Hal hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang adegan

Pelatihan Semester 2 197 11. Salah satu pertimbangan dalam memilih naskah adalah memiliki nilai sastra, yang artinya .... a. sangat dikenal oleh semua kalangan b. indah dan mendidik c. ditulis oleh penulis yang terkenal d. pernah mendapatkan penghargaan atau memenangkan lomba 12. Dalam merancang adegan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut, kecuali .... a. jumlah adegan dalam keseluruhan cerita b. bentuk adegan c. adegan yang penting d. aktor yang paling tepat memerankan adegan tersebut 13. Tujuan dekorasi adalah .... a. memberi suasana nyaman pada pemain b. menghadirkan suasana yang tepat c. memberi hiasan yang enak dilihat d. memberi pemandangan yang sesuai dengan naskah drama 14. Fungsi tata lampu dalam pementasan adalah sebagai berikut, kecuali .... a. menerangi pentas dan aktor agar jelas terlihat b. memberi efek alamiah dari waktu, musim, cuaca, dan suasana c. menerangi penonton agar mereka terlihat oleh para pemain d. membantu melukis dekorasi dengan efek sinar dan bayangan 15. Satir berasal dari kata satura bahasa Latin, satyros bahasa Yunani, satire bahasa Inggris yang berarti .... a. protes c. ejekan b. cemoohan d. sindiran B. Jawablah soal-soal berikut dengan benar 1. Apa yang dimaksud dengan lakon komedi? 2. Apa definisi drama menurut William Froug 3. Jelaskan keunikan dari teater daerah 4. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam merancang adegan? 5. Apa hakikat dari pementasan drama? 6. Bagaimana cara memilih pemain yang sesuai dengan karakter yang dibutuhkan? 7. Apa yang harus dimiliki oleh seorang sutradara? 8. Bagaimana bentuk kerja sama dalam mempersiapkan pertunjukan? 9. Jelaskan cara mengolah pikir yang baik 10. Sebutkan 5 lima seni teater tradisional asal Jawa Di unduh dari : Bukupaket.com Seni Teater untuk SMPMTs Kelas IX 198 Adegan : bagian dari babak yang menggambarkan satu suasana dari beberapa suasana dalam babak. Akting : tingkah laku yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimainkan. Aktor : orang yang melakukan akting. Amphiteater : panggung pertunjukan jaman Yunani Kuno. Blocking : gerak dan perpindahan pemain dari satu area ke area lain di panggung. Dialog : percakapan para pemain. Diksi : latihan mengeja kata dengan suara keras dan jelas. Drama : salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi. Emosi : proses fi sik dan psikis yang kompleks yang bisa muncul secara tiba-tiba dan spontan atau di luar kesadaran. Imajinasi : proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran, gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau mungkin hanya sedikit yang dialaminya. Improvisasi : gerakan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidupkan permainan. Intonasi : nada suara dalam bahasa Jawa disebut langgam, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata sehingga tidak datar atau tidak monoton. Karakter : gambaran tokoh peran yang diciptakan oleh penulis lakon melalui keseluruhan ciri-ciri jiwa dan raga seorang peran. Konflik : ketegangan yang muncul dalam lakon akibat adanya karakter yang bertentangan, baik dengan dirinya sendiri maupun yang ada di luar dirinya. Lakon : penuangan ide cerita penulis menjadi alur cerita yang berisi peristiwa yang saling mengait dan tokoh atau peran yang terlibat, disebut juga naskah cerita. Latar peristiwa : peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga yang melatari lakon itu terjadi. Latar tempat : tempat yang menjadi latar peristiwa lakon itu terjadi. Latar waktu : waktu yang menjadi latar belakang peristiwa, adegan, dan babak itu terjadi. Pemeran : seorang seniman yang menciptakan peran yang digariskan oleh penulis naskah, sutradara, dan dirinya sendiri. Plot : biasa disebut dengan alur, yaitu pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon selanjutnya bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu. Di unduh dari : Bukupaket.com Indeks 199 A Akting 55, 107, 136 Artistik 22, 49, 84, 146, 187 Apresiasi 2, 29, 30, 60, 94, 121, 122, 153, 154 B Blocking 82 D Dekorasi 22, 50, 115, 134, 187, 190 Drama 194, 196 K Karakter 10, 17, 45, 77, 128, 175 Kerja sama 16, 45, 108, 182 Ketoprak 9, 12, 33, 38, 57, 95, 106 Komedi 73, 89, 154, 172, 173, 176 Konsentrasi 19, 78, 79 Kostum 23, 115, 134, 143, 185, 188 L Lakon 1, 20, 43, 65, 67, 68, 69, 81, 89, 95, 99, 100, 103, 104, 128, 199, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 176 Lenong 8, 31, 64, 71, 97 Latar 11, 169 Latihan 17, 18, 24, 41, 42, 48, 50, 52, 55, 56, 58, 77, 82, 109, 110, 117, 118, 119, 189 Ludruk 8, 33, 34, 71, 86, 96, 106, 119 M Mak yong 62, 63, 98, 99, 101, O Olah pikir 16, 40, 76, 108 Olah tubuh 16, 40, 76, 108, 109 Olah suara 16, 40, 76, 108 Opera peking 124 P Panggung 4, 12, 22, 84, 135, 161, 162, 167, 187 Penonton 12, 20, 69, 72, 79, 134, 159, 161, 168, 192 S Sendratari 8, 14, 97, 106 Se ing 5, 14, 161, 180 Sutradara 21, 46, 81, 82, 83, 86, 140, 145, 182, 186 T Tata rias 8, 188 Teater 183, 186, 189, 191, 181, 182 W Wayang golek 71, 97 Wayang kulit 31, 61, 97 Wayang wong 62, 96, 106, 119 Di unduh dari : Bukupaket.com Seni Teater untuk SMPMTs Kelas IX 200 Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ismail, Taufiq, dkk. 2002. Horison Sastra Indonesia 4 Kitab Drama. Jakarta: Horison Kaki Langit dan the Ford Foundation. Oemarjati, Boen S.. 1971. Bentuk Lakon Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poeze, Harry A. 2008. Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600- 1950 . Jakarta: KPG dan KITLV. Rahmanto, B. 2000. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rahmanto, B. dan S. Endah Peniadji. 2007. Drama. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Rumadi, A ed.. 1988. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Gramedia. Sitorus, Eka D. 2002. The Art of Acting, Seni Peran untuk Teater, Film dan TV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Soemanto, Bakdi. 2001. Jagad Teater. Yogyakarta: Media Pressindo. Stanislavski, Konstantin.1980. Persiapan Seorang Aktor terj. Asrul Sani. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Sudjiman, Panuti ed.. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press. Sumardjo, Jakob. 1996. Ikhtisar Sejarah Teater Barat. Bandung: Angkasa. Sumardjo, Jakob. 2004. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: STSI PRESS. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. WS., Hasanuddin. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi, Kajian Teori, Sejarah, dan Analisis . Bandung: Angkasa. Encyclopaedia Britannica, 2008 Indonesia Heritage: Seni Pertunjukan, 2002 Microso Encarta, 2008 Sumber lain: h p:www.theaterhistory.com h p:www.nihon-zen.ch h p:www.gedungkesenianjakarta.com h p:www.huntington.edu h p: www.photogallery.kerala.gov.in h p:www.lyon.edu h pwww.makassarterkini.nig.com Di unduh dari : Bukupaket.com Di unduh dari : Bukupaket.com Di unduh dari : Bukupaket.com Berteater? Siapa Takut? Indonesia memiliki insan-insan teater yang layak diacungi jempol. Sebut saja nama- nama seperti Teguh Karya dengan Teater Populernya, N. Riantiarno dengan Teataer Komanya, serta W.S. Rendra dengan Bengkel Teaternya. Ada juga aktor-aktor hebat yang lahir dari teater, seperti Slamet Rahardjo dan Didi Petet. Nah, kamu juga bisa seperti mereka. Caranya, mulailah belajar teater. Kamu dapat belajar teater dengan buku Seni Teater ini. Dalam buku ini, kamu akan menemukan pengetahuan tentang seni teater. Kamu juga akan belajar mempertunjukkan teater. Dengan begitu, siapa tahu kelak kamu menjadi aktor atau sutradara teater atau ę lm. Jadi, jangan takut berteater karena ada buku Seni Teater ini yang dapat menjadi sahabat saat belajar teater. ISBN 978-979-068-998-5 Harga Eceran Tertinggi HET Rp13.027,00 Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2009, tanggal 12 Agustus 2009. Di unduh dari : Bukupaket.com

Sebuah kegiatan memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Hal ini untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam suatu kegiatan. Demikian pula dalam suatu pertunjukan teater Nusantara, membutuhkan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan.

Berikut ini beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk merancang pertunjukan teater Nusantara.

1. Menentukan Sutradara dan Naskah

Tentukan sutradara dalam pertunjukan tersebut. Sutradara dapat berasal dari luar lingkungan sekolah maupun guru pengampu seni teater di sekolah. Akan lebih baik jika sutradara adalah siswa yang dianggap mampu dan didampingi oleh orang yang berpengalaman dalam menyutradarai pertunjukan teater. Tentukan pula naskah yang akan dipentaskan. Kamu dapat membuat naskah teater dengan mengambil ide dari cerita rakyat maupun dongeng yang berkembang di wilayah tempat tinggalmu atau dari daerah lain di Indonesia.

Selanjutnya pelajarilah naskah dan mulailah menafsirkan isi naskah ke dalam bahasa pertunjukan. Misalnya bagaimana

pemain akan mendialogkan peran tertentu, bagaimana penata suara akan memasukkan musik maupun suara-suara tertentu untuk membangun suasana pertunjukan, dan sebagainya. Naskah maupun ide hanya sebatas cikal bakal dalam pertunjukan teater, karena proses pertunjukan akan memunculkan ide-ide kreatif dari seluruh personil yang terlibat, terutama dari sutradara.

Penafsiran terhadap naskah meliputi hal-hal berikut:

a.   Menentukan tema sebuah naskah.

b.   Menentukan karakter-karakter tokoh, misalnya ada tokoh baik, jahat, pemberani, pengecut, pemalu, centil, pendiam, penakut, dan sebagainya.

c.   Menafsirkan plot atau alur, yakni rangkaian cerita yang disusun berdasarkan sebab akibat. Alur dibuat semenarik mungkin sehingga penonton diharapkan ikut larut dalam suasana pertunjukan.

d.   Perhatikan pula struktur dramatik naskah, berkaitan dengan pemaparan dan pengenalan, konflik yang dibangun, cara menyelesaikan konflik, serta pemecahan masalah yang disodorkan.

e.   Menentukan setting atau latar cerita, meliputi tempat, waktu, suasana, serta kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam cerita. Misalnya berlatar tempat di kantin sekolah dengan suasana ramai oleh siswa pada waktu istirahat siang hari dan saat itu sedang gerimis. Penafsiran terhadap setting akan mempermudah pemain

b.   dan tim artistik pertunjukan dalam proses kreatifnya.

2. Media dan Bentuk Pertunjukan Teater

Memproduksi naskah teater untuk dipertunjukkan merupakan suatu proses pemindahan dari bahasa verbal (kata-kata) ke dalam bahasa pertunjukan yang melibatkan berbagai hal. Misalnya selain kata-kata terdapat juga akting, blocking, gesture, suara dan bunyi, properti, warna dan cahaya, serta rupa. Bentuk pertunjukan sangat dipengaruhi oleh media yang digunakan, misalnya jika banyak menggunakan media musik dan bunyi, maka akan menciptakan teater musikal atau opera. Jika pertunjukan menggunakan gerak dan tari, maka akan menciptakan bentuk teater gerak, sendratari, maupun dramatari. Sesuaikan bentuk pertunjukan dengan kemampuan dan ketertarikan personil yang terlibat dalam produksi pertunjukan.

3. Proses Latihan

Seluruh personil tim artistik yang terlibat akan berlatih sesuai jadwal latihan, misalnya seminggu dua kali setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Waktu latihan bisa diatur sesuai kesepakatan bersama dan saat mendekati waktu pertunjukan latihan bisa lebih intensif setiap hari. Lakukan latihan dan kerjakan tugas yang telah dipercayakan kepadamu dengan penuh tanggung jawab. Pada saat latihan bisa dilakukan hal-hal berikut:

a.   Pembacaan dan penghafalan naskah, lakuan akting, blocking, gesture, dan gerakan pemain di atas panggung.

b.   Menciptakan musik dan suara yang akan dimunculkan sesuai tema.

c.   Menentukan peralatan dan perlengkapan pemain.

d.   Menentukan dan menyediakan benda-benda yang harus ada di atas panggung sesuai tema.

e.   Menyediakan kostum dan menyiapkan riasan yang akan dipakai oleh pemain sesuai karakter tokoh yang diperankannya.

f.    Mempersiapkan panggung, rencana penataan cahaya dan warna, serta penataan panggung secara keseluruhan.

g.   Mengatur irama permainan supaya pertunjukan menarik dan tidak monoton.

Latihan antara para pemain, para pemusik, maupun tim artistik lain dapat dilakukan di tempat yang berbeda. Hal ini untuk menghindari gangguan yang mungkin terjadi jika latihan dilakukan di tempat yang sama. Setelah tim artistik siap barulah mereka bergabung dengan para pemain. 

Lakukan koordinasi secara teratur dengan semua personil yang  terlibat. Hal ini untuk mengetahui dan mengontrol sampai sejuh mana kerja tim. Seluruh personil menyiapkan diri, bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Semua bekerja serempak agar pelaksanaan pertunjukan teater Nusantara dapat berhasil.