Haid pada perempuan yang sudah mengalami pubertas terjadi setiap berapa hari

Menstruasi atau haid menjadi hal yang biasa terjadi pada perempuan menjelang masa pubertas hingga masa menopause mereka. Umumnya terjadi setiap satu bulan sekali atau lebih, tergantung kondisi masing-masing perempuan ketika mengalaminya.

Baca Juga: Cup Menstruasi vs Tampon vs Pembalut: Mana yang Lebih Aman?

Setiap wanita akan mengalami haid, tapi untuk kisaran hari dan jangka waktunya bisa saja berbeda-beda. Ada yang mengalaminya setiap 21-35 hari, tapi tidak sedikit mendapatkan haid setelah masa waktu lebih panjang. Untuk tahu lebih jelas mengenai haid, mulai dari fase hingga cara mengatasi nyerinya, Anda bisa simak paparan berikut ini.

Apa itu Menstruasi?

Pertama-tama, Anda harus memahami dahulu apa itu haid atau datang bulan. Ini merupakan proses berupa keluarnya darah dari dalam uterus yang menandakan awal pubertas wanita.

Pendarahan ini terjadi karena terlepasnya lapisan dinding rahim dan pelepasan endometrium yang terjadi setiap bulannya sehingga disebut juga datang bulan. Ada tiga ciri khas dari haid, yaitu:

  • Siklusnya terjadi dalam kisaran 21-35 hari (normal), tapi ada kondisi khusus sehingga memungkinkan adanya perbedaan.
  • Terjadi selama minimal 1 x 24 jam atau maksimal 15 x 24 jam.
  • Jumlah darah dikeluarkan sekitar 20-80 ml.

Saat mengalami siklus datang bulan, tubuh wanita akan mengalami perubahan kadar hormon. Hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik juga emosi dalam beberapa hari sebelum proses keluar darah terjadi.

Seringkali sebelum dan saat mengalami menstruasi perempuan akan mengalami hari-hari dengan kondisi mood yang buruk. Selain itu juga terdapat gejala seperti jerawat, sakit kepala, nyeri di bagian perut bawah, keputihan, nyeri payudara, diare, atau mengidam makanan tertentu.

Saat haid terjadi, kebanyakan perempuan juga merasakan nyeri pada bagian perut bagian bawah, bahkan rasa nyeri ini terkadang menyebabkan kram sehingga sangat mengganggu aktivitas.

Dalam beberapa kasus, masa haid merupakan periode rentan bagi perempuan, dan orang-orang di sekitarnya juga sering terkena dampaknya.

Fase Menstruasi yang Berbeda-beda

Baca Juga: Mitos dan Fakta Cara Merawat Vagina, Bunda Wajib Tahu

Haid terjadi setiap bulan dengan jangka waktu bisa berbeda-beda bagi setiap wanita. Namun, semua perempuan yang mengalaminya akan melewati empat fase berikut ini:

1.  Fase Haid

Fase pertama adalah menstruasi, yaitu hari ke-1 hingga ke-5 saat lapisan rahim benar-benar ke luar dari vagina. Hanya terjadi apabila seorang wanita tidak sedang dalam masa kehamilan.

Dalam fase ini perdarahan akan terjadi dalam masa 2-7 hari. Umumnya wanita akan mengalami nyeri di perut juga punggung karena kontraksi pada rahim saat endometrium meluruh.

2.  Fase Folikuler

Terjadi mulai dari hari ke-6 hingga ke-14 yang menyebabkan tingkat hormon estrogen meningkat sehingga lapisan rahim tumbuh dan menebal. Di hari ke-10 hingga ke-14 sel telur akan terbentuk dan matang.

Selain itu, dalam masa folikuler ini, hormon perangsang akan menyebabkan pertumbuhan folikel di ovarium. Ini akan menentukan siklus haid perempuan setiap bulannya.

3.  Fase Ovulasi

Pada fase ini sel telur siap dibuahi, sebab hormon pelutein meningkat sehingga ovarium melepaskan sel telurnya. Terjadi pada hari ke-14 jika siklus haid seorang wanita adalah 28 hari.

Di masa-masa ini, sel telur kemudian berpindah ke tuba falopi dan menempel pada dinding rahim. Sebelum bergerak kembali di fase berikutnya.

4.  Fase Luteal

Dalam fase terakhir ini sel telur bergerak menuju rahim kemudian membentuk lapisan terus menebal sampai periode haid tiba.

