Bagaimanakah masyarakat Melayu Riau dalam memilih mata pencaharian

Laporan Linda Mandasari

RIAUONLINE, PEKANBARU-Daerah Riau yang terbentang dari kaki bukit barisan di sebelah barat terus ke gugusan pulau kepulauan di sebelah timur, merupakan alam yang memberikan banyak kemungkinan.

Antara lain adalah tingkat kesuburan tanah yang memadai, aliran aliran sungai yang banyak serta perairan daerah ini yang cukup luas. Hal-hal tersebut menimbulkan pola mata pencaharian seperti pertanian dan perikanan di Riau.

Saat ini Riau Online akan mebahas mengenai Riau, Sistem mata pencaharian provinsi Riau, simak ulasannya berikut ini.

Pertanian di Riau menghasilkan tanaman-tanaman tua seperti karet, kayu manis, cengkeh, pala dan lain-lain. Pertanian dalam bentuk kebun karet sudah lama berkembang di daerah Riau.

Pemerintahan jajahan Belanda telah berhasil menjadikan daerah ini menjadi sumber karet alam untuk perdagangan dunia di masa lalu. Tetapi kebun karet yang telah membudaya pada masyarakat ini pada zaman Jepang dan kemerdekaan di mana stabilitas harga tidak terjamin menyebabkan berkembang pula pertanian untuk bahan makanan. \

Oleh karena itu sistem pertanian bahan makanan di Riau yang merupakan tambahan dari perkebunan karet tidak begitu maju namun dengan adanya pembukaan tanah-tanah baru melalui proyek-proyek transmigrasi terjadi pula pengembangan pertanian bahan makanan.

Latar belakang sosial budaya penduduk yang tersebar di daerah Riau dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:

Penduduk dengan latar belakang sosial budaya Melayu dan suku suku lainnya

Masyarakat melayu mempunyai persekutuan hukum kemasyarakatan tersendiri bila dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Dalam hal ini daerah dibagi berdasarkan tata administrasi kepemerintahan dan sendi-sendi hukum adat yang terdapat di daerah daerah maupun dalam masyarakatnya.

Pembagian organisasi kemasyarakatan terdiri dari daerah datuk-datuk, dan daerah batin. Kelompok penduduk dengan latar belakang sosial budaya menurut pola adat Minangkabau dapat dijumpai hampir di seluruh daerah yang berbatasan dengan daerah Sumatera barat. Sepanjang aliran sungai-sungai besar di provinsi Riau, sampai daerah-daerah tertentu dimana terjadi pertemuan dengan kebudayaan melayu yang datang dari sebelah timur.

Bagaimanakah masyarakat Melayu Riau dalam memilih mata pencaharian


Penduduk dengan latar belakang sosial budaya Minangkabau

Pada masyarakat ini berlaku pola sosial budaya menurut adat Minangkabau, walaupun di sana-sini telah terjadi penyesuaian seperlunya.

Dengan demikian daerah dengan latar belakang adat Minangkabau akan memakai sistem matrilineal dalam sistem kekerabatannya, sedangkan daerah dengan latar belakang adat Melayu menganut sistem kekerabatan bilateral. Selain daripada itu suku-suku adat yang terdapat pada kelompok masyarakat yang berlatar belakang adat Minangkabau, ditemukan pula pada sebagian masyarakat yang beradat Melayu walaupun dalam pengertian yang berbeda.

Dalam masyarakat dengan latar belakang sosial budaya menurut pola adat Minangkabau dikenal adanya suku-suku adat seperti bilang Chaniago Melayu domun dan sebagainya.

Di sebagian daerah yang beradat Melayu seperti daerah kerajaan Siak Sri Indrapura, dikenal adanya suku-suku tanah datar, Lima puluh kota dan sebagainya.

Tetapi pengertiannya berbeda dengan yang terdapat di daerah yang menganut adat Minangkabau. Apabila di daerah yang beradat Melayu dijumpai pemimpin negeri dengan pangkat dan sebutan Datuk maka di daerah yang berada di Minangkabau juga ditemukan pemimpin masyarakat yang bergelar Datuk akan tetapi pengertiannya pun lain dengan yang terdapat dalam masyarakat melayu.

Sekian informasi mengenai Riau, Sistem mata pencaharian provinsi Riau. Semoga informasi yang telah Riau Online berikan bermanfaat bagi pembaca.



Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa. Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi ahli korporat. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu memiliki mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di luar negeri.

SISTEM TEKNOLOGI PERLENGKAPAN HIDUP

Sejak zaman bahari masyarakat Melayu Riau sudah memiliki bermacam cara untuk memenuhi keperluan hidup. Artinya sejak masa lampau masyarakat Melayu Riau telah menguasai teknologi. Teknologi ini diklasifikasi menjadi teknologi pertanian, pernikahan, peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. Sistem teknologi yang dikuasai orang melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan peka dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya. Orang Melayu juga tidak tertutup terhadap perubahan teknologi yang menguntungkan dan menyelamatkan mereka.

Teknologi pada hakekatnya adalah cara mengerjakan suatu hal (Masher, 1970:127), yaitu cara yang dipakai manusia untuk beberapa kegiatan dalam kehidupannya. Teknologi terutama terlihat dalam pendayagunaan potensi sumber daya yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu, teknologi merupakan satu diantara sekian banyak hasil budaya manusia dan merupakan cermin daya kreatif dalam memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Pada dasarnya keluarga masyarakat Melayu sejak zaman bahari telah melakukan beragam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Melayu juga memiliki dan menguasai bermacam-macam teknologi, mulai dari teknologi yang menghasilkan makanan dan tumbuh-tumbuhan (yang kemudian menjadi pertanian), berburu (yang berkembang menjadi usaha peternakan), menangkap ikan (yang berkembang menjadi usaha perikanan dengan berbagai teknologi penangkapan yang dipakai), serta cara mengangkut hasil-hasil usaha yang disebutkan diatas.

Teknologi yang dikuasai masyarakat Melayu Riau antara lain membuat rumah dan atapnya yang terbuat dari daun-daunan, maupun membuat sejenis keranjang untuk mengangkut hasil pertanian yang bentuk dan jenisnya beragam. Masyarakat

Melayu juga menguasai cara membuat perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini

masih ada dan berlanjut sampai sekarang.

Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain menunjukkan bahwa ditinjau dari segi mata pencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang sekali bergantung pada satu mata pencaharian , sehingga mereka tidak bergantung pada satu jenis teknologi. Keragaman mata pencaharian masyarakat Melayu dibagian daratan Sumatera ( Riau Daratan) dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman teknologi yang ada dalam masyarakat. Setiap jenis mata pencaharian biasanya mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara penggunannya akan menampakkan teknologinya.

Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh lingkungan dan sumberdaya yang akan di olah, sehingga lahir berbagai teknologi. Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau mempunyai fungsi yang sama, tapi teknologi tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan sekaligus mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan tempat digunakannya teknologi tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut lebih menguntungkan dan mudah diterapkan , seperti teknologi dalam pertanian.

Alat-alat pertanian

Pada dasarnya pertanian didaerah ini adalah pertanian dengan sistem ladang. Disamping itu ada pula usaha perkebunan karet rakyat. Alat-alat yang digunakan untuk perladangan ini sangatlah sederhananya, terdiri dari : beliung, parang panjang, parang pendek atau candung, tuai atau ani-ani, bakul, lesung, dan antan (alu), dan nyiru (tampah).

Pertanian dengan sistem ladang ini, cara pengolahan tanahnya sangat sederhana, tidak memerlukan cangkol atau pacul. Hutan yang dianggap subur, ditebang dengan menggunakan beliung dan parang. Pohon yang besar-besar ditebang dan setelah rebah lantas ditutuh, yaitu dahan-dahannya dipotong supaya gampang nantinya dimakan api. Sebelumnya di sekeliling tempat yang akan dibakar itu di “landing” terlebih dahulu, yaitu dibersihkan dari kayu dan daundaun kering supaya api tidak menjalar ke hutan sekitarnya. Pembakaran dimulai

dari atas angin, sehingga dengan bantuan angin api akan menjalar keseluruh lapangan.

Setelah abu pembakaran tersebut dingin, biasanya pada hari kedua atau ketiga setelah dibakar, bibit padi pun mulai disemai. Menanam bibit ini ada dua cara, yaitu: untuk tanah bencah atau basah, bibit padi ditaburkan ditanah. Kalau padi sudah tumbuh dan mencapai tinggi kira-kira tiga puluh centimeter, lalu di “ubah”, yaitu anak-anak padi tersebut dicabut kembali dan setelah dibersihkan akar-akarnya ditanam kembali secara teratur. Prinsipnya hampir sama dengan penanaman di sawah.

Penanaman padi ini biasanya pada akhir kemarau, karena begitu padi ditanam musim hujan pun tiba. Adapun alat-alat yang digunakan, yaitu: alat-alat yang terbuat dari besi, seperti mata beliung, mata parang dan mata ani-ani dibeli dipasar dan gagangnya dibuat sendiri. Lain pula halnya bagi petani karet, yang keadaannya pun sederhana juga. Umunya di Riau petani ladang jika sudah panen tanah bekas ladangnya itu ditanami karet. Sehingga daerah perladangan makin lama jadi semakin jauh, karena tanah-tanah yang dekat dengan kampung telah diisi karet.

Karet yang ditanam itu dibiarkan tumbuh sendiri tanpa dirawat dan tumbuh bersama belukar. Kalau sudah mencapai umur empat atau lima tahun, yaitu saat karetnya telah boleh disadap, barulah didatangi kembali dan dibersihkan. Alat-alat yang digunakan untuk menyadap untuk pohon karet tersebut terdiri dari:

1. Sudu getah, yaitu semacam talang kecil terbuat dari seng yang dipantelkan ke pohon karet untuk mengalirkan getah.

2. Mangkok getah, terbuat dari tembikar kasar, tetapi sekarang banyak digunakan tempurung kelapa.

3. Pisau getah, disebut juga “pisau toreh”, yaitu pisau untuk menorah kulit pohon, dan ada juga menyebutnya pisau lait”.

4. Ember atau kaleng, digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil getah berbentuk susu ke tempat pengolahan.

WADAH ATAU ALAT-ALAT UNTUK MENYIPAN

Untuk menyimpan hasil produksi terdapat alat-alat sebagai berikut:

1. Kepok: yaitu tempat menyimpan padi berbentuk cylinder dengan garis tengah 11/2 meter dan tinggi 1 meter. Terbuat dari kulit kayu dan disimpan di dalam rumah.

2. Sangkar: ada dua maam:

a. Sangkar tempat penyimpan ikan, terbuat dari anak kayu yang dijalin dengan rotan dan ditendam dalam air.

b. Sangkar ayam atau burung terbuat dari rotan atau anaka kayu. Ada yang diletakkan di dalam rumah dan ada pula yang digantungkan

Untuk menyimpan kebutuhan sehari-hari:

1. Tempayan yaitu tempat air dari tembikar

2. Labu yaitu tempat air, terbuat dari buah labu yang dikeringkan dan dibuang isinya

3. Bakul yaitu tempat bahan makanan sehari-hari terbuat dari pandan anyaman

4. Sumpit yaitu semacam karung, terbuat dari panda yang dianyam, untuk menyimpan beras, ubi kering atau sagu rending lain-lain

Untuk wadah dalam rumah tangga seperti:

1. Bangking yaitu tempat pakaian-pakaian halus dari kayu kapok berasal dari Cina

2. Peti besi yaitu tempat pakaian atau benda-benda lannya.

3. Peti kayu yaitu berukuran lebih besar dari peri besi, juga berasal dari Cina. Tempat menyimpan barang-barang berharga

4. Bintang yaitu terbuat dari kuningan, ada yang bundar dan ada pula yang bersegi delapan. Pakai tutup biasanya unyuk menyimpan alat-alat keperluan wanita.


Page 2