You got lucky! We have no ad to show to you! Show
Sikap optimis disebutkan dapat membantu kita menjadi lebih bahagia, lebih sukses, dan lebih sehat. Lalu, bagaimana cara membentuk sikap optimis dan bagaimana contoh sikap optimis yang bisa kita tunjukkan pada anak? Simak penjelasannya berikut ini, ya, Parents! Sikap Optimis Dapat Membuat Seseorang Lebih SehatMelansir dari Kidshealth, para peneliti telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari orang-orang yang sering berpikir positif. Ternyata, sikap optimis dan positif bisa membuat seseorang menjadi lebih bahagia, lebih sukses, dan lebih sehat. Optimisme juga dapat membuat seseorang terhindar dari depresi dan lebih tahan terhadap stres. Tidak hanya itu, optimisme juga dapat membuat seseorang memiliki umur yang panjang, lo! Kabar baiknya lagi, sikap optimis ini dapat dipelajari dan dilatih bahkan oleh seseorang yang pesimis sekalipun. Artikel terkait: Anak pintar dan cerdas bisa terwujud bila orangtua rajin lakukan 10 hal ini Sikap Optimis Dapat Membuat Seseorang Lebih Sukses
You got lucky! We have no ad to show to you! IklanOptimisme adalah cara pandang seseorang yang cenderung bisa melihat sisi positif dari suatu situasi. Ketika sesuatu yang baik terjadi, orang-orang optimis akan berpikir untuk membuat situasi menjadi lebih baik lagi. Mereka yang optimis juga selalu memikirkan cara agar hal baik dapat mengarah pada hal-hal baik lainnya. Ketika sesuatu tidak berjalan seperti yang diharapkan, orang optimis tidak akan menyalahkan diri mereka sendiri dan cenderung menganggap ‘kegagalan’ sebagai sesuatu yang sementara dan bisa diperbaiki. Orang-orang yang optimis juga mampu bangkit dari kekecewaan lebih cepat daripada orang yang pesimis. Hal inilah yang membuat mereka mampu mencapai kesuksesan.
You got lucky! We have no ad to show to you! IklanContoh Sikap Optimis yang Bisa Diajarkan pada AnakLantaran sikap optimis memiliki banyak manfaat, tidak ada salahnya untuk mengajarkan sikap ini kepada anak. Berikut adalah 6 contoh sikap optimis yang bisa diajarkan kepada anak: 1. Ajak Anak untuk Memperhatikan Hal-Hal Baik yang TerjadiMenjelang tidur pada malam hari, luangkan waktu 10 menit untuk mengajak anak mengingat hal-hal yang dapat mereka syukuri hari ini. Ajak ia menuliskan hal tersebut di buku harian atau jurnal.
You got lucky! We have no ad to show to you! IklanHal ini dapat membuat mereka berpikir bahwa masih banyak hal baik yang terjadi di keseharian mereka. 2. Ajak Anak Berpikir untuk Percaya Bisa Membuat Hal-Hal Baik Terjadi di HidupnyaBiasakan anak mengatakan pada diri mereka sendiri hal-hal spesifik yang dapat membuat mereka berhasil. Misalnya:
3. Ajarkan kepada Anak untuk Tidak Menyalahkan Diri Sendiri Saat Ada yang SalahSaat suatu kesalahan atau kegagalan terjadi, alih-alih berpikir dan berkata, “Saya gagal dalam tes itu karena saya bodoh dalam hal tersebut,” katakanlah pada diri sendiri bahwa, “Saya gagal dalam tes itu karena saya tidak cukup belajar. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi lain kali!” 4. Ketika Sesuatu yang Baik Terjadi, Ajarkan Anak untuk Memuji Dirinya SendiriSaat anak sukses melakukan sesuatu, ajak ia memikirkan proses sebelum keberhasilan itu terjadi. Hal-hal yang telah ia lakukan untuk mencapai kesuksesan tersebut. Ungkapkan juga pada anak bahwa kesuksesan tersebut layak didapatkan karena telah melakukan hal-hal tadi. Dari sini anak bisa menyadari betapa besar kekuatan dan kemampuan mereka.
You got lucky! We have no ad to show to you! IklanArtikel terkait: 5 tanda anak memiliki kecerdasan emosional, si kecil sudah punya belum? 5. Ingatkan Anak bahwa Kegagalan atau Kekecewaan Bersifat SementaraSegera setelah terjadi masalah, ingatkan anak bahwa hal itu akan berlalu dan buatlah rencana untuk memperbaikinya. Misalnya, saat hasil ujian matematika anak tidak seperti yang diharapkan, katakan pada anak untuk tidak berlarut dalam kesedihan. Berlarut dalam kesedihan mungkin hanya akan mengganggu jadwal belajarnya. Berikan motivasi pada anak agar ia tidak melakukan kesalahan yang sama pada semester depan dengan cara lebih giat belajar atau mungkin mengambil kursus matematika. 6. Ajak Anak Selalu Melatih Gaya Berpikir OptimisOptimisme adalah gaya berpikir yang dapat dipelajari! Ini mungkin bisa memakan waktu agak lama, jadi jangan merasa putus asa saat mengajarkannya pada anak. Terus katakan pada diri sendiri, “Saya bisa membuat anak saya lebih optimis dan saya akan terus mengajaknya berlatih!” Namun ingat, ya, Parents, optimisme bukan hanya tentang melihat segala sesuatu secara positif, tetapi juga ada usaha yang dilakukan.