Baca Juga: Bukan Hanya Ibu Hamil, Kondisi ini Memerlukan Penanganan Poli Obgyn

5 Hormon Penting yang Mempengaruhi

Setiap fase menstruasi akan dipengaruhi oleh hormon-hormon yang berbeda. Berikut 5 hormon yang pasti terlibat dalam siklus haid perempuan:

1.  Estrogen

Hormon ini hanya diproduksi di ovarium dan memegang peranan penting, termasuk saat proses ovulasi. Fungsi utamanya adalah membentuk kembali lapisan rahim setelah haid.

2.  Progesteron

Fungsi utamanya adalah menjaga siklus reproduksi dan kehamilan. Dalam proses haid perannya penting dalam penebalan dinding rahim.

3.  Perangsang Folikel

Fungsi utamanya mematangkan sel telur dalam ovarium agar siap dilepaskan menuju rahim. Kelenjar pituitari merupakan tempat diproduksinya hormon ini, letaknya di bagian bawah otak.

4.  Pelutein

Sama dengan hormon perangsang folikel, hormon pelutein juga diproduksi pada kelenjar pituitari. Fungsinya merangsang ovarium dalam proses pelepasan sel telur.

5.  Pelepas Gonadotropin

Diproduksi di otak dengan fungsi merangsang tubuh menghasilkan hormon perangsang folikel dan lutein sehingga akan berpengaruh pada proses pematangan dan pelepasan sel telur.

Cara Meringankan Sakit Selama Menstruasi

Saat haid yang dirasakan bukan hanya nyeri, tapi juga gangguan emosional sehingga berakibat pada perubahan suasana hati seseorang. Hal ini tidak dapat dihindari, tapi dapat diringankan gejalanya dengan cara:

  • Menggunakan kompres air panas untuk mengompres bagian perut bawah. Bagian ini biasanya yang paling terasa nyeri, baik sebelum atau saat haid berlangsung.
  • Agar tidak terjadi pembengkakan dan retensi air, pastikan untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh.
  • Hindari minuman isotonik dan kafein, selain ini makanan dengan kandungan garam tinggi.
  • Perhatikan gizi makanan, pastikan mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan zat besi.
  • Tambahkan konsumsi vitamin E, sebab bantu atasi peradangan dan tingkatkan kekebalan tubuh saat menstruasi.
  • Berolahraga dan lakukan kegiatan yang bantu meredakan stres sebab kondisi mood perempuan haid sangat tidak stabil.

Apabila Anda mengalami kondisi haid yang berada di luar kebiasaan, misalnya siklus terlalu panjang atau masa haid terlalu lama, maka perlu berkonsultasi ke ahli atau klinik khusus wanita.

Baca Juga: 7 Gangguan Haid Paling Umum, Jangan Disepelekan!

Reservasikan konsultasi Anda ke klinik kewanitaan seperti GynROSE RS Bunda Group untuk pemeriksaan menyeluruh. Atau konsultasi dengan ahli reproduksi dari jadwal dokter kami. Anda juga dapat menemukan lebih banyak layanan di laman informasi kami.

Memahami Fase-Fase dalam Siklus Menstruasiiklus menstruasi dialami wanita yang telah melalui masa pubertas. Proses menstruasi ini melalui berbagai fase dalam organ reproduksi wanita, mulai dari pembentukan sel telur hingga keluarnya sel telur dari rahim.

Siklus menstruasi merupakan perubahan alami yang terjadi di dalam organ reproduksi wanita setiap bulannya. Menstruasi terjadi ketika lapisan dinding rahim atau endometrium dan sel telur yang tidak dibuahi meluruh keluar dari vagina.

Haid pada perempuan yang sudah mengalami pubertas terjadi setiap berapa hari

Siklus menstruasi pada tiap wanita berbeda-beda dan biasanya terjadi antara 21–35 hari. Meski demikian, rata-rata siklus menstruasi adalah sekitar 28 hari.

Hormon yang Memengaruhi Fase dalam Siklus Menstruasi

Pada dasarnya, siklus menstruasi terbagi menjadi beberapa fase yang dipengaruhi oleh lima jenis hormon dalam tubuh, yaitu:

1. Hormon estrogen

Hormon yang diproduksi di ovarium ini memiliki peran yang begitu penting, terutama dalam proses ovulasi. Tak hanya itu, hormon estrogen juga berperan dalam perubahan tubuh remaja pada masa pubertas dan terlibat dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah periode menstruasi.

