Bahasa Osing adalah bahasa yang berasal dari daerah

Bahasa Osing atau Jawa Osing (Osing: Basa Using; Hanacaraka: ꦨꦯꦲꦸꦯꦶꦁ; Pegon: باسه اوسيڠ) adalah bahasa yang dipertuturkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia.

Kata osing artinya mirip dengan kata tusing seperti dalam bahasa Bali, bahasa daerah tetangganya, yang berarti "tidak".

dulu bahasa osing disebut juga bahasa BANYUWANGEN,dan orangnya disebut WONG BANYUWANGEN yang artinya orang banyuwangi asli/bahasa banyuwangi asli.seiring berjalannya jaman sekarang lebih familiar disebut suku osing atau bahasa osing.

sebenarnya penamaan kata OSING itu berasal dari luar orang osing itu sendiri,di kalangan orang osing sendiri nama itu sebenarnya tidak ada.bahkan ada beberapa dari mereka tidak mau jika disebut osing,mereka lebih suka disebut orang banyuwangi.

bahasa osing berakar dari bahasa jawa kuno/jawa kawi,jadi beberapa kata banyak kemiripan dengan bahasa jawa standar saat ini.namun bukan berarti sama dengan bahasa jawa,karena perbedaannya pun juga sangat banyak.

Daftar isi

Jumlah penduduk asli Banyuwangi yang acap disebut sebagai "Lare Using/Laros" ini diperkirakan mencapai 500 ribu jiwa dan secara otomatis menjadi pendukung tutur Bahasa Osing ini. Penutur Bahasa Osing ini tersebar terutama di wilayah tengah Kabupaten Banyuwangi, mencakup Kecamatan Kabat, Rogojampi, Glagah, Kalipuro, Srono, Songgon, Cluring, Giri, kota Banyuwangi, Gambiran, Singojuruh, sebagian Genteng, dan Licin,sebagian sempu, Wilayah sisanya dihuni warga berbahasa Jawa dialek Surabaya, dialek Mataraman (Yogyakarta-Surakarta) ataupun bahasa Madura yang merupakan bahasa pendatang.

Bahasa Osing ini semakin hari semakin menurun penuturnya,karena orang tua yg tidak menggunakan lagi bahasa ini pada anaknya secara aktif, dan sangat kuatnya pengaruh Bahasa Jawa yang menggerus sebagai bahasa pergaulan.

Selain di Banyuwangi, penutur bahasa ini juga dapat dijumpai di wilayah Kabupaten Jember, khususnya di Dusun Krajan Timur, Desa Glundengan, Kecamatan Wuluhan. Namun dialek Osing di wilayah Jember ini telah banyak terpengaruh bahasa Jawa dan Madura akibat keterisolasiannya dari daerah penutur Osing lainnya di Banyuwangi. Di Jember, penutur osing dulu termasuk Kampung Using (dekat stasiun kereta api kota Jember), Biting Arjasa, Desa Kemiri Kecamatan Panti, Desa Glundengan, Kecamatan Wuluhan Kecamatan Puger, dan daerah Tegal Boto. Bahasa Osing di Lampung tersebar di Lampung Bagian Selatan, seperti Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sedangkan di Kalimantan Timur Bahasa Osing tersebar di seluruh Provinsi di Kalimantan Timur, kecuali di Kabupaten Mahakam Ulu.

Bahasa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:

  • Adanya diftong [ai] untuk vokal [i]: semua leksikon berakhiran "i" pada bahasa Osing khususnya Banyuwangi selalu terlafal "ai". Seperti misalnya "geni" (api) terbaca "genai", "bengi" (malam) terbaca "bengai", "gedigi" (begini) terbaca "gedigai".
  • Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir selalu terbaca "au". Seperti "gedigu" (begitu) terbaca "gedigau", "asu" (anjing) terbaca "asau", "awu" (abu) terbaca "awau".
  • Lafal konsonan [k] untuk konsonan [ʔ]. Di Bahasa Jawa, terutama pada leksikon berakhiran huruf "k" selalu dilafalkan dengan glottal "ʔ". Sedangkan di Bahasa Osing, justru tetap terbaca "k" yang artinya konsonan hambat velar. antara lain "apik" (bagus/apik) terbaca "apiK", "manuk" (burung) terbaca "manuK", dan seterusnya.
  • Konsonan glotal [ʔ] yang di Bahasa Jawa justru tidak ada seperti kata [piro'] (berapa), [kiwo'] (kiri) dan demikian seterusnya.
  • Palatalisasi [y]. Dalam Bahasa Osing, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Seperti "bapak" (bapak/ayah) dilafalkan "byapak", "uwak" dilafalkan (tante) "uwyak", "embah" (embah) dilafalkan "embyah", "Banyuwangi" dilafalkan "byanyuwangai", "dhawuk" (panjang) dibaca "dhyawuk".

Bahasa Jawa Osing mempunyai banyak kesamaan dan memiliki kosakata Bahasa Jawa Kuno yang masih tertinggal. Namun di wilayah Banyuwangi sendiri terdapat variasi penggunaan dan kekunaan juga terlihat di situ. Varian yang dianggap Kunoan terdapat utamanya diwilayah Giri, Glagah dan Licin, di mana bahasa Osing di sana masih dianggap murni. Sedangkan Bahasa Jawa dialek Osing di Kabupaten Jember telah banyak terpengaruh bahasa Madura, dengan pelafalan yang juga berbeda dengan Bahasa Jawa Osing di Banyuwangi.

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya:

  • Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?
  • Riko wis madhyang? = anda sudah makan?

Tingkatan pronomina

  • Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
  • Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel(umur)
  • Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
  • Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua (bapak/ibu)

Aku Sedangkan Cara Besiki adalah bentuk "Jawa Halus" yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal. akan tetapi penggunaannya tidak seperti halnya masyarakat Jawa, Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus yang bersifat keagamaan dan ritual, selain halnya untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.

Kosakata Bahasa Osing berakar langsung dari bahasa Jawa Kuno, di mana banyak kata-kata kuno masih ditemukan di sana, di samping itu, pengaruh Bahasa Bali juga sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini. Seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet).

Pengaruh Bahasa Inggris juga masuk kedalam bahasa ini melalui para tuan tanah yang pernah tinggal di kawasan tersebut, seperti dalam kata:

  • Sulung dari kata so long namun bermakna duluan
  • Nagud dari kata no good bermakna jelek
  • Ngempos dari kata pause bermakna berhenti
  • Enjong dari kata enjoy bermakna enak,menyenangkan
  • Wikipedia Bahasa Osing (Incubator)

  1. Jarang ditemukan karya sastra bahasa Osing dengan aksara Jawa, mengingat tulisan mantra-mantra dalam bahasa ini banyak dituliskan dalam Abjad Pegon, bukan aksara Jawa

Uji coba Wikipedia Bahasa Osing di Wikimedia Incubator

(Inggris) di Ethnologue

Bahasa Osing adalah bahasa yang berasal dari daerah

Bahasa Osing adalah bahasa yang berasal dari daerah

Banyuwangi sunrise of java /Tukang soodrek

KABAR BESUKI - Semua daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, suku dan bahasa, seperti Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. 

Banyuwangi memiliki suku bernama 'Suku Osing', yang dimana kesehariannya kebanyakan berbahasa osing. Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. 

Baca Juga: Bahasa Osing Banyuwangi Mudah dan Lengkap dengan Artinya, Simak Keunikan Bahasa Osing

Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya:

  • Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?
  • Riko wis madhyang? = anda sudah makan?

Nah, kali ini Tim Kabarbesuki akan membagikan sedikit kamus bahasa osing yang unik, simak ulasan berikut ini.

Baca Juga: Potrait Puncak Perayaan Meriah Hari Jadi Banyuwangi, Ini Sejarah Harjaba

  1. Siro/ Riko = kamu
  2. Isun/ Hun = Aku
  3. Wis/ Sampun = Sudah
  4. Arep/ Purun = Mau/ Akan
  5. Kelendi/ Kepundi = Bagaimana
  6. Gedigu = Begitu
  7. Apalagi = Paran maning
  8. Wah = Byek
  9. Cangkem iro = Mulut mu
  10. Onok = Ada
  11. Ada apa = Ono paran
  12. Pemuda = Lare
  13. Anak perempuan = Jebeng, beng
  14. Anak laki-laki = Thulik, lek
  15. Basah = Kepus
  16. Biarkan = Genengno
  17. Betah = Pernah
  18. Bulan = Ulan
  19. Bintang = Lintang
  20. Cium = Ngambung
  21. Mencoba = Acake
  22. Dimarahi = Diuwel

Baca Juga: 10 Tempat Nongkrong Hits di Banyuwangi yang Nyaman, Jangan Lupa Bawa Gandengan!

  1. Gerah = Ongkeb
  2. Giat = Pateng
  3. Bergurau = Muyab
  4. Bohong = Gubyab
  5. Di injak = Di idek
  6. Jatuh = Temebluk, Tibo
  7. Rebahan = Melumah
  8. Mengapa = Apuwo
  9. Iya = Iyok, iyo
  10. Walaupun = Masio, ambekno
  11. Waktu = Wayah
  12. Wanita = Wadon
  13. Laki- laki belum menikah = lancing
  14. Tajam = Landep
  15. Pisau = Lading
  16. Tega = Mentolo
  17. Terbayang = Katon-katonen
  18. Teriak = Berak-berak
  19. Teserah kamu = Karep iro
  20. Anjing = Asu
  21. Umpama = Cumpune
  22. Untuk = Kanggo
  23. Uang = Picis
  24. Tidak mau = Emong
  25. Teriak = Bengok
  26. Caranya = Carane
  27. Cantik = Ayu
  28. Mau Tahu = Arep weruh

Baca Juga: Hati-hati, Trauma Ini Bisa Menyebabkan Stroke! Berikut Cara Mencegahnya