Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Ratu Nahrisyah (wafat 1424 M) adalah penguasa Samudra Pasai (Nanggroe Aceh Darussalam sekarang). Bentuk makam dan batu nisannya sama dengan makam Maulana Malik Ibrahim (wafat 1414) yang ada di Gresik, Jawa Timur.

Selain itu bahannya makamnya juga sama-sama terbuat dari batu pualam bermutu tinggi. Hikayat Banjar memberitakan bahwa memang Islam yang berkembang di Jawa Timur berasal dari Samudra Pasai. Dan menurut mendiang sejarawan Aceh T Ibrahim Alfian, Ratu Nahriyah adalah saudara daripada Maulana Malik Ibrahim.

Sedangkan, sebelum muncul menjadi kerajaan mandiri, Samudra Pasai adalah kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan bagian dari Sriwijaya. Pada abad ke-13 M, di kemudian hari kerajaan-kerajaan itu melepaskan diri dari Sriwijaya yang sedang dilanda krisis (ekonomi dan politik).

Lalu mengapa Samudra Pasai bisa berdiri dan menjelma menjadi kerajaan penting pada akhir abad ke-13 M di Aceh?

Jawabnya, pertama, Samudra Pasai (1270-1516) merupakan kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara yang menjadikan Sunnah wal Jamaah mazab Syafii sebagai faham keagamaan resmi. Ini diikuti oleh kerajaan-kerajaan Islam lain seperti Malaka, Aceh, Banten, Demak, Ternate, Gowa, Johor Riau, Palembang, Banjarmasin, Cirebon dan lain-lain.

Syekh Maulana Malik Ibrahim meninggalkan kitab yang merupakan satu-satunya karya dia dan menjadi bukti tentang paham keagamaannya. Dan karena kitab itu ditulis dalam lembaran lontar maka karyanya itu disebut Kropak Maulana Malik Ibrahim. 

Apa isi kitab yang ditulis Maulana Malik Ibrahim? Apakah dia (termasuk Ratu Nahrisyah) menganut paham syiah?

Setelah dicermati, kitab yang ditulisnya itu ternyata merupakan ringkasan fiqih Syafafii dan tasawuf Imam al-Ghazali. Jadi Maulana Malik Ibrahim dan saudara perempuannya tersebut tidak menganut Syiah.

Mengapa? kalau menganut Syiah tentu maka saja dia akan mengajarkan fiqih Jakfari dan tasawufnya bukan tasawuf Imam al-Ghazali. Kalamnya pun bukan kalam Maturidi atau Asyari.

Wallahu’alam

*Prof DR ABdul Hadi WM, Filsuf dan Guru Besar Universitas Paramadina, Jakarta.

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Kesultanan Pasai, juga diketahui dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di lebih kurang Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat dipakai untuk bahan kajian sejarah.[1] Namun sebagian sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai,[2] dan ini dikaitkan dengan sebagian makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.[3]

Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, lebih kurang tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Sisa dari pembakaran Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai berakhir runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

Pembentukan awal

Sesuai Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya beliau menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.[2] Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang dikata dengan Semerlanga selanjutnya setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, beliau wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.[4] Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang selisih, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tsb tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat sebagian daftar kerajaan yang berada di pantai timur Pulau Sumatera masa itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).

Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh selanjutnya dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas untuk mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai dijadikan salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Selanjutnya lebih kurang tahun 1326 beliau tutup usia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah hingga tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, beliau dikunjungi oleh Ibn Batuthah, selanjutnya menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.[5]

Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik az-Zahir, datang serangan dari Majapahit selang tahun 1345 dan 1350, dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan.

"Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah beliau duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu".

— Cerminan penaklukan Pasai oleh Majapahit, kutipan dari Hikayat Raja-raja Pasai[2].

Relasi dan persaingan

Kesultanan Pasai kembali bangung dibawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah hingga tahun 1405. Dalam kronik Cina beliau juga diketahui dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan dipercakapkan beliau tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.

