Apakah pemetaan sosial harus dilakukan secara digital

Kebutuhan akan adanya data dan informasi pada tingkat desa dirasakan sangat penting bukan saja untuk mendukung proses pembangunan tetapi juga untuk mendukung keterbukaan informasi. Teknik yang baik dalam pengumpulan dan penyajian informasi akan mempermudah pihak-pihak yang berkepentingan di desa untuk menganalisa program pembangunan sehingga program yang akan diterapkan dapat sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Pemetaan digital yang memadukan partisipasi masyarakat dan teknologi GIS (Geographic Information System) diyakini mampu menawarkan teknik penyajian dan penganalisaan data karena method ini memiliki keunggulan dalam menganalisa berbagai macam jenis informasi disamping itu GIS memiliki kemampuan untuk menampilkan informasi secara visual sehingga bisa mempermudah masyarakat biasa untuk mendapatkan informasi tentang kondisi sosial yang nyata di masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan di dua desa di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam membuat dan mengimplementasikan Pemetaan Sosial Digital. Kedua desa memiliki perbedaan pada awal penerapan dimana Desa Kopang Rembige menerapkan Pemetaan Sosial Digital karena intervensi pihak luar sedangkan Desa Tete Batu Selatan menerapkan Pemetaan Sosial Digital karena adanya kebutuhan akan data dan informasi yang akurat. Aktivitas pembuatan dan pengimplementasian Pemetaan Sosial Digital ini kemudian dibandingkan untuk mendapatkan persamaan dan perbedaannya sehingga didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemetaan sosial digital tersebut. Dalam penelitian ini didapatkan beberapa faktor yang berpengaruh pada pengimplementasian pemetaan sosial digital di tingkat desa. Pertama, pemberdayaan fasilitator yang akan menjadi penghubung dengan masyarakat sebaiknya menggunakan pendekatan kelompok. Kedua, adanya kemampuan dan keinginan untuk belajar sehingga fasilitator desa dapat mengembangkan teknik pemetaan. Ketiga, pemilihan tokoh yang akan menjadi agen penghubung akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dan terakhir adalah fasilitator sebaiknya memiliki jaringan atau koneksi dengan berbagai stakeholder yang akan bisa membantu untuk mencapai tujuan dari program.

The need for valid data and information about the real condition at the village level is not only important to support the development programmes but also to support the accountability of the programmes. Adequate and proper technique in the collection and presentation of data and information could facilitate the different parties who concerned in the village development to analyze the need of the community so the programmes that would be implemented could accordance with the real condition in the community. The Digital Social Mapping method combines public participation and GIS (Geographic Information System. This technique may offer a proper method to analyse the data because this practice has an advantage in analyzing various types of information. In addition, GIS has the ability to display information visually so it could facilitate the ordinary people to understand the information about the real conditions in the community. This research was conducted by describing the activities in making and implementing the Digital Social Mapping in two villages on the Lombok Island, West Nusa Tenggara province. Both villages have a difference at the beginning of the project, where the Kopang Rembige village applies the Digital Social Mapping because of external interventions while the Tete Batu Selatan village implements the project because of the need for accurate data and information. Activities to make and to implement the Digital Social Mapping are then compared to find the similarities and differences factors that influence the project. In this research, there are some factors that influence the implementation of the Digital Social Mapping at the village level. First, the approach to empower the facilitator who will become the agent to connect with the public should use a group approach. Second, the person who will become the facilitator should have an ability and willingness to learn so he could develop its mapping techniques. Third, the figures who will be the facilitator would influence the level of public participation and the last is the facilitator should have a network or connection with the various stakeholders which will help the village facilitator to achieve the objectives of the programme.

Kata Kunci : Participation, GIS, Digital Social Mapping

Anda tentu pernah merasa resah dan mempertanyakan terkait apa dan mengapa terdapat masalah sosial di sekitar Anda. Anda mungkin juga mencari tahu tentang potensi dan peluang pengembangan usaha apa sajakah yang sekiranya ada di sekitar Anda untuk kemudian digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan sosial yang ada. Dua kegiatan tersebut merupakan gambaran awal mengenai pentingnya identifikasi terlebih dahulu tentang masalah, potensi, dan peluang pengembangan usaha yang ada di tempat Anda sebelum memulai berwirausaha. Mengapa demikian? Karena ketiga hal tersebut yang akan dijadikan dasar untuk menentukan apakah wirausaha sosial yang Anda lakukan itu dapat berhasil dan berkelanjutan, ataukah justru sebaliknya.

Ketika Anda akan membuat atau menjalankan suatu usaha sosial, maka diperlukan pemetaan sosial terlebih dahulu untuk mengidentifikasi masalah, potensi, dan peluang di desa kamu. Pertanyaannya kemudian ialah mengapa banyak usaha sosial yang tidak mampu berjalan dengan lancar dan berkelanjutan padahal ide dan solusinya sudah sangat bagus? Salah satu jawabannya adalah karena usaha sosial tersebut tidak berangkat dari kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang ada dan kurang memanfaatkan potensi serta peluang pengembangan usaha oleh karena ketidaktahuan dari pelaku usaha tersebut. 

Oleh karena itu, pada materi ini akan disampaikan penjelasan mengenai alasan mengapa Anda dituntut untuk melakukan pemetaan sosial secara komprehensif terlebih dahulu sebelum memulai berwirausaha. Sebenarnya telah banyak sekali metode-metode yang digunakan untuk melaksanakan pemetaan sosial. Namun pada materi ini, kami akan memberikan pembahasan pemetaan sosial tersebut dengan berangkat dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang mana merupakan metode termutakhir serta hasil pengembangan dari metode sebelumnya, yakni Rapid Rural Appraisal (RRA) (Chambers & Conway, 1992).

Secara umum, studi pemetaan sosial ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi masyarakat setempat, yang mana di dalamnya terdapat potensi dan peluang pengembangan usaha serta masalah sosial yang sedang dihadapi. Dalam pengumpulan data, metode ini mengharuskan adanya keterlibatan unsur masyarakat lokal dalam pelaksanaannya. Harapannya, dari pelaksanaan tersebut juga akan membantu masyarakat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya untuk memenuhi kebutuhannya mulai dari tahapan perencanaan kegiatan atau program, implementasi, monitoring, hingga evaluasi. 

Dalam proses pemetaan sosial, sangatlah dibutuhkan peran fasilitator sebagai katalisator. Fasilitator ini hendaknya berasal dari luar masyarakat tersebut agar studi pemetaan sosialnya menjadi objektif. Dalam hal ini, Anda yang merupakan inisiator wirausaha sosial juga dapat menjadi fasilitator dari proses pemetaan sosial ini.  Pada sisi yang lain, terdapat beberapa manfaat dari proses pemetaan sosial ini yang akan didapatkan oleh masyarakat dan membantu usaha sosial yang akan dikembangkan oleh Anda (FAO, 1997), antara lain: 

  1. Mampu mengidentifikasi prioritas kelompok sasaran.

Metode pemetaan dengan PRA akan mampu menemukan dan menyusun prioritas kelompok yang paling membutuhkan pendampingan serta menemukan prioritas sumber daya yang dapat dikembangkan. 

  1. Pembagian pengelolaan dan tanggung jawab.

Kondisi kemandirian masyarakat merupakan tujuan dari pemetaan sosial ini. Proses pemetaan yang melibatkan masyarakat secara langsung harapannya akan meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab masyarakat setempat untuk melakukan pengembangan diri. Kegiatan pemetaan akan menunjukkan keuntungan dari keterlibatan masyarakat secara langsung, sehingga dapat memotivasi mereka untuk ikut andil di dalamnya.

  1. Motivasi dan mobilisasi tenaga kerja lokal.

Dalam proses pemetaan, organisasi dan pemerintah lokal juga perlu dilibatkan. Sehingga muncul motivasi untuk melakukan mobilisasi dan pengembangan program yang sesuai dengan konteks masyarakat setempat. Hal ini juga bertujuan untuk menyamakan persepsi antar pihak yang terlibat di dalamnya. 

  1. Membentuk hubungan yang lebih baik antara komunitas dengan lembaga yang melakukan pembangunan. 

Metode pemetaan PRA akan memungkinkan menemukan berbagai kelembagaan yang dapat membantu masyarakat lokal di dalam mengembangkan sumber dayanya. Sehingga selain mampu menemukan potensi, pun hubungan antara masyarakat dengan organisasi lokal lainnya juga akan terjalin dengan baik.

  1. Mengembangkan sumber daya lokal.

Dalam proses pemetaan akan diketahui berbagai potensi, baik itu yang berasal dari alam, ekonomi, sosial, budaya, dan yang lainnya. Berbagai potensi yang telah ada tersebut kemudian dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan wirausaha sosial. Sehingga juga dapat meringankan kegiatan wirausaha sosial karena bisa hanya mengembangkan potensi saja, tanpa harus membuat kegiatan yang benar-benar baru.  

  1. Membangun kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.

Masyarakat setempat menjadi subjek aktif, mulai dari proses pemetaan menggunakan metode PRA hingga proses berwirausaha sosial yang memberdayakan. Selanjutnya, peran dari pihak luar adalah membantu dan mendukung dari sisi teknik, lingkungan, dan pengembangan kelembagaan masyarakat lokal. Sehingga akan terwujud pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. 

Berdasarkan paparan materi dari Akademi Kewirausahaan Masyarakat di atas, kira-kira masalah, potensi, dan peluang pengembangan usaha apakah yang ada di sekitar Anda?

Referensi

Chambers, R. and Conway, R., (1992), Sustainable rural livelihoods: Practical concepts for the 21st century. IDS discussion paper, No. 296. pp.127-130.

Food and Agriculture Organization, (1997), The state the world’s forests, United Kingdom: Words and Publications. 

Photo by Daria Nepriakhina on Unsplash