumitro
I Kentjong, Djember, Besuki Suwito
Sudiro
Sukarto
II Bondowoso, Besuki K.H. Tahirruddin Tjokro Atmodjo Ulama Rosadi
III Bentjuluk, Banjuwangi, Besuki Sukotjo Imam Sukarto
IV Rambipundji, Djember-Besuki Surodjo
Astiklah
Subandi
V Sukowidi, Banjuwangi, Besuki R. Usman Sumodinoto Sudarmin
I Pamekasan, Madura K.H. R. Amin Dja'far Ulama R. Mohammad Saleh
II Bangkalan, Madura Ruslan Tjakraningrat Hafiludin
III Batang-batang, Madura Abdul Madjid Achmad Basuni
IV Ambunten, Sumenep, Madura Abdul Hamid Mudhari Ulama Suroso
V Ketapang, Madura Trunodjojo Mochamad Sabirin
I Negara, Bali I Made Putu I Wayan Mudana
II Tabanan, Bali I Gusti Ngurah Gede Pugeng Ida Bagus Tongka
III Klungkung, Bali Anak Agung Made Agung I Made Geria

Beberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:

  • Jenderal Besar TNI Sudirman (Panglima APRI)
  • Jenderal Besar TNI Soeharto (Mantan Presiden RI ke-2)
  • Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani (Mantan Menteri/Panglima Angkatan Darat)
  • Soepriyadi (Mantan Menhankam Kabinet I in absentia)
  • Jenderal TNI Basuki Rahmat (Mantan Mendagri)
  • Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo (Mantan Komandan Kopassus)
  • Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah (Mantan Wapres RI)
  • Jenderal TNI Soemitro (Mantan Panglima Kopkamtib)
  • Jenderal TNI Poniman (Mantan Menhankam)
  • Brigadir Jenderal TNI Latief Hendraningrat (Mantan Komandan SSKAD)
  • Letnan Jenderal TNI Kemal Idris (Mantan Panglima Kowilhan)
  • Letnan Jenderal TNI Supardjo Rustam (Duta Besar RI, Gubernur Jawa Tengah, dll)
  • Letnan Jenderal TNI GPH Djatikoesoemo (Mantan Kasad, putra ke-23 dari Susuhunan Pakubuwono X Surakarta, dll)
  • Letnan Jenderal TNI H. Soedirman, (Mantan Komandan SSKAD)

  1. ^ Suryanegara 1996.
  2. ^ Ricklefs 1981, hlm. 194.
  3. ^ Sunhaussen 1982, hlm. 2-4.
  4. ^ Bachtiar 1988, hlm. 12.
  5. ^ Kulsum, Kendar Umi (2021-02-17). "Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945". Kompaspedia. 

  • Bachtiar, Harsja W. (1988). Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta: Djambatan. ISBN 979428100X.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Ricklefs, M.C. (1981). A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present. London: Macmillan. ISBN 0333243803.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Sunhaussen, Ulf (1982). The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945-1967. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0195825217.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Suryanegara, Ahmad Mansur (1996). Pemberontakan Tentara Peta di Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan. Jakarta: Yayasan Wira Patria Mandiri.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembela_Tanah_Air&oldid=21394929"


Page 2

18 Desember adalah hari ke-352 (hari ke-353 dalam tahun kabisat) dalam kalender Gregorian dengan 13 hari menjelang akhir tahun.

1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
  • 1771 - Pertempuran Puputan Bayu meletus di Banyuwangi sebagai usaha terakhir Kerajaan Blambangan melawan invasi VOC. Peristiwa ini akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Banyuwangi.
  • 1865 - Perbudakan dihapuskan di Amerika Serikat, melalui keputusan Perubahan Konstitusi 13 AS.
  • 1894 - Wanita di Australia Selatan menjadi yang pertama di Australia untuk mendapatkan hak pilih dan dipilih ke dalam parlemen.
  • 1912 - Manusia Piltdown "ditemukan".
  • 1961 - Indonesia menyerang Nugini untuk merebut Papua Barat, yang sebelumnya dikenal sebagai Nugini Belanda.
  • 1965 - Jepang dan Korea Selatan memulai hubungan resmi.
  • 1966 - Bulan planet Saturnus, Epimetheus ditemukan oleh Richard L. Walker, dan kemudian hilang selama 12 tahun.
  • 1971 - Qatar merdeka dari Britania Raya.
  • 1973 - Penerbangan Soyuz 13 diluncurkan.
  • 1978 - Dominika menjadi anggota PBB.
  • 2011 - FC Barcelona sukses meraih Piala Dunia Antarklub FIFA 2011 setelah mengalahkan Santos FC dengan Skor 4 - 0.
  • 2021 - Sayaka Kanda, seiyuu dari Sword Art Online, meninggal dunia akibat Bunuh diri dengan melompat dari ketinggian di taman luar di lantai empat belas sebuah hotel di daerah Chūō, Sapporo.
  • 1878 - Joseph Stalin, tokoh Revolusi Uni Soviet.
  • 1913 - Willy Brandt, politikus, Kanselir Jerman (w. 1992)
  • 1918 - Silas Papare, pejuang asal Papua (w. 1973)
  • 1946 - Steven Spielberg, sutradara Amerika Serikat
  • 1953 - Hatta Rajasa, politikus Indonesia
  • 1963 - Pierre Nkurunziza, Presiden Burundi
  • 1966 - Les Ferdinand, pemain sepak bola Inggris.
  • 1980 - Christina Aguilera, penyanyi Amerika Serikat.
  • 1988 - Natalia Shasanti, personel 7icons.
  • 1989 - Ashley Benson, Aktris asal Amerika Serikat.
  • 1992 - Bridgit Mendler, penyanyi dan pemeran Amerika Serikat.
  • 2001 - Billie Eilish, penyanyi dan penulis lagu muda Amerika Serikat.
  • 2001 - Agatha Chelsea Terriyanto, seorang penyanyi, model, dan aktris Indonesia.
  • 1997 - Soesilo Soedarman, pernah menjabat Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel). (l. 1928)
  • 1997 - Drs. Kasino Hadiwibowo aktor dan Pelawak Warkop Dki (l. 1950)
  • 2017 - Kim Jong-hyun anggota dari grup idola pria Korea Selatan Shinee (l. 1990)
  • 2021 - Sayaka Kanda seiyuu Sword Art Online, aktris dan penyanyi Jepang (l. 1986)
  • 2009 - Tahun Baru Hijriyah 1431.
  • Hari Republik di Niger
  • Hari Jadi kabupaten Banyuwangi
  • Hari Jadi kota Batam
  • Hari Migran Internasional
  • Qatar - Hari Kemerdekaan

17 Desember - 18 Desember - 19 Desember - Kalender Peristiwa

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=18_Desember&oldid=20753407"