Armada Cheng Ho yang memimpin lebih kurang 208 kapal mengunjungi Pasai berturut ikut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Sesuai laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur bersamaan batasnya dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat bersamaan batasnya dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat bertemu dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang dipercakapkan masa itu tidak berdekatan 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam lawatan tsb Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Cina, Lonceng Cakra Donya.[6]

Lebih kurang tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang diketahui dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan berita tsb.[6]

Pemerintahan

Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya selang Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan masanya lebih kurang dua ahad di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang tidak berdekatan sebagian kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilewati oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya akbar namun ombaknya menggelora dan mudah mempunyai kesudahan suatu peristiwa kapal terbalik.[6] Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang cairannya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.

Dalam bentuk pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak sultan berpihak kepada yang benar lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga sebagian petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki sebagian kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah dijadikan anggota dari kedaulatan Pasai, selanjutnya beliau juga menempatkan salah seorang anaknya adalah Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah dijadikan satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) dipercakapkan dijadikan kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga dipercakapkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mempunyai kesudahan suatu peristiwa Sultan Pasai terbunuh.

Perekonomian

Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada untuk komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan dipercakapkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas untuk peralatan transaksi pada warganya, mata uang ini dikata deureuham (dirham) yang dibuat susunan 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara warga Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat dijadikan sebagian bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.[6]

Agama dan budaya

Islam merupakan agama yang dianut oleh warga Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha juga ikut mewarnai warga ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires,[7] telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya warga Pasai menyerupai dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesesuaian ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang dekat ini diperketat oleh beradanya pernikahan selang putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana dipercakapkan dalam Sulalatus Salatin.

Belakang pemerintahan

Menjelang masa-masa belakang pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi sebagian pertikaian di Pasai yang mempunyai kesudahan suatu peristiwa perang saudara. Sulalatus Salatin[8] menceritakan Sultan Pasai memohon bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tsb. Namun Kesultanan Pasai sendiri berakhir runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan selanjutnya tahun 1524 wilayah Pasai sudah dijadikan anggota dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Daftar penguasa Pasai

Berikut daftar penguasa Pasai,

PeriodeNama Sultan atau GelarCatatan dan perihal acinya penting
1267 - 1297Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)Hikayat Raja-raja Pasai dan makam raja
1297 - 1326Sultan Muhammad Malik az-ZahirKoin emas telah mulai diperkenalkan
1326 - 1345Sultan Mahmud Malik az-ZahirDikunjungi Ibnu Batutah
1345 - 1383Sultan Ahmad Malik az-ZahirDiserang Majapahit
1383 - 1405Sultan Zain al-Abidin Malik az-ZahirDikunjungi Cheng Ho
1405 - 1412Sultanah NahrasiyahRaja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya)
1405 - 1412Sultan Sallah ad-DinMenikahi Sultanah Nahrasiyah
1412 - 1455Sultan Sisa dari pembakaran Zaid Malik az-ZahirMengirim utusan ke Cina
1455 - 1477Sultan Mahmud Malik az-Zahir II 
1477 - 1500Sultan Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II
Sultan Zain al-Abidin II
 
1501 - 1513Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir 
1513 - 1521Sultan Zain al-Abidin IIIPenaklukan oleh Portugal

Warisan sejarah

Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M, dirujuk oleh sejarahwan untuk tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara lebih kurang ratus tahun ke-13. Walau berada argumen bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat Raja-raja Pasai memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi kisahnya telah menolong dalam mengungkap segi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan warganya untuk kembali memanfaatkan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.

Rujukan

  1. ^ Ricklefs, M.C., (1991), A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition, Stanford: Stanford University Press, hlm. 15, ISBN 0-333-57690-X.
  2. ^ a b c Hill, A. H., (1960), Hikayat Raja-raja Pasai, Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.
  3. ^ Wicks, R. S., (1992), Money, markets, and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400, SEAP Publications, ISBN 0877277109.
  4. ^ Moquette, Jean Pierre, (1913), De Oudste Vorsten van Samudra-Pase, Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst, Batavia, hlm. 1-12.
  5. ^ Ferrand, Gabriel, (1914), Relations de voyages et textes geographiques : Arabes, Persan et Turks relatifs a l'Extreme-Orient du VIIIe au XVIIIe siecles, traduits, II, hlm. 440-450.
  6. ^ a b c d Yuanzhi Kong, (2000), Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794613614.
  7. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols
  8. ^ Ahmad Rizal Rahim, (2000), Sulalatus Salatin, Jade Green Publications, ISBN 983929377X.

Kepustakaan

  • T. Ibrahim Alfian, (1979), Mata Uang Emas Kerajaan-kerajaan di Aceh, Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum, Aceh.

Pranala luar

  • (Indonesia) Sejarah Kerajaan Samudera Pasai di MelayuOnline.com

edunitas.com


Page 2

Kesultanan Pasai, juga diketahui dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di lebih kurang Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat dipakai untuk bahan kajian sejarah.[1] Namun sebagian sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai,[2] dan ini dikaitkan dengan sebagian makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.[3]

Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, lebih kurang tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Sisa dari pembakaran Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai berakhir runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

Pembentukan awal

Sesuai Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya beliau menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.[2] Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang dikata dengan Semerlanga selanjutnya setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, beliau wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.[4] Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang selisih, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tsb tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat sebagian daftar kerajaan yang berada di pantai timur Pulau Sumatera masa itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).

Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh selanjutnya dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas untuk mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai dijadikan salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Selanjutnya lebih kurang tahun 1326 beliau tutup usia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah hingga tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, beliau dikunjungi oleh Ibn Batuthah, selanjutnya menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.[5]

Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik az-Zahir, datang serangan dari Majapahit selang tahun 1345 dan 1350, dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan.

"Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah beliau duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu".

— Cerminan penaklukan Pasai oleh Majapahit, kutipan dari Hikayat Raja-raja Pasai[2].

Relasi dan persaingan

Kesultanan Pasai kembali bangung dibawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah hingga tahun 1405. Dalam kronik Cina beliau juga diketahui dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan dipercakapkan beliau tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.

Armada Cheng Ho yang memimpin lebih kurang 208 kapal mengunjungi Pasai berturut ikut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Sesuai laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur bersamaan batasnya dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat bersamaan batasnya dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat bertemu dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang dipercakapkan masa itu tidak berdekatan 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam lawatan tsb Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Cina, Lonceng Cakra Donya.[6]

Lebih kurang tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang diketahui dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan berita tsb.[6]

Pemerintahan

Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya selang Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan masanya lebih kurang dua ahad di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang tidak berdekatan sebagian kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilewati oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya akbar namun ombaknya menggelora dan mudah mempunyai kesudahan suatu peristiwa kapal terbalik.[6] Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang cairannya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.

Dalam bentuk pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak sultan berpihak kepada yang benar lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga sebagian petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki sebagian kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah dijadikan anggota dari kedaulatan Pasai, selanjutnya beliau juga menempatkan salah seorang anaknya adalah Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah dijadikan satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) dipercakapkan dijadikan kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga dipercakapkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mempunyai kesudahan suatu peristiwa Sultan Pasai terbunuh.

Perekonomian

Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada untuk komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan dipercakapkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas untuk peralatan transaksi pada warganya, mata uang ini dikata deureuham (dirham) yang dibuat susunan 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara warga Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat dijadikan sebagian bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.[6]

Agama dan budaya

Islam merupakan agama yang dianut oleh warga Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha juga ikut mewarnai warga ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires,[7] telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya warga Pasai menyerupai dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesesuaian ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang dekat ini diperketat oleh beradanya pernikahan selang putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana dipercakapkan dalam Sulalatus Salatin.

Belakang pemerintahan

Menjelang masa-masa belakang pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi sebagian pertikaian di Pasai yang mempunyai kesudahan suatu peristiwa perang saudara. Sulalatus Salatin[8] menceritakan Sultan Pasai memohon bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tsb. Namun Kesultanan Pasai sendiri berakhir runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan selanjutnya tahun 1524 wilayah Pasai sudah dijadikan anggota dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Daftar penguasa Pasai

Berikut daftar penguasa Pasai,

PeriodeNama Sultan atau GelarCatatan dan perihal acinya penting
1267 - 1297Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)Hikayat Raja-raja Pasai dan makam raja
1297 - 1326Sultan Muhammad Malik az-ZahirKoin emas telah mulai diperkenalkan
1326 - 1345Sultan Mahmud Malik az-ZahirDikunjungi Ibnu Batutah
1345 - 1383Sultan Ahmad Malik az-ZahirDiserang Majapahit
1383 - 1405Sultan Zain al-Abidin Malik az-ZahirDikunjungi Cheng Ho
1405 - 1412Sultanah NahrasiyahRaja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya)
1405 - 1412Sultan Sallah ad-DinMenikahi Sultanah Nahrasiyah
1412 - 1455Sultan Sisa dari pembakaran Zaid Malik az-ZahirMengirim utusan ke Cina
1455 - 1477Sultan Mahmud Malik az-Zahir II 
1477 - 1500Sultan Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II
Sultan Zain al-Abidin II
 
1501 - 1513Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir 
1513 - 1521Sultan Zain al-Abidin IIIPenaklukan oleh Portugal

Warisan sejarah

Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M, dirujuk oleh sejarahwan untuk tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara lebih kurang ratus tahun ke-13. Walau berada argumen bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat Raja-raja Pasai memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi kisahnya telah menolong dalam mengungkap segi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan warganya untuk kembali memanfaatkan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.

Rujukan

  1. ^ Ricklefs, M.C., (1991), A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition, Stanford: Stanford University Press, hlm. 15, ISBN 0-333-57690-X.
  2. ^ a b c Hill, A. H., (1960), Hikayat Raja-raja Pasai, Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.
  3. ^ Wicks, R. S., (1992), Money, markets, and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400, SEAP Publications, ISBN 0877277109.
  4. ^ Moquette, Jean Pierre, (1913), De Oudste Vorsten van Samudra-Pase, Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst, Batavia, hlm. 1-12.
  5. ^ Ferrand, Gabriel, (1914), Relations de voyages et textes geographiques : Arabes, Persan et Turks relatifs a l'Extreme-Orient du VIIIe au XVIIIe siecles, traduits, II, hlm. 440-450.
  6. ^ a b c d Yuanzhi Kong, (2000), Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794613614.
  7. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols
  8. ^ Ahmad Rizal Rahim, (2000), Sulalatus Salatin, Jade Green Publications, ISBN 983929377X.

Kepustakaan

  • T. Ibrahim Alfian, (1979), Mata Uang Emas Kerajaan-kerajaan di Aceh, Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum, Aceh.

Tautan luar

  • (Indonesia) Sejarah Kerajaan Samudera Pasai di MelayuOnline.com

edunitas.com


Page 3

Kesultanan Pasai, juga diketahui dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di lebih kurang Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat dipakai untuk bahan kajian sejarah.[1] Namun sebagian sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai,[2] dan ini dikaitkan dengan sebagian makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.[3]

Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, lebih kurang tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Sisa dari pembakaran Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai berakhir runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

Pembentukan awal

Sesuai Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya beliau menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.[2] Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang dikata dengan Semerlanga selanjutnya setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, beliau wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.[4] Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang selisih, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tsb tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat sebagian daftar kerajaan yang berada di pantai timur Pulau Sumatera masa itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).

Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh selanjutnya dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas untuk mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai dijadikan salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Selanjutnya lebih kurang tahun 1326 beliau tutup usia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah hingga tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, beliau dikunjungi oleh Ibn Batuthah, selanjutnya menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.[5]

Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik az-Zahir, datang serangan dari Majapahit selang tahun 1345 dan 1350, dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan.

"Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah beliau duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu".

— Cerminan penaklukan Pasai oleh Majapahit, kutipan dari Hikayat Raja-raja Pasai[2].

Relasi dan persaingan

Kesultanan Pasai kembali bangung dibawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383, dan memerintah hingga tahun 1405. Dalam kronik Cina beliau juga diketahui dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan dipercakapkan beliau tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.

Armada Cheng Ho yang memimpin lebih kurang 208 kapal mengunjungi Pasai berturut ikut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Sesuai laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur bersamaan batasnya dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat bersamaan batasnya dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat bertemu dengan kerajaan Lambri (Lamuri) yang dipercakapkan masa itu tidak berdekatan 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam lawatan tsb Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Cina, Lonceng Cakra Donya.[6]

Lebih kurang tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang diketahui dengan Ha-li-zhi-han namun wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk menyampaikan berita tsb.[6]

Pemerintahan

Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya selang Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan masanya lebih kurang dua ahad di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang tidak berdekatan sebagian kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilewati oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya akbar namun ombaknya menggelora dan mudah mempunyai kesudahan suatu peristiwa kapal terbalik.[6] Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang cairannya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.

Dalam bentuk pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak sultan berpihak kepada yang benar lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga sebagian petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki sebagian kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah dijadikan anggota dari kedaulatan Pasai, selanjutnya beliau juga menempatkan salah seorang anaknya adalah Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah dijadikan satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) dipercakapkan dijadikan kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga dipercakapkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mempunyai kesudahan suatu peristiwa Sultan Pasai terbunuh.

Perekonomian

Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada untuk komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan dipercakapkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas untuk peralatan transaksi pada warganya, mata uang ini dikata deureuham (dirham) yang dibuat susunan 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara warga Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat dijadikan sebagian bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.[6]

Agama dan budaya

Islam merupakan agama yang dianut oleh warga Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha juga ikut mewarnai warga ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires,[7] telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya warga Pasai menyerupai dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesesuaian ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang dekat ini diperketat oleh beradanya pernikahan selang putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana dipercakapkan dalam Sulalatus Salatin.

Belakang pemerintahan

Menjelang masa-masa belakang pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi sebagian pertikaian di Pasai yang mempunyai kesudahan suatu peristiwa perang saudara. Sulalatus Salatin[8] menceritakan Sultan Pasai memohon bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tsb. Namun Kesultanan Pasai sendiri berakhir runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan selanjutnya tahun 1524 wilayah Pasai sudah dijadikan anggota dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Daftar penguasa Pasai

Berikut daftar penguasa Pasai,

PeriodeNama Sultan atau GelarCatatan dan perihal acinya penting
1267 - 1297Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)Hikayat Raja-raja Pasai dan makam raja
1297 - 1326Sultan Muhammad Malik az-ZahirKoin emas telah mulai diperkenalkan
1326 - 1345Sultan Mahmud Malik az-ZahirDikunjungi Ibnu Batutah
1345 - 1383Sultan Ahmad Malik az-ZahirDiserang Majapahit
1383 - 1405Sultan Zain al-Abidin Malik az-ZahirDikunjungi Cheng Ho
1405 - 1412Sultanah NahrasiyahRaja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya)
1405 - 1412Sultan Sallah ad-DinMenikahi Sultanah Nahrasiyah
1412 - 1455Sultan Sisa dari pembakaran Zaid Malik az-ZahirMengirim utusan ke Cina
1455 - 1477Sultan Mahmud Malik az-Zahir II 
1477 - 1500Sultan Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II
Sultan Zain al-Abidin II
 
1501 - 1513Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir 
1513 - 1521Sultan Zain al-Abidin IIIPenaklukan oleh Portugal

Warisan sejarah

Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M, dirujuk oleh sejarahwan untuk tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara lebih kurang ratus tahun ke-13. Walau berada argumen bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat Raja-raja Pasai memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi kisahnya telah menolong dalam mengungkap segi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan warganya untuk kembali memanfaatkan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.

Rujukan

  1. ^ Ricklefs, M.C., (1991), A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition, Stanford: Stanford University Press, hlm. 15, ISBN 0-333-57690-X.
  2. ^ a b c Hill, A. H., (1960), Hikayat Raja-raja Pasai, Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.
  3. ^ Wicks, R. S., (1992), Money, markets, and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400, SEAP Publications, ISBN 0877277109.
  4. ^ Moquette, Jean Pierre, (1913), De Oudste Vorsten van Samudra-Pase, Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst, Batavia, hlm. 1-12.
  5. ^ Ferrand, Gabriel, (1914), Relations de voyages et textes geographiques : Arabes, Persan et Turks relatifs a l'Extreme-Orient du VIIIe au XVIIIe siecles, traduits, II, hlm. 440-450.
  6. ^ a b c d Yuanzhi Kong, (2000), Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794613614.
  7. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols
  8. ^ Ahmad Rizal Rahim, (2000), Sulalatus Salatin, Jade Green Publications, ISBN 983929377X.

Kepustakaan

  • T. Ibrahim Alfian, (1979), Mata Uang Emas Kerajaan-kerajaan di Aceh, Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum, Aceh.

Tautan luar

  • (Indonesia) Sejarah Kerajaan Samudera Pasai di MelayuOnline.com

edunitas.com


Page 4

Kepastian Majelis Permusyawaratan Rakyat, atau disingkat Kepastian MPR atau TAP MPR, adalah bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang mengandung hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking).

Pada saat sebelum Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Kepastian MPR merupakan Peraturan Perundangan yang secara hierarki tidak kekurangan di bawah UUD 1945 dan di atas Undang-Undang. Pada saat awal reformasi, kepastian MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. [1]

Namun pada tahun 2011, sesuai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tap MPR kembali menjadi Peraturan Perundangan yang secara hierarki tidak kekurangan di bawah UUD 1945.[2] Pimpinan MPR sempat menyalakan bahwa kembali berjalannya Tap MPR pun tidak serta-merta mengembalikan posisi MPR seperti keadaan sebelumnya, dikarenakan pada era reformasi pembuatan Tap MPR baru tidak akan seperti saat yang sebelumnya, mengingat peran pembuatan Undang-Undang (legislatif) pada era reformasi diserahkan sepenuhnya kepada Presiden dan DPR.

Perubahan UUD 1945 membawa implikasi terhadap posisi, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu mempunyai kedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, kini mempunyai kedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya (seperti Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK).

Status Kepastian MPR yang Lalu

Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Kepastian MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Kepastian MPRS dan Kepastian MPR RI Tahun 1960 hingga dengan Tahun 2002. Tujuan pembentukan Kepastian MPR tersebut adalah kepada meninjau materi dan status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR, menetapkan keberadaan (eksistensi) dari TAP MPRS dan TAP MPR kepada saat ini dan saat yang akan datang, serta kepada memberi kepastian hukum.

Dengan dikuatkannya Kepastian MPR tersebut, semua Kepastian MPRS dan Kepastian MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan ke dalam 6 pasal (kategori) sesuai dengan materi dan status hukumnya.[1]

Referensi

  1. ^ a b Aziz, Machmud. Jenis dan Kelola Susunan/Urutan (Hierarki) Peraturan Perundang-Undangan Menurut UUD-RI dan UU Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Diakses pada 22 Oktober 2011.
  2. ^ Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Lihat pula


edunitas.com


Page 5

Tags (tagged): financial, unkris, individu bisnis, organisasi, meningkatkan mengalokasi, manajemen, asset menghitung, mengatur, risiko, glossary inggris, damodaran online, inggris, wachowicz s, tips, keuangan umum, ilmu, ekonomi topik ekonomi, topik keuangan, center, of studies publik, matematika keuangan, perilaku, kuantitatif keuangan financial, center of, studies


Page 6

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Ekuator bumi

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Negara-negara yang berada pada garis khatulistiwa (merah)

Dalam geografi, garis khatulistiwa (dari bahasa Arab: خط الاستواء) atau ekuator (dari bahasa Inggris equator) adalah suatu garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet. Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua ronde belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°. Panjang garis khatulistiwa Bumi adalah sekitar 40.070 kilometer.

Di khatulistiwa, matahari berada tepat di atas kepala pada tengah hari dalam equinox. Dan panjang siang hari sama sepanjang tahun sekitar 12 jam.

Antara equinox Maret dan September, latitud ronde utara Bumi menuju Matahari yang dikenal sbg Tropik Cancer, ronde bumi paling utara di mana Matahari bisa berada tepat di atas kepala. Ronde selatan Bumi terjadi antara equinox bulan September dan Maret dinamakan Tropik Capricorn.

Ronde bumi yang dilewati garis khatulistiwa ini kebanyakan samudra. Beberapa tempat yang dilalui khatulistiwa adalah:

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Tanda penunjuk khatulistiwa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.

Garis khatulistiwa menempuh daratan atau wilayah perairan 14 negara. Dimulai dari garis bujur 0 derajat ke timur, garis khatulistiwa menempuh daerah-daerah berikut:

Pranala luar


edunitas.com


Page 7

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Ekuator bumi

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Negara-negara yang berada pada garis khatulistiwa (merah)

Dalam geografi, garis khatulistiwa (dari bahasa Arab: خط الاستواء) atau ekuator (dari bahasa Inggris equator) adalah suatu garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet. Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua ronde belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°. Panjang garis khatulistiwa Bumi adalah sekitar 40.070 kilometer.

Di khatulistiwa, matahari berada tepat di atas kepala pada tengah hari dalam equinox. Dan panjang siang hari sama sepanjang tahun perkiraan 12 jam.

Antara equinox Maret dan September, latitud ronde utara Bumi menuju Matahari yang dikenal sbg Tropik Cancer, ronde bumi paling utara di mana Matahari mampu berada tepat di atas kepala. Ronde selatan Bumi terjadi antara equinox bulan September dan Maret dinamakan Tropik Capricorn.

Ronde bumi yang dilewati garis khatulistiwa ini kebanyakan samudra. Beberapa tempat yang dilalui khatulistiwa adalah:

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Tanda penunjuk khatulistiwa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.

Garis khatulistiwa menempuh daratan atau wilayah perairan 14 negara. Dimulai dari garis bujur 0 derajat ke timur, garis khatulistiwa menempuh daerah-daerah berikut:

Pranala luar


edunitas.com


Page 8

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Ekuator bumi

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Negara-negara yang berada pada garis khatulistiwa (merah)

Dalam geografi, garis khatulistiwa (dari bahasa Arab: خط الاستواء) atau ekuator (dari bahasa Inggris equator) adalah suatu garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet. Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua ronde belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°. Panjang garis khatulistiwa Bumi adalah sekitar 40.070 kilometer.

Di khatulistiwa, matahari berada tepat di atas kepala pada tengah hari dalam equinox. Dan panjang siang hari sama sepanjang tahun perkiraan 12 jam.

Antara equinox Maret dan September, latitud ronde utara Bumi menuju Matahari yang dikenal sbg Tropik Cancer, ronde bumi paling utara di mana Matahari mampu berada tepat di atas kepala. Ronde selatan Bumi terjadi antara equinox bulan September dan Maret dinamakan Tropik Capricorn.