You got lucky! We have no ad to show to you! IklanMisalnya, tanamkan pada anak bahwa mereka perlu belajar jika mereka ingin mendapatkan nilai yang bagus, bukan hanya dengan sekadar optimis dan percaya diri tanpa berusaha. Optimisme harus berjalan seiring dengan tindakan. Itulah beragam contoh sikap optimis yang bisa diajarkan kepada anak. Semoga bermanfaat. Baca juga:
tirto.id - Optimis, ikhtiar, dan tawakal merupakan rangkaian sikap yang perlu dilakukan oleh setiap orang dalam menapaki cita-cita yang hendak diwujudkannya. Setiap manusia akan memperoleh ujian dari Allah. Bagi setiap muslim, ujian menjadi bentuk kasih sayang Allah untuk meningkatkan derajat ketakwaannya. Oleh sebab itu, di saat mendapatkan ujian, seorang muslim tidak disarankan untuk menyerah pada keadaan dan senantiasa optimis dalam berusaha, serta melibatkan kehadiran Allah untuk memperoleh hasil terbaik.
Hanya saja, kadang musibah datang bertubi-tubi. Sesekali musibah ini berlangsung dalam jangka panjang. Hal tersebut kadang membuat seseorang putus asa dan seolah semua usahanya sia-sia. Bagi muslim justru sikap yang harus diambil adalah sebaliknya. Sikap optimis, ikhtiar, dan tawakal mesti dibangun sekaligus agar tidak sampai berputus asa dan tetap memiliki harapan atas izin Allah. 1. Optimis Mengutip laman MUI, optimis merupakan sikap untuk terus berjuang secara sungguh-sungguh sampai akhir. Orang yang senantiasa optimis, akan memandang berbagai hal dengan pandangan positif. Lawan dari sikap optimis adalah pesimis yang membuat seseorang sering berprasangka buruk. Contoh sikap optimis yaitu memiliki keyakinan bahwa seseorang dapat melalui berbagai masalah yang menghadangnya. Misalnya saat seorang siswa memperoleh nilai jelek pada sebuah mata pelajaran, dia dapat mengembangkan optimismenya dengan berkeyakinan akan memperoleh nilai baik pada tes selanjutnya dengan usaha berupa lebih tekun belajar. Sikap optimis telah dianjurkan bagi setiap muslim. Sebuah hadits telah membicarakan tentang sikap ini. “Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: 'Tidak ada rasa tiyarah (firasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis.' Maka ditanyakanlah kepada beliau: 'Apa yang dimaksud dengan rasa optimis?' Beliau bersabda: 'Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.'” (HR Ahmad) 2. Ikhtiar Ikhtiar adalah berusaha dengan sunguh-sungguh dalam menggapai harapan, keingian, atau cita-cita. Ikhtiar menjadi pelengkap dari sikap optimis. Hanya dengan optimis saja tidaklah cukup, karena bagi seseorang untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkan diperlukan ikhtiar. Contoh ikhtiar seperti Orang yang ingin pandai harus rajin belajar. Atau, saat seseorang ingin hidup berkecukupan maka mesti berusaha dengan rajin bekerja. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX (2014), usaha-usaha adalah bagian penting yang mesti dilakukan setiap orang. Dan, bagi orang Islam, dalam berusaha hendaknya diikuti dengan doa kepada Allah agar tujuan ikhtiarnya terwujud. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186). 3. Tawakal Apabila sikap optimis dan ikhtiar sudah dilakukan, maka langkah terakhir adalah tawakal. Tawakal yaitu berserah diri pada Allah atas usaha-usaha yang sudah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Bagaimana pun juga manusia hanya bisa merencanakan dan mengambil tindakan agar keberhasilan yang diimpikannya terwujud. Namun, tetap saja penentu berhasil tidaknya usaha adalah atas izin Allah. Contoh dari tawakal seperti seorang ayah bekerja keras agar keluarga mereka mendapatkan penghidupan yang layak. Namun sang ayah bertawakal kepada Allah terkait seberapa besar banyaknya rezeki yang akan diberikan oleh Allah. Dia meyakini bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pemberi Rezeki,, Maha Pemurah, dan Maha Kaya.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
OPTIMISME
atau
tulisan menarik lainnya
Ilham Choirul Anwar
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|