2. Hormon progesteron

Hormon progesteron bekerja sama dengan estrogen berperan dalam menjaga siklus reproduksi dan menjaga kehamilan. Hormon ini juga diproduksi di ovarium dan berperan dalam penebalan dinding rahim.

3. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone, FSH)

Hormon ini berfungsi untuk mematangkan sel telur di dalam ovarium hingga siap untuk dilepaskan. Hormon FSH diproduksi di kelenjar pituitari yang terletak di bagian bawah otak.

4. Hormon pelutein (luteinizing hormone, LH)

Serupa dengan hormon FSH, hormon pelutein ini juga diproduksi di kelenjar pituitari yang berfungsi untuk merangsang ovarium dalam proses pelepasan sel telur.

5. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone – GnRH)

Hormon pelepas gonadotropin merupakan hormon yang diproduksi di otak. Hormon ini berperan penting dalam memberikan rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon pelutein yang memengaruhi proses pematangan dan pelepasan sel telur.

Fase dalam Siklus Menstruasi

Secara umum, ada tiga fase dalam siklus menstruasi, yaitu fase menstruasi, fase praovulasi dan ovulasi, serta fase pramenstruasi. Berikut ini adalah penjelasannya:

Fase I: menstruasi

Fase menstruasi terjadi selama 3–7 hari. Pada fase ini, lapisan dinding rahim dan sel telur akan meluruh menjadi darah menstruasi. Banyaknya darah yang keluar selama masa menstruasi ini bisa berkisar antara 30-40 ml.

Selama tiga hari pertama, darah menstruasi yang keluar akan lebih banyak. Pada masa ini, wanita biasanya akan merasakan nyeri atau kram di bagian panggul, perut, dan punggung. Kondisi ini biasanya dipicu oleh kontraksi rahim yang terjadi karena adanya peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi.

Meski memicu rasa sakit, kontraksi yang terjadi selama menstruasi sebenarnya berfungsi untuk mendorong dan mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh menjadi darah menstruasi.

Selain itu, wanita yang sedang haid juga bisa mengalami gejala lain, seperti perubahan mood, sakit kepala, dan perubahan nafsu makan.

Fase II: praovulasi dan ovulasi

Pada fase praovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh akan mulai menebal kembali. Proses penebalan rahim berfungsi untuk mempersiapkan rahim agar bisa ditempati oleh sel telur bila terjadi pembuahan oleh sperma. Proses ini bisa terjadi pada masa subur atau ovulasi.

Pada saat ovulasi, folikel yang dominan akan pecah dan mengeluarkan sel telur, kemudian bergerak menuju rahim melalui tuba falopi. Sel telur tersebut dapat dibuahi hingga 24 jam setelah dikeluarkan.

Untuk menjamin keberhasilan program membuat anak, ada baiknya Anda melakukan hubungan intim dengan pasangan pada fase ini atau menjelangnya, sebab masa ovulasi adalah waktu terbaik yang memungkinkan terjadinya pembuahan. Di samping itu, sperma dapat bertahan kurang lebih selama 3–5 hari di dalam rahim.

Masa subur wanita biasanya akan terjadi pada waktu 14 hari setelah hari pertama haid terakhir. Meski demikian, perkiraan masa ovulasi tiap wanita tidaklah sama. Terkadang, masa ovulasi bisa berubah dan hal ini akan lebih sering terjadi pada wanita yang haidnya tidak teratur.

Fase III: pramenstruasi

Pada fase ini, lapisan dinding rahim makin menebal. Hal ini karena folikel yang pecah dan mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum. Korpus luteum sendiri adalah jaringan yang terbentuk di ovarium dan berperan dalam produksi hormon progesteron yang membuat lapisan dinding rahim semakin tebal.

Jika tidak terjadi pembuahan, Anda akan mulai merasakan gejala pramenstruasi atau PMS, seperti emosi tidak stabil dan perubahan kondisi fisik, seperti nyeri pada payudara, pusing, cepat lelah, atau perut kembung.

Selain gejala tersebut, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, kadar progesteron dan estrogen akan menurun, lapisan dinding rahim juga akan luruh hingga menjadi darah menstruasi.

Fase-fase di atas normalnya berlangsung secara teratur setiap bulannya. Namun, jika Anda mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi lebih dari 7 hari, atau tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan secara berturut-turut, sebaiknya konsultasikan ke dokter agar dapat diperiksa dan ditangani dengan tepat.