Ronde bumi yang dilewati garis khatulistiwa ini kebanyakan samudra. Beberapa tempat yang dilalui khatulistiwa adalah:

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Tanda penunjuk khatulistiwa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.

Garis khatulistiwa menempuh daratan atau wilayah perairan 14 negara. Dimulai dari garis bujur 0 derajat ke timur, garis khatulistiwa menempuh daerah-daerah berikut:

Pranala luar


edunitas.com


Page 9

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Ekuator bumi

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Negara-negara yang berada pada garis khatulistiwa (merah)

Dalam geografi, garis khatulistiwa (dari bahasa Arab: خط الاستواء) atau ekuator (dari bahasa Inggris equator) adalah suatu garis imajinasi yang digambar di tengah-tengah planet di antara dua kutub dan paralel terhadap poros rotasi planet. Garis khatulistiwa ini membagi Bumi menjadi dua ronde belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Garis lintang ekuator adalah 0°. Panjang garis khatulistiwa Bumi adalah sekitar 40.070 kilometer.

Di khatulistiwa, matahari berada tepat di atas kepala pada tengah hari dalam equinox. Dan panjang siang hari sama sepanjang tahun sekitar 12 jam.

Antara equinox Maret dan September, latitud ronde utara Bumi menuju Matahari yang dikenal sbg Tropik Cancer, ronde bumi paling utara di mana Matahari bisa berada tepat di atas kepala. Ronde selatan Bumi terjadi antara equinox bulan September dan Maret dinamakan Tropik Capricorn.

Ronde bumi yang dilewati garis khatulistiwa ini kebanyakan samudra. Beberapa tempat yang dilalui khatulistiwa adalah:

Apa agama yang dianut oleh kerajaan samudra pasai

Tanda penunjuk khatulistiwa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.

Garis khatulistiwa menempuh daratan atau wilayah perairan 14 negara. Dimulai dari garis bujur 0 derajat ke timur, garis khatulistiwa menempuh daerah-daerah berikut:

Pranala luar


edunitas.com


Page 10

Tags (tagged): keuangan, unkris, individu bisnis organisasi, meningkatkan mengalokasi, manajemen, asset menghitung mengatur, risiko, glossary, inggris, damodaran online inggris, wachowicz s, tips, keuangan umum ilmu, ekonomi topik, ekonomi, topik keuangan, pusat, ilmu pengetahuan, publik, matematika keuangan perilaku, kuantitatif keuangan


Page 11

Tags (tagged): keuangan, unkris, individu bisnis organisasi, meningkatkan mengalokasi, manajemen, asset menghitung mengatur, risiko, glossary, inggris, damodaran online inggris, wachowicz s, tips, keuangan umum ilmu, ekonomi topik, ekonomi, topik keuangan, pusat, ilmu pengetahuan, publik, matematika keuangan perilaku, kuantitatif keuangan


Page 12

Tags (tagged): financial, unkris, individu bisnis organisasi, meningkatkan mengalokasi, manajemen, asset menghitung mengatur, risiko, glossary, inggris, damodaran online inggris, wachowicz s, tips, keuangan umum ilmu, ekonomi topik, ekonomi, topik keuangan, center, of studies, publik, matematika keuangan perilaku, kuantitatif keuangan


Page 13

Tags (tagged): financial, unkris, individu bisnis organisasi, meningkatkan mengalokasi, manajemen, asset menghitung mengatur, risiko, glossary, inggris, damodaran online inggris, wachowicz s, tips, keuangan umum ilmu, ekonomi topik, ekonomi, topik keuangan, center, of studies, publik, matematika keuangan perilaku, kuantitatif keuangan


Page 14

Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes


Page 15

Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes


Page 16

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir


Page 17

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir


Page 18

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script


Page 19

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script


Page 20

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans


Page 21

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans


Page 22

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217


Page 23

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217


Page 24

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto


Page 25

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto


Page 26

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai