Dalam serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi komando sektor barat adalah

Peristiwa itulah yang dijadikan latar belakang diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 2/2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Keppres ini menuai polemik lantaran tidak dicantumkannya nama Soeharto sebagai salah satu tokoh penting serta masuknya Soekarno-Hatta sebagai pimpinan nasional yang menyetujui serangan tersebut.


Page 2

Setelah meyakini rencana serangan umum pasti berhasil, tiba-tiba benak Soeharto tersentak. Sejenak dia ragu dan khawatir. Dia melihat serangan umum tersebut tidak hanya membawa impact politis yang positif bagi diplomasi Indonesia. Namun, serangan itu bisa membawa efek samping yang buruk untuk rakyat.


Page 3

Kamis, 17 Maret 2022 - 05:30 WIB

Ketika TNI sudah mundur dari Yogyakarta, Belanda bisa jadi melampiaskan kekesalan dan marah dengan menyerang dan membakar kampung-kampung. ”Yang saya takutkan satu, simpati rakyat yang sudah membesar akan mbalik (berbalik) menjadi antipati,” kata Soeharto.Tak ingin kekhawatiran itu menjadi kenyataan, Soeharto memutar otak untuk menemukan strategi dan cara untuk mencegahnya. Soeharto akhirnya punya solusi, yaitu membuat Belanda sibuk sehingga tak sempat melakukan serangan balik. Caranya dengan menyerang pos-pos Belanda di luar Yogyakarta lebih dulu. Dengan cara ini Belanda akan berkonsentrasi di luar wilayah. Begitu Yogyakarta diserang Belanda tak punya cukup waktu untk konsolidasi dan melakukan serangan balik.Soeharto menunjuk dua kompi untuk menjalankan rencana tersebut. Dipimpin sendiri oleh Soeharto, dua kompi pasukan itu pun bergerak untuk menyerang pos-pos Belanda di luar Yogyakarta. ”Ini adalah siasat untuk mensukseskan Serangan Umum 1 Maret agar dampaknya tidak ada balasan kepada rakyat,” ujar Soeharto.Sejarah lalu mencatat, pada 1 Maret 1949 TNI menyerang Belanda pada pagi hari dan berhasil menguasai Yogyakarta lalu meninggalkan kota itu pada siang harinya. Sukses TNI menguasai Yogya pun tersebar ke dunia internasional melalui radio. Moral TNI, rakyat, juga diplomat di PBB naik pada level tertinggi. Mau tak mau, Belanda dengan berat hati harus meninggalkan Indonesia.

Secara pribadi, Serangan Umum 1 Maret juga melambungkan nama Soeharto. Bahkan, Panglima Besar Jenderal Soedirman memberikan pujian kepada Soeharto. ”Dalam surat kepada AH Nasution, Pak Dirman mengungkapkan kegembiraannya atas Serangan Umum 1 Maret dan menyebut Pak Harto sebagai bunga pertempuran daam serangan umum tersebut,” ujar politikus Partai Gerindra Fadli Zon dalam diskusi daring yang diselenggarakan MN KAHMI, Minggu (13/3/220).

(muh)

Dalam serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi komando sektor barat adalah
Jakarta, Kemendikbud --- Jika kita berkunjung ke Kota Yogyakarta, di area sekitar Museum Benteng Vredeburg terdapat sebuah monumen sebagai peringatan peristiwa bersejarah di kota perjuangan tersebut. Monumen tersebut adalah Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 untuk memperingati perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat pada tanggal bersejarah tersebut.Seperti dikutip dari Laman Museum Benteng Vredeburg, serangan umum 1 Maret 1949 merupakan sebuah respons atas Agresi Militer Belanda ke-II yang menjadikan Yogyakarta sebagai sasaran utamanya. Saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia karena situasi di Jakarta tidak aman setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.Situasi Yogyakarta sebagai ibu kota negara saat itu sangat tidak kondusif. Keadaan tersebut diperparah propaganda Belanda di dunia luar bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal Soedirman untuk meminta izin diadakannya serangan. Jenderal Sudirman menyetujuinya dan meminta Sri Sultan HB IX untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III.Setelah perencanaan yang matang, tanggal 1 Maret 1949, pagi hari, serangan secara besar-besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dimulai, dengan fokus serangan adalah Ibukota Republik, Yogyakarta. Pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB, sewaktu sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota.Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno. Untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan semula, seluruh pasukkan TNI mundur.Berhasilnya Serangan Umum 1 Maret ini meskipun hanya mampu menguasai Yogyakarta selama enam jam telah membuktikan bahwa eksistensi tentara Indonesia masih ada. Situasi ini membawa dampak yang sangat besar bagi pihak Indonesia yang sedang bersidang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Serangan ini sekaligus memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.Saat ini Monumen Serangan Umum 1 Maret ini merupakan salah satu landmark dan cagar budaya Kota Yogyakarta sebagai bangunan yang mengingatkan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah pada masa lalu. Meskipun peristiwa Serangan Umum 1 Maret telah lama berlalu, sejarah tetap mencatatnya sebagai peristiwa bersejarah bangsa Indonesia. (Nur Widiyanto)Sumber :

Dalam serangan Umum 1 Maret 1949 yang menjadi komando sektor barat adalah

 

Penulis : pengelola web kemdikbudEditor :

Dilihat 24550 kali