Jelaskan makna kata gembelengan dalam lagu gundul-gundul pacul

Ilustrasi: Tembang "Gundul-Gundul Pacul" sarat makna. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Kamu tahu lagu anak-anak 'Gundul-Gundul Pacul'? Siapa sangka, di balik syairnya yang cenderung lucu tersirat makna mendalam. Ia berisi ajaran tentang kesopanan dan kemuliaan bagi seorang pemimpin. Hm, seperti apa penjelasan lengkapnya? 

Inibaru.id - Gundul-Gundul Pacul bukan lagu asing di telinga orang Jawa. Nadanya yang ceria memang cocok dinyanyikan anak-anak saat bermain. Ada yang mengatakan tembang ini diciptakan RC Hardjosubroto, tapi ada juga yang yakin kalau Raden Said atau Sunan Kalijaga yang menciptakannya. 

Terlepas dari siapa pencipta tembang dolanan ini, ada makna tersirat dalam syairnya yang sederhana. Eh, kamu ingat liriknya nggak?  Yuk, nostalgia sedikit sambil nyanyi ya.

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan. (Gundul gundul cangkul, sembrono.)

Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan. (Membawa bakul (di atas kepala) dengan sembrono.) 

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar. (Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman.) 

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar. (Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman.) 

Makna Tersirat

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan

IKesombongan dapat membuat pemimpin gundul kehormatannya. (Getty/Telegraph)

Gundul adalah kepala botak alias nggak berambut. Kepala merupakan simbol kehormatan dan kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut merupakan mahkota yang menjadi simbol keindahan kepala. Bisa dikatakan "gundul" berarti kehormatan tanpa sebuah mahkota.

Pacul merupakan cangkul petani dalam bahasa Jawa. Ia terbuat dari lempengan besi berbentuk persegi. Alat ini merupakan milik petani yang melambangkan orang sederhana. Pacul juga diibaratkan papat kang ucul (empat yang lepas) . Artinya, kemuliaan seseorang akan sangat ditentukan dari empat hal.

Empat hal tersebut; bagaimana dia menggunakan mata, telinga, hidung dan mulutnya. Apabila keempat hal itu lepas, hilanglah sudah kehormatannya.

"Gembelengan" berarti besar kepala alias sombong. Orang-orang "gembelengan" sangat hobi bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Seperti juga banyak pemimpin yang nggak ingat kalau dirinya sebenarnya mengemban amanah dari rakyat.

Bisa ditarik simpulan kalau lirik "Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan" bisa berarti seorang pemimpin yang lupa kalau dia sedang memikul amanah rakyat. Dia justru memakai kekuasaan sebagai kemuliaannya, mempergunakan kedudukannya untuk menyombongkan diri di antara sesama dan menyebut kekuasaan itu diraih karena kepandaiannya. 

Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan

INasi di dalam bakul ibarat sumber kekayaan negara dari rakyat, harus dijaga dengan baik. (Flickr)

"Nyunggi wakul" artinya membawa bakul (tempat nasi) di atas kepalanya. Tapi sayangnya, banyak pemimpin yang lupa kalau dia sedang mengemban amanah penting yaitu membawa bakul di kepalanya.

"Wakul" adalah lambang kesejahteraan rakyat. Di dalamnya terdapat kekayaan negara, sumber daya, dan pajak. Saat seseorang menyunggi bakul, posisi kepala berada di bawah bakul. Seharusnya kedudukan rakyat lebih tinggi dari pemimpin pemegang amanah tadi. 

Tapi sayang, banyak pemimpin yang masih "gembelengan". Dengan sombongnya, mereka melenggak-lenggokkan kepala dan bermain-main dengan amanah rakyat.

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

"Wakul ngglimpang" berarti bakul di atas kepala jatuh. "Segane dadi sak latar", nasi di dalam bakul berantakan di mana-mana. 

Apabila pemimpin "gembelengan", sumber daya akan tumpah ke mana-mana sehingga nggak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan muncul di mana-mana. Nasi yang jatuh ke tanah sudah kotor sehingga nggak akan bisa dimakan lagi. Menjadikan orang sombong tadi sebagai pemimpin merupakan hal yang sia-sia. Gagal sudah dia mengemban amanah dari rakyat.

Bisa ditarik garis besar bahwa tembang ini mengajarkan soal pentingnya menjaga komitmen ketika bekerja. Dalam pekerjaan terdapat amanah yang nggak bisa dibuat main-main. Dirinya harus siap bertanggung jawab.

Hm, kamu setuju nggak dengan makna tersirat ini, Millens? (Ok/IB21/E03)

Jakarta - Konon, lagu 'Gundul-gundul Pacul' ditulis oleh Sunan Kalijaga pada sekitar tahun 1400an. 'Gundul-gundul Pacul' merupakan salah satu lagu daerah yang paling terkenal di kalangan anak anak, khususnya yang berbahasa Jawa. Meskipun lagu ini sekilas terdengar lucu dan jenaka, namun ada makna yang sangat dalam di baliknya.

Pesan yang ingin disampaikan dari lagu ini adalah sebuah teguran kepada para pemimpin. 'Gundul' yang memiliki arti kepala tanpa rambut merupakan sebuah kiasan yang menggambarkan sebuah kepala tanpa mahkota.

Sedangkan 'Pacul' atau cangkul adalah sebuah alat yang digunakan oleh para petani untuk bercocok tanam. Pacul ini melambangkan rakyat kecil yang susah dan hidup menderita.

Baris pertama dari lagu ini adalah 'Gundul gundul pacul cul, gembelengan' dan kalimat ini memiliki arti bahwa para pemimpin bukan hanya sekadar orang yang menggunakan mahkota di kepala, namun merupakan seseorang yang bisa melihat rakyat yang susah dan bisa membantu mereka agar hidup mereka bisa lebih baik.             

Baris kedua 'Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan/nyunggi nyunggi wakul' jika diterjemahkan secara harfiah berarti membawa bakul di kepala, sedangkan gembelengan berarti sombong.

Kalimat tersebut memiliki makna pemimpin yang seharusnya bertanggung jawab untuk membawa amanat dari rakyat malah menjadi sombong dan tamak karena merasa memiliki jabatan yang tinggi.             

Baris ketiga dari lagu ini adalah 'Wakul ngglimpang segone dadi sak latar'. 'Wakul ngglimpang' atau bakul jatuh bermakna kepercayaan yang semula diberikan oleh rakyat hilang. Sedangkan, 'segone dadi sak latar' berarti nasi jatuh berantakan di halaman memiliki makna semuanya menjadi sia sia dan tidak ada gunanya. []

Baca juga

Lirik Lagu Gundul-gundul Pacul Beserta Makananya – Siapa sih yang tidak tahu lagu daerah yang berjudul Gundul-gundul Pacul? Tentu mayoritas anak-anak 90’an mengenal lagu ini, khususnya mereka yang tinggal di daerah Jawa Tengah. Lagu Gundul-gundul Pacul merupakan salah satu lagu anak-anak yang ditulis menggunakan Bahasa Jawa.

Lirik lagu Gungul-gundul Pacul katanya diciptakan oleh Sunan Kalijaga di tahun 1400an dan juga dibantu oleh R.C Hardjosubroto. Lagu tersebut berasal dari Jawa Tengah dan seringkali dinyanyikan oleh anak-anak sebagai lagu daerah Jateng.

Jika merunut pada arti Bahasa yang digunakan, Gundul berarti kepala plonthos, botak, atau tidak ada rambut. Kepala sendiri merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut merupakan mahkota, yaitu lambang keindahan kepala. Sehingga gundul memiliki arti kehormatan tanpa adanya mahkota.

“Pacul” memiliki arti cangkul yaitu sebuah alat petani yang terbuat dari lempengan besi berbentuk segi empat. Sehingga pacul melambangkan kawula rendah dari kebanyakan petani. Jika disatukan, “Gundul Pacul” berarti seorang pemimpin yang sesungguhnya bukanlah orang yang diberi sebuah mahkota. Namun mereka adalah pembaca pacul dan digunakan untuk mencangkul. Hal tersebut dilakukan untuk mengupayakan kesejahteraan bagi para masyarakat.

Lirik Lagu Gundul-gundul Pacul

Gundul-gundul pacul cul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakul kul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan

Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan

Gundul-gundul pacul cul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakul kul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan

Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan

Arti:

Gundul gundul cangkul Sembrono Membawa bakul (di atas kepala) (Dengan) sembrono Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman

Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman

Walaupun lirik lagu tersebut terkesan sangat sederhana, tapi ternyata tidak banyak orang yang tahu bahwa makna dari lagu daerah tersebut sangatlah dalam. Lagu Gundul-gundul pacul memiliki makna terkait nasihat yang diberikan dari rakyat untuk para pemimpin. Menurut kutipan dari buku “Indonesia Pusaka” yang ditulis oleh Dr. Sopan Adrianto, SE, M. Pd, berikut ini adalah makna yang terkandung dalam lirik lagu Gundul-gundul Pacul.

1. Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa arti “gundul” yang ada di lirik lagu ini memiliki makna seorang pemimpin yang sudah tidak memiliki mahkotanya. Sedangkan untuk “pacul” berasal dari singkatan “papat kang ucul” yaitu artinya mata, telinga, hidung, serta mulut.

Jadi, arti lirik lagu pada bait pertama dan juga kedua yaitu seorang pemimpin yang sudah kehilangan atau tidak memiliki mahkotanya, maka mereka juga kehilangan kehormatannya sebagai seorang pemimpin. Sedangkan lirik “gembelengan” memiliki arti yaitu sikap para pemimpin yang berubah menjadi sombong atau congkak.

2. Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan

Nyunggi wakul artinya membawa tempat nasi atau bisa jua disebut bakul dan ditaruh di atas kepala seseorang. Arti dari lirik tersebut yaitu banyak para pemimpin yang lupa bahwa mereka sedang mengemban sebuah amanat yang bisa diibaratkan sepeti membawa bakul nasi di atas kepala. Sedangkan “wakul” adalah lambang dari kesejahteraan rakyatnya.

Kesejahteraan tersebut merupakan sebuah kekayaan, sumber daya, dan lainnya. Hal tersebut berarti bahwa kepala adalah sebuah kehormatan yang masih berada di bawah bakul milik rakyat. Akan tetapi, sayangnya masih banyak pemimpin yang bersikap sombng dan angkuh terhadap rakyat yang dipimpinnya. Padahal sebenarnya, kedudukan rakyat lebih tinggi dari pemimpinnya.

3. Wakul Ngglimpang Segane Dadi Sak Latar

Wakul ngglimpang artinya adalah jatuhnya bakul yang berada di atas kepala. Sedangkan “segane dadi sak latar” jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atinya adalah nasi yang ada di dalam bakul jatuh dan berserakan. Makna dari lirik tersebut menggambarkan apabila seorang pemimpin bersikap angkuh dan semena-mena.

Bakul yang jatuh dan berserakan menggambarkan tentang amanah yang mereka bawa. Ibarat nasi yang sudah tumpah dan berserakan di tanah, tentu nasi tersebut sudah tidak bisa dimakan lagi. Begitu pula dengan amanah yang diemban oleh seorang pemimpin yang bersifa sombong, tidak akan bertahan lama dan akan gugur semua amanah yang diemban.

Not Angka Gundul Gundul Pacul

1 3 1 3 4 5 5 Gundul gundul pacul cul 7 1 7 1 7 5 Gelelengan 1 3 1 3 4 5 5 Nyunggi nyunggi wakul kul 7 1 7 1 7 5 Gelelengan 1 3 5 4 4 5 4 3 1 4 3 1 Wakulimpang segane dadi sarantang 1 3 5 4 4 5 4 3 1 4 3 1

Wakulimpang segane dadi sarantang

Berlangganan Gramedia Digital

Baca SEMUA koleksi buku, novel terbaru, majalah dan koran yang ada di Gramedia Digital SEPUASNYA. Konten dapat diakses melalui 2 perangkat yang berbeda.

Rp. 89.000 / Bulan

Lagu Gundul-gundul Pacul termasuk salah satu lagu permainan atau tembang dolanan yang berasal dari Jawa Tengah. Lagu itu sendiri bisa didefinisikan sebagai sebuah lagu yang biasa dinyanyikan oleh masyarakat pada umumnya, khususnya anak-anak yang tinggal dan besar di Jawa. Ketika sedang bermain, biasanya mereka akan menyanyikan lagu ini.

Berbeda dengan kebanyakan lagu yang ada di zaman sekarang, lagu daerah yang diciptakan oleh para leluhur selalu mempunyai makna dan filosofinya sendiri. Makna yang ada di dalam lagu dolanan umumnya berkaitan dengan pesan sosial, nilai-nilai budi pekerti, nilai pesan persatuan, dan hal-hal positif lainnya. Maka tidak heran jika lagu dlanan seringkali dijadikan sebagai media untuk pendidikan karakter anak.

Asal-Usul Lagu Gundul-Gundul Pacul

Lagu Gungul-gundul Pacul bisa digolongkan ke dalam lagu tradisional atau lagu folklore yang sudah diwariskan secara turun temurun. Mengutip dari Jurnal Fenomena Lagu Dolanan Gundul-gundul Pacul Dalam Pendidikan Karakter Anak dan Ranah Sosial oleh Adi Suprayogi, bahwa folklor itu bersifat anonim.

Dimana penyebarannya dilakukan secara lisan dan kemudian bisa menjadi milik bersama. Hal tersebut juga yang terjadi pada lagu ini. Hampir tidak ada yang tahu persis kapan lagu ini diciptakan dan tidak ada pula catatan yang menjadi bukti otentik tentang siapa pencipta lagu ini.

Akan tetapi, menurut literatur, lagu ini diperkirakan sudah tercipta sejak tahun 1400. Lagu Gundul-gundul Pacul juga sudah dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga, yaitu salah satu ulama Wali Songo yang sering melakukan dakwa menggunakan seni lagu.

Baca Juga:

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien